Hampir saja goma yang aku kunyah tersedak keluar, tapi dia menatapku dengan mata hitam besar yang bening; penasaran dan polos. Aku bisa tahu bahwa tidak ada niat jahat dalam pertanyaan itu, jadi aku memutuskan untuk menjawabnya dengan jujur.
"Ya, aku memang manusia."
Aku menunggu reaksinya. Sementara orang dewasa cukup bijak untuk menyembunyikan perasaan mereka yang sebenarnya dan berpura-pura bersikap baik, anak-anak biasanya lebih jujur. Reaksi mereka akan mencerminkan apa yang diajarkan atau ditunjukkan orang dewasa kepada mereka.
"Oh!" dia tiba-tiba tegak dan menatapku lebih intens, mata berkedip dan lebar. "Kalau kamu manusia... itu berarti kamu Pengantin Tuan?"
Hmm... apakah mungkin merasa malu dan cemas dalam waktu yang sama? Ya, ternyata bisa. "Benar," jawabku singkat.
Dia berhenti sejenak dan terus menatapku, sebelum akhirnya berkata. "Wow!" lalu dia kembali memperhatikan goma-nya.
Apa... itu saja reaksinya? Yah... ini membuat cemas ku merasa canggung.