Zain
Tangannya yang dingin dan menenangkan membuatku membiarkan diri digenggam olehnya sementara suara lembutnya menenangkan aku.
Walaupun pandanganku buram, aku melihat tangannya terangkat, menghapus air mata dari mataku.
Kemudian aku benar-benar bisa melihatnya, kesakitan di wajah muda nan cantiknya.
Mataku menatap mata biru kristalnya, kesedihan melihat anak serigala alpha tertua dalam kesakitan yang begitu dalam.
"Ibu, ini sakit," aku menangis, tidak malu menangis di hadapannya, satu-satunya orang selain Lilly yang pernah melihatku menangis.
Dia memelukku, kepalaku di pangkuannya sementara dia mengelus rambutku dengan tangan dinginnya di atas karpet hijau seledri di lantai kayu.
"Shhh sayang, semuanya akan baik-baik saja, aku janji. Kuatlah ya? Bertahanlah, sebentar lagi akan lewat," suara lembutnya menenangkan pikiranku saat bibirnya mencium keningku, menempelkan pipinya ke kulit panasku sementara aku terbaring di sana, dada mengangkat dan menurun karena kelelahan.