Alexander bangun lebih dulu dari Rain dan perlahan keluar dari tempat tidur, berhati-hati agar tidak mengganggunya. Namun saat akan meninggalkan ruangan, ia berhenti sejenak, matanya tertuju pada wajah tenangnya. Waktu seakan berhenti saat ia berdiri di sana, tersenyum sendiri seperti seorang pria yang tenggelam dalam mimpi menyenangkan.
"Tidak heran aku dulu sering diam-diam memotretmu," bisiknya lembut, suaranya penuh kekaguman. Hanya dengan menontonnya, ia merasa kepuasan yang luar biasa, seolah segala sesuatu di dunia akhirnya sempurna.
Tidak bisa menahan diri, ia membungkuk untuk mencium bibirnya dengan lembut sebelum memaksa dirinya untuk mundur. Alexander telah memutuskan untuk menyiapkan sarapan atau lebih tepatnya, brunch karena sudah lewat jam sepuluh pagi.
Setelah berpakaian, ia menuju ke dapur, di mana ia menemukan Sanya dan Chef Philip asyik berbicara.
"Selamat pagi, Tuan," sapa Chef Philip dengan hangat.