Chereads / The New Realm of Sakodusa / Chapter 2 - Chapter 02

Chapter 2 - Chapter 02

"Woy! Ada orang!"

Meskipun berteriak keras, respons yang didapatkan Zea hanyalah gema suaranya sendiri, yang menunjukkan bahwa dia benar-benar sendirian. Setelah berlari-lari, berputar, dan akhirnya kembali ke titik awal, Zea mendapati bahwa keadaan tidak berubah—layar sistem yang mungkin menjadi alat bantu atau pemandu tetap diam di posisinya.

[3 Permainan Telah Di Masukkan]

[Ditemukan 5 Akun Dengan Kepemilikan Anda]

[Apakah Anda Ingin Menyatukan Semuanya?]

[YES] [NO]

Layar sistem memunculkan informasi tiga permainan telah diinput dan ada lima akun yang dimiliki Zea, dengan pilihan untuk "menyatukan semuanya." Zea mendecak pelan seraya menekan tombol "Yes" dengan berat hati.

[Menyatukan Penyimpan]

[Skill dan Sihir Disatukan, Ras Naga Dewa]

[Nama Pemain KAEl]

Perlahan, ruangan putih itu mulai runtuh, dan teks pemberitahuan yang melayang di udara meleleh. Zea merasakan getaran hebat di tempatnya berpijak, seakan ia berada di ambang kehancuran dunia. Saat cahaya di ruangan itu perlahan menghilang, sebuah pesan terakhir muncul:

[Pemain KAEl Memasuki Permainan]

Setelah itu, rasa sakit yang luar biasa menyerang tubuhnya tanpa peringatan. Perlahan, bagian perut Zea terasa seolah tertusuk ribuan pedang; pada saat yang sama, kulitnya seakan dikoyak, dan kepalanya dibelah paksa. Zea memegangi kepalanya dengan satu tangan, sementara tangan lainnya meremas perutnya. Rasa sakit itu begitu intens hingga ia tak sanggup berteriak. Zea hanya bisa mengeluarkan suara desis dari tenggorokannya yang terasa terbakar.

Sakit. Sakit. Sakit. Sakit.

Kata itu terus terngiang dalam benaknya, menguasai pikirannya.

"Mama, ini sakit banget..."

"Aaargh!"

Zea menekan titik sakit di perutnya, lalu terjatuh dan berguling-guling di atas tanah, membuat debu berterbangan dan menempel di bajunya. 'Tunggu… debu?!' Rasa sakitnya seketika menghilang. Ia segera menghentikan aksinya dan menoleh ke sekeliling. Terlihat bebatuan, dinding batu, dan sebuah ruangan gelap dengan sedikit cahaya di ujung yang lain. Tempat ini, jika diamati dengan saksama, menyerupai sebuah gua di puncak pegunungan.

Zea duduk di atas tanah, mengamati pakaian dan warna kulitnya yang berbeda dari sebelumnya. Dulu, ia memiliki kulit putih cerah dengan jari-jari gemuk dan pendek. Sekarang, kulitnya berwarna putih susu yang pucat, seperti manekin, dan jari-jarinya ramping serta lentik.

Dengan pupil yang mengecil karena rasa terkejut yang membuncah, Zea segera berdiri dan menatap pakaiannya. Ia mengenakan celana balon panjang dengan robekan di samping kanan dan kiri. Tali-tali seperti jaring menghubungkan robekan-robekan itu, memperlihatkan paha dan betisnya. Di bagian atas, ia memakai kemeja berlengan panjang yang melebar, dengan robekan yang serupa seperti celananya.

Udara di tempat itu terasa lembap dan basah, membungkus setiap hela napas dengan sensasi dingin yang menyelinap. Suara serangga malam berbaur dengan gesekan dedaunan, berirama mengikuti hembusan angin yang tak henti-henti. Dalam kegelapan pekat, Zea melangkah perlahan menuju sumber cahaya yang tampak samar di kejauhan. Ia merasakan telapak kakinya bersentuhan langsung dengan tanah, menyadari bahwa ia tidak mengenakan alas kaki.

Zea terus berjalan hati-hati, berusaha menghindari batu-batu kecil yang dapat melukai telapak kakinya. Langkahnya pelan namun mantap, Setelah beberapa waktu, ia akhirnya mencapai pintu masuk. Di sana, hembusan angin yang lebih kencang menampar wajahnya, mengibaskan rambut panjangnya ke belakang, seakan memberi peringatan. Di hadapannya terbentang hamparan hutan belantara yang luas, tampak megah dalam cahaya bulan yang redup.

Pepohonan besar menjulang tinggi, tampak seperti pohon kuno raksasa yang terlihat kecil dari ketinggian tempatnya berdiri. Zea menyadari bahwa ia berada di gua di puncak pegunungan tinggi, dengan sisi curam di bawahnya yang mungkin sulit dilalui sebagai jalur untuk turun.

"Sialan, dimana ini?"

 

[Alam 1021, Pegunungan Siereneum.]

 

Layar sistem yang sebelumnya ia lihat kembali muncul. "Apa-apaan?!" gumam Zea. Pegunungan Siereneum? Bukankah itu adalah titik awal Ras Naga, karakter miliknya di [Magic Kingdom]? Transmigrasi?

Zea menjambak rambutnya dengan frustrasi. Dia hanya meninggalkan laptopnya, membiarkan karakternya bermain otomatis. Notifikasi yang ia terima seharusnya berasal dari game [Candy Dance]. Bukankah seharusnya ia masuk ke dalam [Candy Dance] daripada [Magic Kingdom]? Atau mungkin malah game Battle Royale yang sedang ia mainkan sebelumnya?

Dalam kebingungan, Zea mencoba memahami bagaimana ia bisa terjebak di dunia yang sama sekali berbeda ini. Ia menutup layar biru sistem dengan menekan tanda "x". "Sialan, bagaimana cara mengecek profilku?"

Layar sistem kembali muncul di hadapannya:

[Masukkan Nama Pemain: ...]

Zea mengernyit. Ia menekan tanda titik tiga, dan sebuah keyboard virtual melayang muncul di depannya. Ia mengetikkan nama "Zea", sebuah notifikasi gagal segera muncul, disertai layar yang berubah menjadi merah sebagai tanda peringatan.

[Gagal... Tersisa 2x Percobaan]

Layar kembali ke tampilan awal. Zea menekan ikon titik tiga sekali lagi, lalu memasukkan nama lengkapnya:

[Masukkan Nama Pemain: Zeeana Kamari]

Notifikasi gagal muncul lagi, menyisakan hanya satu kesempatan terakhir. Rasa cemas menguasai hatinya. Apa yang akan terjadi jika kesempatan terakhir ini gagal? Apakah ia akan mati? Atau kembali ke dunia aslinya?

Zea mencoba mengingat teks pemberitahuan sistem yang muncul sebelum ia masuk. Apakah ada petunjuk lain? "Sebelumnya, selain pemberitahuan masuk dan jumlah pemain, apa lagi?" gumamnya sambil menjambak rambutnya dengan frustrasi.

'Pemain? Ya, sebelumnya ada Nick ID gamenya yang disebutkan oleh sistem ini.'

[Masukkan Nama Pemain: KAEl]

Layar sistem akhirnya berganti kembali.

[Input Nama Berhasil]

[Halo Pemain KAEl]

[Silakan Baca Peraturan Pemain Berikut]

[Next]

Zea menekan tombol "Next," dan teks dengan nama ID gamenya muncul di atas kepalanya. Tak lama, tampilan sistem di depannya kembali berubah, menampilkan teks yang panjang. Jika ia harus membaca seluruhnya, mungkin akan memakan waktu lama. Sebagai seorang gamer, Zea tahu ia tak boleh melewatkan detail penting.

Beberapa poin utama dari peraturan itu adalah:

Nama pemain hanya akan menggunakan ID awal yang tidak dapat diubah.Koin dari game sebelumnya akan otomatis tertransfer dengan jumlah yang sama.Untuk memperoleh koin tambahan, pemain harus melakukan perdagangan, pertukaran, atau menyelesaikan misi yang tersedia di papan misi.

Setelah memastikan ia memahami semuanya, Zea menekan tombol "Terima." Layar kini menampilkan profil karakternya.

[Nama : KAEl]

 

[Ras : Naga Dewa]

{Hasil Ektraksi Ras Demi-God & Ras Naga}

 

[Level : 103]

 

[Senjata Utama: Death Scythe]

 

Zea memperhatikan atribut lainnya; beberapa terlihat sama persis dengan miliknya, sementara yang lain sedikit berbeda. Nama-nama lain di atribut tersebut sepertinya berasal dari akun game yang berbeda, membuatnya semakin bingung dengan penjelasan yang ada.

Ia kemudian membuka kotak penyimpanannya. Seperti yang diduganya, kotak itu penuh dengan bahan rempah untuk membuat Potion, bahan untuk senjata dan armor, pakaian, dan baju zirah yang jarang ia gunakan, serta berbagai bahan makanan dan gulungan sihir.

Pandangan Zea beralih ke kotak penyimpanan koin emas dan berlian. Jumlahnya sangat besar, seperti seluruh aset dari lima akun di tiga game berbeda miliknya telah digabungkan. Rasanya ia tidak hanya bertransmigrasi ke dunia Magic Kingdom tetapi ke sebuah dunia baru yang mencampurkan Magic Kingdom, Candy Dance, dan Mad Town—game battle royale yang biasa ia mainkan.

Saat membuka fitur peta, ia terkejut melihat bahwa wilayah-wilayah yang tertera tidak hanya berasal dari [Magic Kingdom]. Bahkan, ada wilayah lain yang tampaknya bukan dari ketiga game tersebut, mungkin dari game lain yang juga ikut terseret.

Mengamati peta dan memperhitungkan jarak tempuh untuk menghindari Hutan Kematian, Zea melihat bahwa daerah terdekat dari lokasinya saat ini adalah Desa Mati. Seperti namanya, seharusnya tidak ada satu pun makhluk hidup di sana. Desa Mati hanyalah bagian dari sub misi untuk Ras Naga, tempat di mana para pemain dapat mengumpulkan energi level untuk membuka akses melalui Hutan Kematian. Tujuan akhirnya adalah mencapai Pulau Fortivo—Pulau Demi-Human di sebelah selatan—atau Hutan Suci, wilayah milik Desa Elf di sebelah utara.

Seharusnya, dengan levelnya saat ini, Zea sudah cukup kuat untuk melewati Hutan Kematian. Tetapi, itu tidak menjamin keselamatannya. Ini bukan lagi sekadar game; tidak ada yang dapat memastikan nyawanya tetap aman, dan di sini, tak ada titik kebangkitan.

"Sialan," umpat Zea pelan.

Ia kembali masuk ke dalam gua, berharap menemukan jalan turun yang lebih aman. Dibagian dalam, gua itu ternyata hanya gua dangkal dengan bagian yang luas dan cocok untuk tempat Naga hibernasi. Zea pun membuka pengaturan karakter, memeriksa beberapa sihir yang dimilikinya: sihir perubahan bentuk, beberapa sihir untuk mengeluarkan sayap, sihir penyerangan, dan sihir pertahanan.

"Berubah!" Setelah membaca mantra perubahan bentuk, Zea mengucapkan kata terakhir, dan seekor naga biru besar muncul dari tempatnya berdiri. Naga itu mengaum keras, mengguncangkan tanah di sekitarnya. 'Keren!' Zea yang kini berubah menjadi naga melompat-lompat kegirangan. Naga biru dengan pupil hijau zamrud itu menoleh ke kanan dan kiri. "Oh, ekorku kelihatan!" seru Zea, menoleh ke belakang dan menyadari bahwa leher panjangnya memungkinkan dia berputar hampir 90 derajat.

'Ekor!' pikirnya sambil memutar tubuh naga itu, mencoba mengejar ekornya, dan berputar – putar beberapa kali.

"Oh iya, astaga. Ini bukan waktunya senang-senang," gumamnya akhirnya.

Menyadari tingkah konyolnya, Zea kembali tenang dan mulai berpikir. 'Kalau keluar dalam bentuk naga, pintu gua ini pasti tidak cukup lebar.' Ia pun mengubah bentuknya kembali ke tubuh manusia. Menyadari bahwa belajar terbang dengan tubuh naga di gua ini akan berisiko—karena kepakan sayapnya mungkin meruntuhkan langit-langit gua—Zea memutuskan menepis ide tersebut.

Ia kemudian membaca mantra lain, memunculkan sayap naga kecil yang cocok dengan ukuran tubuh manusianya. 'Wow!' Zea kagum dengan bentuk sayap dan sisik naga yang menyelimuti kulitnya. Tidak hanya itu, sepasang tanduk kebiruan yang serasi dengan sayapnya juga muncul di dahinya.

Zea mencoba mengepakkan sayapnya. Perlahan-lahan, kakinya terangkat dari tanah. Tubuhnya sedikit bergoyang karena kesulitan menjaga keseimbangan. Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya Zea berhasil melayang setinggi tiga meter. Saat melihat ke bawah, ia terkejut, membuat sayapnya tegang dan akhirnya terjatuh tepat ke tanah.

"Aduh," keluh Zea, mengusap dahinya yang sakit setelah terbentur tanah. Ia meringis dan menggerutu pelan, "Susah banget…"

Setelah mengumpulkan keberanian, Zea kembali mengepakkan sayapnya dan terbang. Kali ini, ia melirik ke bawah sambil menenangkan perasaannya. Perlahan, Zea mulai terbiasa dengan sensasi terbang di dalam gua, bahkan bisa menikmati pengalaman itu. Ia terbang berkeliling gua berulang kali, dan tawa riang pun lepas dari bibir mungilnya. Rambut biru gelapnya yang hampir menyerupai hitam berkibar diterpa angin.

Dengan penuh kegembiraan, Zea merentangkan kedua tangannya, menikmati udara sejuk yang menyentuh telapak tangannya. Rasanya sangat menyegarkan.

 

To Be Continue