Chereads / Beyond The Destiny / Chapter 2 - Family

Chapter 2 - Family

"Selamat pagi! Bangunlah kakakku yang malas!" Maylene dengan suara lantang dan keras membangunkan kakaknya yang dipikirnya masih tertidur pulas. Saat melihat kakaknya berdiri di dekat jendela baju dan rambutnya terkibas oleh angin sembari menatap keluar Ethan terlihat berwibawa membuat Maylene terpesona.

   "Selamat pagi, Maylene". Tersenyum halus Ethan menjawab maylene  sembari menoleh ke arah nya. Maylene tersipu malu melihat kakak nya yang selalu putus asa kini terlihat seperti bangsawan. 

  "Ka-Kakak, selamat pagi". Maylene dengan malu-malu menjawab Ethan yang perlahan mendekatinya.

       Dihadapan maylene Ethan tersenyum dan berkata apa sarapan hari ini dan jam saku rusak milik nya yang di pinjam Maylene kemarin. Maylene merogoh saku rok nya dan mengeluarkan sebuah jam dengan ornamen pedang yang diselimuti akar merambat.

     Melihat jam nya menjadi bersih dan terlihat baru, Ethan dan Korin yang berbagi ingatan tahu jam itu sudah tak memungkinkan untuk diperbaiki bahkan oleh ahli jam terhebat di kota nya mengatakan bahwa sangat sulit agar bisa diperbaiki.

       Saat membuka jam itu Ethan dan Korin terkesan dengan keahlian maylene yang membuat jam itu terlihat seperti baru. Semakin diperhatikan Ethan dan Korin Menyadari jarum jam nya tidak bergerak. 

        "Setidaknya kamu sudah berusaha, Aku sangat berterima kasih Maylene". Ethan dan Korin menerima bahwa jam itu mungkin tak bisa diperbaiki. "Tunggu!". Maylene memotong perkataan Ethan lalu mendekati nya dan meraih jam itu.

     Klik* klik* klik*

       Maylene menarik sekrup diatasnya. Jarum jam yang awalnya diam berdetak. Hal tersebut membuat mereka terkejut. Ethan dan Korin senang dan merasa malu karena meremehkan Maylene. 

    "Terima kasih, Maylene aku kagum kamu bisa memperbaiki jam ini". Ethan yang berbagi perasaan dengan Korin hampir menangis karena merasa sangat senang.

      "Terima kasih kembali~" Maylene dengan senyuman nakal. Menggoda kakak nya yang mau menangis itu. 

   Seorang wanita dewasa dengan rambut hitam panjang datang mereka Bella Orkia datang menggunakan kemeja putih dan celana panjang coklat dan membawakan mereka sarapan.

      "Astaga~, apa yang sedang kalian lakukan?". Ibu mereka yang baru datang penasaran kenapa Korin seperti akan menangis dan maylene yang terlihat seperti menggoda Korin.

        "ibu!". Maylene dengan senang menceritakan apa yang baru saja terjadi pada ibunya yang menaruh makanan itu diatas meja belajar Korin yang cukup besar.

      Ibunya yang mendengar cerita nya dari Maylene tersenyum tipis melihat kedua anak nya sangat dekat dan Korin yang selalu terlihat depresi menunjukan perasaan nya.

       "Baiklah-baiklah, Mari makan anak-anakku". Ibu mereka kemudian menyuruh mereka untuk makan. "Aku akan mengambil sendok dan air minum tunggu sebentar". Ethan yang matanya masih berkaca-kaca berinisiatif mengambil minum.

        Mereka makan dengan tenang sembari berbincang tentang Kedua kakak nya yang masih bekerja di pabrik dan masih menulis di kamar nya. Tak lama kemudian Kakak perempuannya datang.

   Roxy dengan rambut putih nya yang masih menggunakan piyama meminta kopi ke ibu nya dan melihat mereka sarapan Roxy menghampiri mereka kemudian ikut makan. 

     Roxy memiliki rambut yang cukup spesial berwarna putih. Karena kepribadian pemalas dan rambut putih nya  ia sering disebut 'Snow White'. Cerita Snow White di dunia ini sama dengan dunia Ethan.

    Korin yang melihat kakaknya ikut makan dengan rambut putih yang masih acak-acakan dan mata mengantuk nya menghela napas.

     "aku buat kan kopimu Roxy". Ethan menyelesaikan sarapan nya dan segera membuat kan Roxy kopi yang ia minta. 

    "Terima kasih~". Roxy dengan rasa kantuk nya berterima kasih pada Korin dan melanjutkan mengunyah daging di mulutnya.

   Sembari membuatkan kakaknya kopi Ethan menyadari tubuh nya bergerak sendiri karena ingatan Korin yang sudah menjadi kebiasaan di tubuhnya.

     'Sepertinya kau sangat menyayangi keluargamu ya'. Ucapan Ethan membuat Korin tersenyum menyuruh Ethan fokus membuat kopi saja. Korin juga mengatakan kalau kakaknya menyukai kopi dengan banyak gula.

      Setelah menyeduhkan kopi yang diminta Roxy. Ethan memberikan Kopi hangat nya kepada Roxy yang segera di minumnya. Roxy menyadari itu bukan kopi yang biasa Korin buat lalu menanyakan nya.

    "Kenapa rasanya sedikit berbeda?". Roxy merasakan kopi sedikit lebih pahit. "Ini akan membuat efek dari biji kopi itu lebih terasa dan membuat rasa juga aromanya menjadi lebih enak". Ethan menjelaskan tentang kopi selama tiga menit yang membuat Roxy bingung.

      "iya, Aku paham Korin". Roxy dengan frustasi menjawab penjelasan panjang lebar Ethan. Ethan menghentikan penjelasan nya dan kembali duduk membahas kakak nya Gilbin yang bekerja di pabrik sejak kemarin pagi.

     "Kapan Kak Gilbin akan pulang?". Maylene bertanya kapan Gilbin pulang. "Mungkin nanti sore akan pulang". Ethan menjawab dengan memikirkan pekerjaan kakak nya yang cukup berat.

      Setelah menyelesaikan sarapan. Bella kemudian bersiap berangkat kerja dan Maylene bersiap untuk pergi ke sekolah. "Korin, bisakah kamu belikan ibu roti dan daun teh herbal. Uang nya ada diatas meja". Ibu Korin meminta Ethan membelikan bahan makanan.

        "iya, Ibu". Ethan mengiyakan permintaan ibunya dan mengambil uang di atas meja. Jumlahnya sekitar lima belas ribu asken dan dua koin tembaga atau sekitar sepulu roti dan Satu kotak kecil teh herbal maka sisanya dua koin tembaga.

      "Mungkin sisanya untuk ku". Ethan tidak terlalu memperdulikannya dan Korin mengatakan Ibunya biasa nya  menaruh uang tanpa disadari.

     Melihat kesamping nya. Roxy yang sedang tertidur pulas diatas meja dengan cangkir kopi yang masih terisi penuh. "Bangun!!". Korin membangunkan kakaknya dengan menggelitiki nya.

       Roxy yang merasa geli pun terbangun dari tidur nya. "hahaha, Iya, aku bangun aku bangun". Roxy bangun membawa kopi nya kembali ke kamar dengan ekspresi cemberut dan menembemkan pipi nya.

     Saat Roxy keluar dari kamar Korin ia sedikit mengintip Ethan. Ethan yang berjalan menghampiri lemari yang didalamnya terdapat dua pasang rompi hitam, satu buah mantel coklat, dan sebuah topi topper.

    Ethan meraih rompi mengenakannya diikuti dengan mantel dan topi topper nya. Setelah mengenakan topi nya Ethan menutup lemari dan melihat dirinya di cermin. 

      "Pakaian ini bagus juga untuk mu, Korin". Ethan memuji pakaian dan postur tubuh korin yang tinggi membuat Ethan terlihat gagah dan berwibawa. 

    "Dulu aku memiliki mantel dan topi yang sangat ku suka". Ethan berbincang dengan Korin. Korin sudah mengetahui nya dari ingatan Ethan. 

    "Kau pasti sudah melihat dari ingatan ku kan. Aku mendapatkan mantel dan topi itu dari ayah ku." Korin juga senang bisa menggunakan mantel dan topi itu.

     Roxy masih mengintip dengan cangkir kopi yang sudah kosong di tangannya. Sedikit bingung mengapa Korin berbicara sendiri. Menurut Roxy, Korin bukanlah tipe yang akan berbicara sendiri. Roxy masuk kedalam kamar nya melihat Korin berjalan keluar dari kamar.

      Ethan menutup pintu lalu menyusuri koridor yang tampak agak kotor dan lusuh dan menuruni tangga dengan cepat hingga sampai di ruang utama. 

       Ethan berjalan melalui orang yang berlalu lalang di sekitarnya. Mencapai pintu keluar, Ethan membuka pintu dengan lembut dan melangkah keluar. Nampak jalanan dan saluran air yang kotor menghiasi jalan dan pedagang yang berteriak menawarkan dagangan nya.

     "Ku harap kau terbiasa dengan ini". Korin mengatakan hal tersebut dengan raut wajah datarnya. "Tidak apa-apa aku sudah terbiasa karena ingatan yang ada di tubuhmu". Ethan Tidak merasa jijik.

      Berjalan menuju toko roti terlihat pengamen yang memainkan sebuah lagu dan diikuti oleh tarian anak-anak dengan wajah yang pucat menunjukkan kurang gizi. Walu begitu mereka tetap menari dengan tawa dan senyuman.

      Seorang wanita cantik berambut merah dengan wajah pucat melihat anak-anak yang tengah menari. Membuat nya tersenyum merasakan kebahagiaan mereka. Ethan secara reflek mengikuti nya menuju toko roti.

         Toko roti langganan keluarga nya. Toko roti Gappy dan Ruyi. Wanita yang Ethan ikuti adalah Ruyi pembuat roti terbaik di kota serberan. "Bibi Ruyi! Tolong delapan potong roti". Ethan memanggil Ruyi dengan penuh semangat.

      Ethan yang dapat merasakan apa yang Korin rasakan dari ingatan nya. Membuat nya juga dapat merasakan makanan favorit Korin. Ethan tanpa sadar meneteskan air liur nya.

       "Ah, Korin tak biasanya melihatmu penuh semangat seperti itu". Bibi Ruyi menjawab Korin dan menoleh ke arahnya dari meja kasir. Korin mendekati meja kasir lalu mengucapkan kembali pesanannya dan memulai percakapan.

       "Paman Gappy dimana? Bibi". Ethan menanyakan keberadaan Gappy. "Dia seperti biasa sedang tidur". Ruyi tersenyum membalas pertanyaan Ethan.

         Mereka terus berbincang selama beberapa menit. Ruyi yang sudah menyiapkan pesanan Ethan di kantung kertas. "Itu pesanan mu". Ruyi sudah menyiapkan apa yang Ethan pesan.

       "Aku selalu bingung kenapa kamu bisa menyiapkan semua nya bahkan tanpa bergerak dari tempat mu". Ethan dengan perasaan bingung milik Korin bertanya pada Ruyi. 

       "Hahaha, aku hanya terbiasa menyiapkan nya sebelum pelanggan datang". Ruyi menjawab dengan senyuman lembut dan menyilangkan tangan nya. Ethan yang mendengarnya pun sudah tahu Ruyi akan menjawabnya seperti itu.

       "Kalau begitu sampai nanti Bibi". Ethan pergi keluar dari toko diperhatikan oleh Ruyi dengan senyuman hangat menutupi rasa takut dan merinding yang ia rasakan.

  

      "Korin". Ethan memanggil Korin dengan perasaan curiga. "Kau tidak mencurigai Bibi kan?". Korin Merasakan kecurigaan Ethan. 

       "Tidak juga, Tapi saat aku melihat perilakunya seperti seseorang yang sedang menyembunyikan sesuatu, selain itu matanya bergetar seperti orang ketakutan". Ethan menyatakan rasa curiganya pada Korin.

        "Kau tidak sepenuhnya salah. Saat aku melihat Bibi juga aku merasa ada yang aneh tapi aku tidak tahu apa itu. Kau hebat juga bisa memperhatikan detail sekecil itu". Korin membenarkan perkataan Ethan dan memujinya karena bisa memperhatikan detail kecil yang Korin lewatkan.

        "Haha".  Ethan tersenyum merasa tertarik dengan misteri di balik kondisi mereka. "Sekarang, ayo beli teh herbal dulu". Ethan berjalan menuju toko teh yang ada di tengah kota.

   Sesampainya di tengah kota. Ethan melihat sekelompok badut yang sedang membagikan selebaran untuk pertunjukan sirkus malam ini. Ethan menerima selebaran yang diberikan sang badut lalu membacanya. Tertulis bahwa biaya masuk nya hanya lima ribu asken per orang nya. 

     'sepertinya ini akan menyenangkan kalau ku bawa Maylene'. Ethan berpikir akan menyenangkan jika membawa Maylene ke pertunjukan yang disetujui Korin. 

      Ethan lalu melanjutkan perjalanannya membeli Daun Teh. Setelah membeli daun teh Ethan pulang dengan senyuman yang masih terukir di wajah nya. Beberapa saat setelah menjauh dari pusat kota Ethan melihat sebuah kartu nama tergeletak di jalan.

      Melihat lebih dekat. Ethan tak menyangka ada tarot di dunia ini dan Korin yang tidak terlalu peduli dengan hal tersebut mengajak Ethan langsung pulang saja. Etham memutuskan untuk memungut kartu itu, menyimpannya di saku dan melanjutkan perjalanan.

      Ethan sampai dirumah dengan perasaan yang tidak enak. Ethan mencoba menghiraukannya. "Ah, aku belum lihat lambang kartu yang kubawa". Ethan merogoh saku nya dan mengeluarkan kartu yang ia simpan. Saat memperhatikan kartunya yang berlambang The Fool. Ethan menyadari ia memungut dua kartu. The Fool dan The Hierophant. 

       Saat Ethan membalik kartunya, Ia melihat dibelakang kartu terdapat sebuah lambang yang terpisah dan saat menyatukan kedua lambang tersebut.

       Srrt*

     Suara statis muncul di kepala Ethan yang membuatnya kesakitan. Korin yang terpisah jiwa juga merasakannya membuat mereka merintih kesakitan. 

        "Apa yang terjadi?!!". Korin bertanya-tanya apa yang sedang terjadi pada Ethan dan saat Korin melihat Ethan. Ia menyadari tubuh nya berubah menjadi tubuh asli Ethan dengan matanya yang bersinar memancarkan api biru yang membara.

        Ethan yang juga kebingungan dengan apa yang terjadi. Menjatuhkan kartunya dan melihat ke arah Korin. Ethan terkejut Korin tidak berada dalam wujud Roh dan sedang berada di dalam tubuhnya. Melihat matanya, Ethan menyadari bahwa mereka menggunakan tubuh  mereka masing-masing.

        Blink*

     Cahaya menyilaukan pandangan mereka dan saat mereka membuka mata. Mereka menyadari bahwa tubuh mereka terpisah dan dapat melakukan kontak fisik.

         Ethan dan Korin melihat kondisi sekitar. Menyadari jika mereka telah berpindah ke suatu tempat asing. Tanpa warna dan tanda-tanda kehidupan. Melirik satu sama lain, mereka mulai mendiskusikan kejadian yang mereka alami.

        "Sepertinya kita terjebak disini". Korin langsung menyimpulkan keadaan mereka. "Kurasa tidak". Sebaliknya korin mengatakan bahwa tempat itu adalah tempat yang mereka buat menggunakan kartu yang mereka temukan.

     Setelah saling bertukar pikiran mereka kembali melihat sekitar dan saat menoleh ke atas terlihat kartu tarot yang mengapung mengelilingi mereka.

    Terdapat dua puluh dua kartu tarot yang ada di atas mereka. Saat melihat kartu nomor nol dan lima perlahan bergerak membuat mereka waspada dengan segala kemungkinan yang ada. 

   Sebelum dapat bereaksi kedua kartu itu terbang menuju mereka dan masuk ke dalam punggung lengan mereka. Sontak keduanya panik dan mengayunkan tangan mereka dengan cepat.

      Ethan dan Korin yang awalnya panik tiba-tiba merasakan perasaan kuat memenuhi tubuh mereka  setelah kartu tersebut masuk kedalam tangan mereka sepenuhnya. "Aku merasa hidup". Itulah yang ada dipikiran mereka. Keduanya merasakan hal yang sama.

      Kartu itu juga meninggalkan simbol di tangan mereka. Ethan dan Korin kembali melirik satu sama lain. Layaknya menggunakan telepati mereka menganggukan kepala mereka satu sama lain tanda mengerti.

      "Jumlah kartunya ada dua puluh dua termasuk yang ada pada kita berdua. Kau The Fool dan Aku The Hierophant". Korin mengatakan isi pikirannya. "Itu berarti ada dua puluh dua orang lagi yang akan menerima kartunya". Ethan melanjutkan kesimpulan Korin.

      "Pertanyaan nya sekarang adalah apa efek samping saat kita mendapatkan kartu itu". Korin melontarkan pertanyaan yang membuat mereka sedikit was-was. Mereka mencoba memahami simbol ditangan mereka. 

    "Aku akan coba menyentuh nya". Ethan bereksperimen dengan simbol itu dan Korin menyuruh Ethan jangan gegabah. Ethan menyentuh simbol yang ada ditangan dan secara perlahan Ethan bisa merasakan sesuatu tapi menghilang begitu saja.

     "Untuk sesaat aku merasakan sesuatu yang sangat aneh, Rasanya seperti seluruh tubuhku terguyur oleh hujan". Ethan menjelaskan pada Korin apa yang ia rasakan dan korin yang mendengarkan Ethan sedikit memahami apa maksud simbol itu.

      "Aku akan mencoba menyentuhnya juga". Korin semakin penasaran dengan simbol di tangan mereka dan menggenggam tangannya. Korin merasakan sesuatu berbeda dari yang Ethan beritahu.

       Korin merasa segalanya berubah menjadi angka. "Woah ini luar biasa!!". Korin tercengang dengan apa yang dirasakannya. Sesaat setelah merasakan hal tersebut Korin kembali normal.

        Mereka menatap satu sama lain selama beberapa menit lalu menoleh ke arah kartu yang ada diatas mereka. Setelah beberapa saat Ethan memulai percakapan.

    "Sepertinya tempat ini semacam tempat perkumpulan yang dipicu oleh kartu yang kita ambil. Bukankah begitu, Korin?". Ethan menganggap semua ini di akibatkan kartu yang mereka temukan dijalan.

     Sebuah getaran terasa membuat mereka hampir terjatuh. Di tengah getaran yang terjadi dari permukaan muncul sebuah meja berbentuk persegi panjang dengan dua puluh dua kursi mengelilingi nya. 

      Kartu yang ada diatas mereka kemudian terbang menuju mereka dan menjadi sebuah dek kartu. "Kartu itu sepertinya meminta kita untuk memilih". Ethan berkata pada Korin. "Sebaiknya kau atau aku yang memilihnya?". Korin bertanya keputusan Ethan.