Hati Ophelia tak pernah tenang di dekat Killorn. Dia menatapnya dengan mata yang bergelora layaknya ombak lautan pada air yang kasar. Fitur tajamnya membentuk sebuah cemberut ketidaksetujuan. Bahunya yang lebar tampak tegap karena kekhawatiran, rahangnya mengencang cukup untuk memotong batu. Dia melihat Killorn mengenakan tunik paginya, tetapi tunik itu menempel di ototnya, menggantung di tubuh tampannya karena dia mungkin baru saja kembali dari melatih para pria sepanjang hari.
"Apa yang kamu lakukan di perpustakaan yang sempit ini?" Killorn mendesak saat dia menutup jarak di antara mereka dalam enam langkah panjang. Dia tahu—dia menghitung.
"U-uhm..." Tenggorokan Ophelia tercekat oleh kegelisahan, saat dia gelisah memainkan jarinya.