Mereka semua makan bersama sama di meja makan dengan penuh sukacita dan tawa. Tak terasa, mereka pun sudah selesai menyantap makanan mereka masing masing.
Setelah selesai menyantap makanan mereka, Ibu mengambil semua piring kotor yang ada dan mencuci nya, Hiori pun turut membantu sang ibu untuk mencuci piring yang kotor.
Namun tidak dengan Leon, Leon berlari ke lantai atas, lebih tepat nya ke kamar nenek nya berada. Dia sebenernya hanya ingin mengambil buku cerita yang sering ia baca di lemari nenek nya. Setelah selesai mengambil buku, Leon pun segera berlari kembali ke kamar nya untuk membaca buku tersebut lagi dan lagi.
Yah, sebenernya buku yang sering Leon baca adalah buku tentang petualangan 7 juru selamat.
Leon pun mulai membaca buku tersebut.
"Wah... Apa ketika aku sudah besar nanti, aku akan bisa menjadi seperti mereka?" Ucap Leon dengan mata yang berbinar.
Leon terus membaca buku tersebut, sampai matanya tertuju kepada salah satu juru selamat yang ada, juru selamat tersebut bernama Andari Mikhailivoc.
"Wah dia mempunyai badan yang sangat besar dan kekar, mungkin peran dia adalah sebagai seorang pelindung yang melindungi teman-temannya!" Ucap Leon sambil tertawa lepas.
Lalu dia kembali berbaring di kasur nya, saat dia menoleh ke pintu, kakak nya secara tiba-tiba bersandar di pintu.
"Loh, sejak kapan kakak ada disana? Dan ngapain juga kakak ke kamar ku?" Tanya Leon.
"Baru tadi kok, aku ke kamar mu karena ibu meminta ku untuk membersihkan kamarmu." jawab Hiori sambil memegang sapu.
"Oh, oke deh kak. Oh Iyah, makasih yah kak sudah mau membereskan kamar ku." Ucap Leon berterima kasih kepada kakanya.
"Iyah sama sama, kakak juga senang kok membantu kamu." Jawab Hiori dengan tersenyum.
Lalu Leon bangun dari kasurnya dan menaruh bukunya di meja kecil di samping kasurnya. Leon menaruh bukunya karena ia tiba tiba ingin bermain dengan teman temannya.
"Kak, aku ingin bermain bersama teman teman ku yah. Tolong beritahu ibu aku pergi bermain keluar yah." Ucap Leon kepada Hiori.
"Iyah nanti kakak beritahu ibu." Jawab Hiori.
Leon pun segera berlari keluar rumah.
"Dadah kakak." Ucap Leon sambil melambaikan tangan nya ke jendela.
Hiori pun melambaikan tangan nya juga sembari tersenyum, lalu ia pun melanjutkan menyapu kamar sang adik tersebut.
Leon berlari ke rerumputan hijau yang luas untuk bertemu dengan teman temannya.
"Kawan kawan! Kalian sedang ngapain?" Ucap Leon dengan semangat
"Oh rupanya kamu Leon, kami hanya sedang membantu Devon agar dia bisa menggunakan sihir air." Ucap salah satu temannya Leon yang bernama Jack, dia adalah yang paling tua di antara teman-temannya Leon.
"Oh... Ternyata sedang membantu Devon belajar menggunakan sihir air." Ucap Leon.
Leon pun segera melihat Devon yang kesulitan menggunakan sihir air.
"kayak nya aku ga bisa deh... Aku memang tidak berbakat." Ucap Devon dengan nada yang sedikit sedih.
Leon pun menghampiri Devon dan merangkul pundaknya.
"Kenapa harus bersedih? Kan kamu paling berbakat diantara kami tentang sihir perangkap, seharusnya kamu bangga dengan itu kan?" Ucap Leon menasihati Devon.
"Omongan Leon ada benarnya, menurut ku, jika kamu sudah berbakat di sihir itu kamu harusnya mengembangkan nya." Ucap Jack.
"Ya, kalian semua ada benarnya juga." Ucap Devon.
"Daripada kamu bersedih mending kita main lempar batu ke sungai aja yuk?" Ucap Leon memberikan saran.
"Wah boleh tuh, daripada aku bersedih terus, ayo kita segera ke sungai Miara!" Ucap Devon dengan bersemangat.
Lalu Devon pun segera berlari ke sungai, Leon dan Jack hanya bisa saling menatap dan tersenyum melihat tingkah laku Devon. Leon dan Jack pun segera menyusul Devon untuk pergi ke sungai Miara.
Mereka bertiga pun sudah sampai di sungai Miara.
"Seperti biasa sih, pasti aku yang bakalan menang lagi." ucap Devon.
"Belum mulai bermain aja sudah yakin menang aja, lihat aku bakalan buktiin nanti, kalo aku yang bakalan menang." Ucap Jack dengan wajah menyeringai sembari mengambil batu.
"Masa sih? Aku yang bakal menang lah, karena aku kan selalu dua langkah di depan daripada kalian." Ucap Leon dengan nada sombong nya.
"Yasudah, ayo kita segera bermain." Ucap Jack.
Mereka pun mulai bermain, ketika mereka baru mulai bermain sebentar, secara tiba tiba langit di atas mereka menjadi gelap dan meneteskan air.
"Loh? Kok tiba tiba awan nya berubah menjadi mendung yah? Perasaan tadi masih cerah deh awan nya." Ucap Leon dengan wajah kebingungan.
"Iya benar katamu, kok tiba tiba mendung yah? Mending kita segera pulang deh, perasaan ku tidak enak nih." Ucap Jack mengajak mereka untuk segera pulang ke rumah.
"Loh, tapi kan kita belum selesai bermain? Sebentar lagi saja, ayolah." Ucap Devon yang masih ingin bermain.
"Apasih bodoh? Ini sudah mau hujan, ayo kita segera pulang sebelum ku tinggalkan kau." Ucap Jack sembari berjalan ke arah rumah bersama Leon.
"Woi tunggu aku!" Ucap Devon, ia pun berlari untuk mengejar mereka berdua.
Mereka pun sudah tiba di pedesaan mereka.
"Sampai jumpa semua, besok kita main lagi yah." Ucap Leon mengajak mereka untuk bermain lagi besok.
"Boleh saja kalau ingin bermain lagi besok." Jawab Jack setuju.
"Iyah tuh boleh, besok kita main lagi yah." Jawab Devon menerima ajakan bermain dari Leon.
"Oke semuanya, dahh!" Ucap Leon sambil melambaikan tangan nya.
"Dahh!" Jawab Jack dan Devon, mereka pun melambaikan tangannya juga.
Leon pun berjalan ke rumah, lalu ia melihat ibu yang sedang mengambil baju yang sedang dijemur.
"Leon, kamu baru pulang nak? Bisakah kamu membantu ibu untuk mengambil baju yang ada di jemuran ini?" Ucap sang ibu meminta tolong kepada Leon untuk membantunya.
"Siap ibu! Aku akan membantu mengambil baju yang ada di jemuran ini." Ucap Leon dengan semangat.
Leon dengan cepat membantu ibunya mengangkat baju jemuran tersebut dan membawanya masuk ke dalam rumah.
"Kenapa tiba tiba langit nya mendung yah?" Ucap sang ibu.
"Aku juga tak tau bu, langit nya tiba tiba berubah menjadi mendung, aku juga heran kenapa tiba tiba langit nya menjadi mendung." Jawab Leon yang merasa keheranan juga.
"Oh iya, ngomong ngomong kemana anggota keluarga kita yang lain?" Sambung Leon bertanya kepada ibunya.
"Ayah mu sedang bertugas menjaga desa, kalau kakak sama nenek mu mereka sedang berada di kamar nya masing-masing, mungkin mereka sedang tertidur dengan nyenyak sekarang." Jawab sang Ibu kepada Leon.
"Oh, aku kira mereka semua sedang pergi, soalnya daritadi aku tidak melihat mereka sama sekali." Ucap Leon.
"Yasudah kalau begitu Bu, aku ke kamar duluan yah." Ucap Leon meminta izin untuk pergi ke kamarnya.
"Iyah nak, kamu ke kamar duluan saja." Jawab ibu Leon.
Leon segera berjalan ke kamarnya, Leon pun masuk kedalam kamar nya, ia melempar dirinya ke kasur karena ia sudah mengantuk dan ingin segera tidur.
Adegan berpindah ke Hiori, Hiori sedang berada di kamarnya, ia sedang menatap keluar jendela kamarnya tersebut.
"Sekarang sudah sore yah... Tapi mengapa cuaca diluar sangat buruk ya? Tidak seperti biasanya, katanya sekarang tidak akan turun hujan, mengapa sekarang turun hujan? Yasudah deh, bukan urusan aku ini." Ucap Hiori kepada dirinya sendiri.
Hiori pun segera menutup gorden jendelanya dan dia kembali berbaring di kasurnya.
Adegan berpindah di luar desa, ada sesuatu yang mengawasi mereka.
"Komandan Zagan, kapan kita akan menyerang desa ini?" Ucap salah satu iblis kepada komandannya.
"Bersabarlah Valevar, desa ini akan hancur sebentar lagi... Ha ha ha!" Ucap salah satu dari komandan iblis yang dikenal sebagai Zagan. Ketika Zagan tertawa jahat, dia bahkan bisa membuat para burung terbang karena ketakutan dan hutan pun juga ikut bergetar akibat dampak dari tawa jahat Zagan Tersebut.