Chereads / Beyond The Destiny / Chapter 1 - Who's Me

Beyond The Destiny

🇮🇩Zayie
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 349
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Who's Me

Bab 1

Who's me?

    Malam hari di bulan mei yang dibalut kesunyian. Ethan Firlain membuka mata, terbangun dari tidurnya dengan rasa sakit luar biasa di kepala. Sembari disinari cahaya bulan merah. Ethan menggosok mata dan melihat bulan menembus jendela yang berembun karena dingin nya malam. Ethan terbangun di sebuah tempat yang asing.

      Rasa sakit memenuhi kepala Ethan dan membuatnya merintih kesakitan. Ethan melihat meja dan kedua tangan yang basah di hadapan nya. Nampak buku catatan yang terbuka pada tengah halaman, dan di tangan kirinya sebuah Revolver perak berkilau memantulkan cahaya rembulan.

      Ethan terkejut melihat senjata yang berbahaya itu ada di tangan nya. Ethan melemparkan senjata itu ke samping buku catatan di hadapan nya. Saat Ethan melihat tulisan yang ada di buku catatan itu Ethan yang masih terkejut menjadi merinding membaca halaman buku itu.

    'Semua orang akan mati'. Ethan melihat sekeliling mencari tahu dimanakah ia berada saat ini. Ethan yang masih merasakan rasa sakit mulai berhalusinasi melihat seorang pria yang memanggil nya di sudut ruangan.

    Ethan mencoba mengabaikan bayangan itu akan tetapi. "Hey!!!". Sang bayangan berteriak mencoba memanggil Ethan. Ethan masih mengabaikan bayangan itu akan tetapi sang bayangan membuat pernyataan yang cukup mengejutkan bagi Ethan.

      "Kenapa kau bisa ada di tubuh ku dan kenapa aku tak bisa mengendalikan tubuh ku sendiri !?". Sang bayangan yang kini mulai nampak wujud aslinya bertanya mengapa Ethan ada di tubuh nya.

   "Siapa kau!?". Ethan membalas sang bayangan dengan pertanyaan. Ethan yang melihat wujud sang bayangan dengan teliti mengamati nya. Bayangan itu memiliki tubuh kurus, wajah tirus, mata hitam dengan cincin merah di sekeliling iris nya, dan rambut hitam pekat dengan corak merah di beberapa helai rambutnya.

      "Aku Korin Orkia. Pemilik asli tubuh itu. Sekarang jawab pertanyaanku". Bayangan itu bernama Korin Orkia. Ethan yang mendengarnya pun menjadi bingung. Tubuh siapa yang Korin maksud, Ethan yang sedang memikirkan jawaban Korin secara mendadak merasakan rasa sakit berubah menjadi rentetan ingatan yang membanjiri kepala Ethan

     Korin Orkia penduduk kerajaan Pendraf, wilayah timur, kota Kyumko. Korin baru saja lulus dari Universitas Kiren yang terkenal akan lulusan di jurusan bahasanya. Korin lulus di jurusan bahasa sebagai lulusan terbaik dan mendapat prestasi sebagai 'Sang Puncak'.

    Ayah Korin seorang pemilik kafe yang cukup terkenal di wilayah nya sebagai tempat istirahat dan tempat untuk berbincang setelah bekerja. Ayah Korin wafat saat membantu kerajaan menjadi pengirim suplai ke medan perang.

    Ibu Korin merupakan seorang teknisi mesin terhebat di kekaisaran dan memiliki bengkel di kota serberan. Ibu Korin sekarang sudah berusia empat puluh tahun tapi tetap awet muda.

    Korin juga memiliki dua kakak kembar. Pria dan Wanita dan adik perempuan. Kedua kakak nya menggantikan posisi orang tua mereka dengan bekerja keras menghidupi kedua adik nya. Kakak laki-laki nya bekerja di kafe ayah nya dan kakak perempuannya bekerja sebagai penulis buku.

    Korin dan saudara-saudaranya hidup dengan sederhana tentu saja mereka bahagia dengan kehidupan mereka saat ini hanya saja Korin cemas dengan wawancara nya menjadi dosen. Walau dipanggil jenius ia tetap khawatir merepotkan kedua kakaknya jika ia ditolak.

    Kembali ke Ethan yang tersadar ditunggu oleh Korin yang juga melihat ingatan dari Ethan yang seorang pelajar yang sudah bekerja sebagai komikus. 

    "Sepertinya kita berbagi ingatan, benar bukan?". Ethan kembali bertanya kepada Korin Yang bersandar di belakang Ethan sembari menyilangkan tangan.

   "Ya, Aku melihat ingatanmu sebelum ada ditubuhku. kamu tidak perlu menjawab pertanyaanku". Korin membelakangi Ethan yang sedang duduk bersandar di kursi kayunya lalu menjawab dengan jujur apa yang ia lihat.

       "Tapi masih ada hal yang tidak aku pahami, mengapa kamu bisa ada di tubuhku karena hal terakhir yang kamu lakukan hanya membaca kalimat dari buku novel". Korin menyampaikan rasa penasarannya pada Ethan.

       Ethan yang tahu ingatan yang Korin lihat hanya sebatas 'sebelum' ia ada di tubuh nya. Ethan kemudian menjelaskan nya secara singkat darimana ia mendapat buku itu.

      .....

        Akhir pekan saat musim dingin di negara rusia. Ethan yang sedang santai di rumahnya sembari menikmati hangat nya kopi yang diseduh oleh adik perempuannya. Mereka berdua menikmati kopi dengan menonton berita di televisi.

        "Ethan, Jessie, sarapan sudah siap". Ibu mereka margaret memanggil kedua nya untuk sarapan. Mereka segera menghabiskan kopi lalu pergi ke meja makan sekalian menenteng cangkir untuk dicuci.

       Nampak di meja makan ayahnya dan ibunya yang menyambut mereka dengan senyuman hangat. Setelah menaruh cangkir mereka ke tempat cuci piring mereka segera berjalan ke meja makan. Saat mereka meraih kursi masing-masing.

        Ethan dan Jessie duduk  dan mulai menyantap sarapan mereka. "Ah, Ethan ini dari teman mu. Dia bilang ini akan mengabulkan rasa ingin tahu mu". Ibu nya memberikan sebuah buku dari temannya. Novel itu berjudul 'The Journey of Twins' Ethan mengintip bagian awalnya sembari mengunyah makanan.

       "Petualangan misterius, awal adalah akhir dan akhir adalah awal". Sepotong kalimat yang membuat Ethan tertarik dan sesaat Ethan menutup buku itu matanya terasa berat, tubuhnya lemas, dan pikirannya menjadi kosong lalu jatuh ke bawah meja.

      Duk*

        Ayah dan adiknya sontak terkejut memanggil Ethan. Ibunya yang sedang mengeluarkan surat dari teman Ethan pun juga terkejut dan menjatuhkan surat itu dan segera mengecek kondisi Ethan surat itu. Ethan sekilas melihat surat itu di dalam nya bertuliskan 'buku ini terkutuk'.

       ....

      "Sampai situ saja ingatan ku, Setelahnya seperti tertutup kabut tebal". Ethan menjelaskan situasi nya saat berada di tubuh sebelumnya. Korin paham situasi Ethan.

  "Ingatan ku juga tidaklah lengkap. Aku tidak ingat memiliki sebuah Revolver, selain itu ingatan tentang hari ini juga samar". Korin juga menjelaskan mengenai ingatan nya, membuat Ethan sadar ingatan Korin begitu acak.

   "Hmm". Ethan dan Korin berpikir mengapa mereka bisa berada di satu tubuh dan mengapa ingatan mereka menjadi samar layaknya tertutupi kabut tebal.

    Sekian lama mereka berpikir dan dihiasi sinar bulan merah yang sudah mencapai puncak menandakan tengah malam tiba. Masing-masing dari mereka mendapatkan kesimpulan.

     "Kemungkinan besar kita bisa berada di satu tubuh dan berbagi potongan ingatan adalah karena buku milikmu dan terjemahan dari artefak yang ku terjemahkan. selain itu tentang diriku yang terlihat seperti melakukan aksi bunuh diri.". Kesimpulan Korin tampak tak masuk akal tapi Ethan yang kebingungan mencoba mempercayainya.

   "Sepertinya itu memang benar dan aku juga yakin terjemahan artefak dan buku yang ku punya saling terhubung dan secara tidak sengaja mengaktifkan sebuah ritual. Tapi apa maksudmu terlihat seperti bunuh diri?". Ethan membenarkan Perkataan  dan bertanya apa maksud bunuh diri yang Korin katakan.

    "Kau akan tahu setelah melihat ke cermin". Pernyataan Korin membuat Ethan sedikit gugup. Ethan dan Korin juga mulai mengamati ingatan masing-masing lebih teliti.

  Mereka lalu menyatukan pemikiran dan mendapat kesimpulan yang lebih baik. Ethan dan Korin hidup di dunia yang berbeda tapi setelah mengamati ingatan masing-masing mereka menyadari bahwa dunia mereka tidak jauh berbeda dan setelah dipikirkan lagi keduanya yakin ada dalang yang membuat mereka berakhir seperti itu.

   "Seperti nya kita berada didunia penuh misteri yang menakutkan". Keduanya secara bersamaan mengatakan hal yang sama. Ethan dan Korin yang sudah puas berteori kemudian mencoba sesuatu seperti bertukar tempat Korin.

     Mereka bisa bertukar tempat dan sekarang Ethan lah yang menjadi jiwa dan Korin yang menjadi pengendali tubuh nya. Walau nampak terpisah mereka sebenarnya terhubung sangat kuat layak nya mereka adalah satu jiwa. 

      Korin melihat bayangan Ethan. Ethan memiliki rambut pendek berwarna pirang, wajah tampan, mata dengan warna ungu dan bentuk silang berwarna biru di tengah matanya, dan tubuh tinggi yang cukup atletis. Korin terlihat berpikir dan kumdian mengatakan sesuatu.

     "Maukah kau yang mengendalikan tubuhku saja?". Korin mengatakan sesuatu yang membuat Ethan terkejut dan 

    Ethan tidak menduga Korin lebih memilih menjadi jiwa dan meminta Ethan untuk menjadi pengendali tubuh nya. Bukan tanpa alasan Korin mengatakan hal tersebut. Korin hanya tidak memiliki kepercayaan pada dirinya sendiri. 

     Korin juga lebih menyukai menjadi bayangan yang bebas bepergian kemanapun tanpa adanya batasan dan bisa lebih fokus mengobservasi lingkungannya.

  Ethan yang bisa merasakan perasaan Korin mengiyakan permintaan Korin tapi dengan satu kondisi jika Korin sudah mendapatkan rasa percaya diri dan keyakinan yang teguh ia boleh kapanpun meminta pertukaran tubuh dengan Ethan.

       Korin senang dengan dengan perkataan Ethan lalu tersenyum dan menoleh ke arah Ethan."Kuharap kita bisa terus bersama seperti ini. Rekan". Ethan membalas Senyuman Korin dengan menoleh ke arah nya. Keduanya tersenyum hangat layak nya sahabat yang akhirnya bertemu setelah sekian lama.

    "Kepalaku dalam kondisi yang cukup mengerikan, kamu lebih baik persiapkan mental dan lihat dirimu di cermin". Korin memperingatkan Ethan jika bercermin untuk mempersiapkan diri lalu menunjuk ke cermin di pojok ruangan seberang lemari dan kemudian menukar tubuh dengan Ethan.

         "Baiklah?". Ethan dengan bingung bangkit dari kursi dan berjalan ke cermin dengan perasaan tidak enak. Ethan kemudian melihat dirinya sebagai Korin. Tidak ada yang aneh di tubuh Korin sampai Ethan melihat bagian pelipis kepalanya.

         Terkejut?, takut?, merinding?. Semua itu dirasakan pada saat yang sama saat Ethan melihat bagian samping kepalanya itu. Lubang kecil berukuran kurang lebih dua belas milimeter membuat Ethan terdiam mematung ketakutan.

        Nampak lubang di kepalanya adalah kemungkinan yang dikatakan Korin pada Ethan tentang dirinya yang mungkin bunuh diri. "Setidaknya beritahu aku lebih jelas". Ethan memggerutu ke Korin.

      Darah keluar dari luka itu mengalir melalui pipinya. Pemandangan yang dapat membuat seseorang berpikir bahwa dirinya akan mati. Saat melihat lebih dekat Ethan menyadari otak perlahan menggeliat seperti belatung menutup lubang di kepalanya yang membuat nya merasa mual.

       "Bagaimana mungkin manusia bisa hidup dengan luka seperti ini?". Ethan yang hampir menangis karena rasa takut bertanya-tanya kenapa ia masih bisa hidup.

       "Tenanglah, Aku pikir kita masih bisa hidup karena kutukan atau mantra yang kita ucapkan, dan juga karena dirimu yang berpindah ke tubuh ku dari dunia lain membuat luka itu perlahan beregenerasi". Korin menjelaskan dengan santai lukanya akan segera sembuh.

      "apa kau tidak takut saat melihat lubang di kepalamu sendiri". Ethan bertanya kenapa Korin tampak biasa saja melihat lukanya.

       "Lihat lah". Korin menjawab dengan singkat. Ethan yang kebingungan dengan maksud Korin kemudian mendapat penglihatan tentang ayahnya yang tewas di medan perang. Ayah nya mati dengan tragis setelah mengantarkan suplai.

    Ayahnya kembali hanya dengan tubuh dan kepalanya saja. Pemandangan mengerikan itu menghancurkan hati keluarga Korin. Ayah yang senantiasa berjuang demi keluarga dan negara nya tewas secara mengenaskan.

   Gilbin, Roxy, Maylene dan ibunya tak kuasa menahan kesedihan dan menangis melihat sosok yang di kagumi dan hormati nya meninggal. Mata Korin berkaca-kaca menahan kesedihan yang mendalam.

     Ayah Korin pernah mengatakan pada Korin yang berusia lima tahun bahwa dirinya tidak boleh lagi menangis dan harus menjaga keluarga nya meskipun ayah nya telah wafat.

      Mengingat perkataan ayah nya membuat Korin bertekad untuk memberikan yang terbaik untuk keluarga nya. Sepuluh tahun pasca kematian sang ayah. Korin berjuang menempuh peguruan tinggi dan mendapat prestasi gemilang bahkan dijuluki 'Sang Puncak'.

        Korin kemudian lulus sebagai lulusan terbaik dan melamar pekerjaan sebagai pengajar di Universitas Kiren untuk menaikkan status sosial mereka.

      "Ah, maaf kan aku. Aku terlalu panik melihat luka ini". Ethan merasa bersalah dengan perkataan nya barusan yang menyinggung Korin. Korin memaklumi nya perkataan Ethan dan Memaafkannya.

 "Luka itu sepertinya telah beregenerasi dengan sempurna". Perkataan Korin membuat Ethan kembali memperhatikan lukanya. Dan benar adanya lukanya tertutup sempurna.

    "Luar biasa~". Ethan kegirangan karena luka itu tidak lagi terlihat dan rasa sakit di kepalanya menghilang sepenuh nya. Ethan juga merasa senang karena Korin tidak marah walau itu mengingatkannya dengan ayahnya.

    "Hey hey, sudahlah kau bukan bocah yang harus ditenangkan agar tidak merasa bersalah lagi kan?". Korin dengan nada mengejek.

       Mereka kemudian mendiskusikan kembali apa yang sebenarnya terjadi. "Korin, apakah kamu tahu sesuatu tentang sihir atau ritual didunia ini". Ethan bertanya hal aneh pada Korin.

     "Sihir dan ritual ya? Sihir, sepertinya tidak ada hal semacam itu didunia ini. Tapi jika menyangkut ritual itu ada kau bisa lihat di ingatan ku". Korin membalas pertanyaan Ethan dengan menyuruh mengingat nya karena mereka berdua saling berbagi ingatan.

       "Yang bisa aku ingat hanya ingatan mengenai dewa dewi yang biasa kamu baca saat setelah makan siang di sekolah". Ethan tidak mendapat klu apapun. Mereka kemudian berhentu membahas nya karena telah kehabisan petunjuk.

      "Ya, lebih baik kita menikmati langit malam yang cerah ini". Ethan bangkit dari kursi dan berjalan menuju jendela. Terlihat bercak darah dilantai masih terasa basah. Ethan menaruh lengan nya di jendela dan memandangi bulan merah yang membuat malam itu semakin menegangkan. 

       "Sebaiknya kau mandi dan mengganti baju sekalian bersihkan lantai itu agar tidak ada yang khawatir". Korin menyuruh Ethan mengerjakan beberapa hal yang membuat Ethan menggerutu.

       Ethan mengambil handuk yang ada di gantung di atas lemari dan kemudian membuka bajunya. Tubuh ramping dan kurus hanya itu yang Ethan rasakan saat menggunakan tubuh Korin.

         Ethan lalu pergi ke pemandian umum di apartemen itu. Selang beberapa menit kemudian, Ethan kembali dengan tubuh yang sudah basah kuyup membawa kain pel. Sembari mengusap wajahnya dengan handuk Ethan mengambil baju di lemari.

        Kemeja linen putih dan celana coklat panjang. Ethan sudah selesai memakai baju kemudian membersihkan darah yang ada di lantai dengan kain pel yang ia dapat dari ruang resepsionis.

      Sembari mengepel Ethan dan Korin baru ingat  ibu dan adiknya ada di ruang sebelah mereka terpisah satu dinding beton yang tipis dan tidak kedap suara.

      Mereka merasa aneh karena tidak mungkin suara tembakan tidak terdengar dan membangunkan mereka dari tidurnya. Korin memberitahu Ethan bahwa kemungkinan besar ada campur tangan sosok lain yang membuat nya seperti bunuh diri.

      Ethan selesai mengepel dan segera mengembalikan kain pel tersebut ke tempatnya semula dan bergegas kembali ke kamarnya. Menutup pintu Ethan mengatakan ia juga memiliki prasangka bahwa adanya kehadiran orang ketiga diantara mereka yang melakukan sesuatu sejenis ritual pemanggilan dengan menggunakan kalimat dari buku dan artefak yang mereka miliki.

      Ethan dan Korin sepakat mereka akan melakukan semacam ritual esok hari saat sedang kosong. Ethan kembali duduk di depan meja dekat dengan jendela. Melihat langit malam yang gelap perlahan memancarkan cahaya keemasan di langit menandakan berakhir nya malam yang menegangkan itu dengan pagi yang baru.

         Tap* Tap* Tap* 

       Suara langkah kaki seseorang mendekat Ethan dan Korin yang tahu siapa yang akan mengetuk dan masuk ke kamar.

      "Maylene, kamu selalu disiplin jika menyangkut waktu". Ethan dan Korin mengucapkan hal yang sama secara bersamaan. Ethan tanpa sadar menganggap Maylene adiknya sendiri.

"Ingat adikku adalah Jessie". Ethan menekankan pada dirinya sendiri bahwa adiknya hanya Jessie. Korin yang merasakan perasaan Ethan tidak mempermasalahkannya sama sekali.

Ethan segera menyandarkan tangan dan tubuh nya di jendela dan menunggu Maylene masuk.