Mendengarkan perkenalan Kuro, Tear juga berpikir hal yang sama dengan para murid. Dia mengecek kembali daftar nama siswa dan akhirnya mendesah kecil.
Layla memiliki latar belakang yang spesial, tapi Kuro memiliki latar belakang yang lebih spesial. Tak aneh jika dia bisa masuk sekolah meskipun peringkat F.
"Baiklah, karena perkenalan sudah selesai. Aku akan menjelaskan bagaimana aturan dan sistem sekolah. Pertama, setiap siswa diharuskan memiliki seorang pasangan yang akan menjadi rekan selama satu tahun ke depan. Kalian diberikan waktu selama 10 hari untuk memilih pasangan. Hati hati, setelah mendaftarkan pasangan, kalian tak akan bisa mengubahnya selama satu tahun. Kedua, ujian akan dilaksanakan setiap 6 bulan sekali untuk mengetahui peningkatan kalian. Dalam ujian ini, peringkat kalian mungkin akan mengalami perubahan. Ketiga, kalian bisa melaksanakan misi di luar sekolah, tergantung hasil kalian, kalian akan mendapatkan nilai bonus. Keempat--"
Ada total 7 aturan penting yang dijelaskan oleh Tear. Tapi hanya tiga saja yang penting, dan sisanya tak banyak berbeda dengan sekolah biasa.
"Pelajaran cukup sampai di sini. Aku akan membiarkan kalian berdiskusi tentang apa yang harus kalian lakukan tentang aturan pertama. Ini sangat penting bagi kalian."
Kelas akhirnya dibubarkan.
Kelas yang tenang langsung menjadi ramai. Para murid yang berencana mencari pasangan mulai saling mengobrol satu sama lain untuk mengenal lebih lanjut keunggulan dan kelemahan yang mungkin akan menjadi pasangan mereka.
Ada cara yang lebih mudah, yaitu lewat buku sekolah yang merupakan sebuah alat sihir. Tak hanya berfungsi sebagai identitas siswa, buku itu juga memiliki fungsi menampilkan informasi dasar mengenai para murid.
Nama, peringkat, elemen, tipe Exceed, dan kota asal bisa ditemukan dengan buku sekolah yang lebih mirip sebuah kotak dengan layar kaca.
Layla salah satu orang yang menggunakan buku sekolah untuk menemukan calon pasangan.
(Hanya dua orang saja yang peringkat A, sayang...)
Mereka berdua adalah laki laki. Jenis kelamin menjadi yang terpenting karena setiap pasangan akan tinggal di kamar asrama yang sama. Tentu saja itu tidak wajib, tapi berbeda dengan murid lain, kamar asrama Layla sedikit spesial mengingat latar belakangnya.
Alasan lain karena keamanan. Sebagai salah satu putri orang penting, Layla menjadi incaran musuh ayahnya. Beruntung dia memiliki alat komunikasi yang bisa menghubungi orang terkuat di sekolah sebagai pengawal. Jika tidak, mana mungkin dia akan sendirian di sekolah.
(Jika memilih murid perempuan...)
Yang terbaik hanya peringkat B. Itu tidaklah buruk untuk seorang Exceed.
(Aku harus memilih Exceed dengan elemen yang cocok dengan elemenku)
Seorang Exceed hanya bisa mengendalikan satu elemen saja. Dikarenakan hal ini, membentuk tim untuk mengatasi kelemahan elemen menjadi hal penting bagi para Exceed.
Sistem berpasangan adalah salah satu cara yang paling efektif untuk belajar mengatasi kelemahan dan juga melatih kerja sama dengan Exceed lain.
Tentu saja ada pengecualian. Dalam sejarah, ada beberapa Exceed yang bisa menggunakan lebih dari satu elemen. Eksistensi mereka cukup langka.
Tetapi mengendalikan lebih dari satu elemen belum tentu menjadi lebih kuat dari Exceed yang hanya bisa mengendalikan satu elemen. Jika kapasitas Mana Pool tidaklah cukup, maka keuntungan dari bisa mengendalikan lebih dari satu elemen tak berguna.
(4 dengan elemen angin, 5 elemen api dan sisanya elemen yang tak mudah bekerja sama denganku. Aku harus memilih salah satu dari mereka.)
Angin bisa menguatkan elemen api, sedangkan elemen api tak bertentangan dengan elemen apinya.
(...aku tak boleh terburu buru dalam hal ini.)
Layla melirik ke arah para calon yang akan menjadi pasangannya. Dia tahu mereka semua sudah saling kenal dengan murid lain sebelum mulai sekolah.
Inilah salah satu hal yang membuat Layla kurang nyaman di sekolah. Sebagai orang luar, dia belum memiliki teman yang bisa diajak berbicara.
Mendesah dalam hati, Layla lalu memutuskan untuk keluar dari kelas.
"Apakah aku yang mengajak mereka, atau aku menunggu diajak?"
Mengajak mungkin keputusan yang paling cepat dan efektif, tapi apakah itu pantas dengan statusnya?
Siapapun yang dia ajak pasti akan mau jadi pasangannya. Mana mungkin ada yang menolak ajakan satu satunya murid baru dengan peringkat S.
"Oh.. kenapa aku tak memikirkan hal itu?"
Bagaimana kalau melakukan sesuatu yang membuat banyak orang mengajaknya? Lalu dari semuanya, dia akan memilih salah satu yang paling cocok dan terbaik.
Dengan cara ini, dia akan menyelesaikan semua masalahnya.
"Tapi bagaimana aku melakukannya?"
Saat sedang memikirkan strategi khususnya, ada tiga orang murid laki laki yang mendekat. Dari perbedaan warna di beberapa bagian seragam, mereka berasal dari kelas dua.
"Permisi, nona Layla. Namaku Diego. Murid kelas 2-2. Dan mereka adalah temanku, Teo dan Ted. Salam kenal."
"Salam kenal, senior."
Layla tak perlu menyebutkan namanya karena dia yakin ketiganya sudah tahu.
Yang menjadi masalah, apa tujuan mereka memperkenalkan diri sekarang?
"Kamu lebih cantik daripada yang dirumorkan. Dan aku bisa merasakan kalau kamu juga memiliki kekuatan yang pantas menyandang gelar seorang peringkat S. Putri seorang Paladin terkuat memang berbeda dengan Exceed biasa. Sungguh mengagumkan."
"..."
Pujian itu mungkin terdengar indah di telinga, tapi Layla tahu betul kalau ada cemoohan dari pujian itu.
Layla yang tumbuh di lingkungan dengan para penjilat yang ingin membuat hubungan dengan keluarganya langsung bisa melihat arah dan tujuan mereka.
"Karena kamu adalah salah satu, tidak, satu satunya harapan sekolah ini, kami sebagai seorang senior berniat membantumu."
"Maksudmu?"
"Peringkat tidaklah menentukan kekuatan sebenarnya dari seorang Exceed. Tak jarang seorang Exceed peringkat tinggi bisa kalah dari peringkat rendah karena kurangnya menguasai sihir dan teknik bertarung. Jadi kami berniat memberikan sedikit bimbingan untuk membantu dirimu berkembang lebih cepat."
"...."
"Aku pengguna sihir api, meskipun aku peringkat A, tapi pengalamanku lebih banyak daripada dirimu. Teo dan Ted pengguna sihir angin dan air. Mereka berdua bisa menjadi lawan tanding yang bagus daripada murid kelas satu yang belum cukup pengalaman bertarung dan menggunakan sihir. Bagaimana menurutmu?"
Di Black Dragon Academy status murid peringkat A bisa dibilang status tertinggi di antara para murid. Tak aneh jika ada yang tak senang dengan kehadiran murid peringkat S yang akan membuat status mereka menjadi lebih rendah.
Tujuan utama Diego adalah untuk memberikan pelajaran pada Layla tentang statusnya di sekolah. Peringkat S atau seorang putri Paladin terkuat, tidak akan menjadi apa apa selama di sekolah.
Tentu saja Layla tak sebodoh itu untuk tak menyadari tujuan Diego. Dirinya memang dikagumi banyak orang, tapi banyak pula yang menjadikannya musuh. Jika tak ada perlindungan dari status putri Paladin, mungkin dia tak akan sekolah dengan tenang.
Tapi tampaknya ada orang yang ingin merusak ketenangannya.
"Aku sebenarnya juga memikirkan hal itu. Aku bahkan sudah memiliki rencana untuk menemui senior untuk membantuku. Aku senang karena tak perlu repot-repot melakukannya."
Diego tersenyum lebar. Dia merasa sudah menang.
"..tetapi aku berniat memilih senior yang kuat kuat saja. Kau mengerti maksudku kan senior?"
"Tentu saja. Kami tak akan mengecewakanmu. Kalau begitu, kapan kamu memiliki waktu luang? Kami akan menyesuaikan jadwal kami denganmu. Seperti yang kamu tahu, kami tidaklah bisa sesantai seperti para junior."
Diego secara tak langsung mengkatakan 'bersyukurlah kami mau meluangkan waktu untukmu'.
Layla hanya tersenyum kecil.
"Bagaimana kalau sekarang? Kebetulan aku saat ini sedang memiliki waktu luang. Aku sudah lama penasaran dengan para senior di Black Dragon Academy."
Tatapan Diego langsung terlihat tajam, tapi langsung kembali normal.
Dengan menyebutkan nama Black Dragon Academy, Layla secara tak langsung membandingkan dengan sekolah lain. Lalu latar belakang Layla sebagai seorang pendatang dan putri Paladin seolah mengatakan kalau Exceed di Black Dragon Academy tidak memiliki kekuatan yang sama dengan Exceed di sekolah lain.
"Tidak masalah. Kami ingin secepatnya membantumu. Lebih cepat, lebih baik. Mari ke tempat arena tanding."
Layla mengangguk, di saat yang sama dia tak melewatkan isyarat mata yang diberikan pada Teo dan Ted.
Layla hanya tersenyum dalam hati.
(Aku hanya mengatakan fakta. Sepertinya aku tak sengaja melukai harga diri mereka)
Arena bertarung bagi para murid cukup banyak tersedia di sekolah. Mereka bisa menggunakannya untuk berlatih tanding dengan meminta staff sekolah terdekat untuk menjadi juri atau juga menjadi saksi latihan.
Maklum saja, meskipun latih tanding, pertarungan para Exceed bisa berbahaya. Bahkan patah tulang bukanlah dikategorikan sebagai luka berat.
Laila dan ketiga senior pergi ke tempat arena terdekat. Tindakan mereka langsung menjadi pusat perhatian karena Layla cukup terkenal di sekolah.
"Pembuat ulah itu membuat masalah lagi. Haaa... "
Salah satu murid mendesah dalam melihat Diego dan dua temannya mengajak Layla
Murid baru wajar tak tahu kalau Diego dan dua pengikutnya dikenal sebagai pembuat ulah. Diego sendiri berasal dari kaum bangsawan, tak aneh jika dia begitu sombong dan merasa spesial.
Tapi latar belakang yang dia miliki jika dibandingkan dengan latar belakang keluarga Layla, itu bagaikan langit dan bumi. Sangat tak bisa dibandingkan. Peringkat Exceed yang Layla miliki juga lebih tinggi.
Itu normal jika Diego ingin membuat masalah dengan Layla.
"Mungkin. Tapi aku rasa kali ini dia menendang batu keras. Tidak, lebih tepat jika besi panas."
"Aku harap begitu.."
Kembali ke arena, setelah meminta izin pada staf sekolah, Layla dan Diego langsung berhadapan dengan jarak sekitar 20 meter.
"Latih tanding akan diberhentikan jika salah satu pihak sudah tak sanggup bertarung dan menyerah. Jika masih menyerang dalam keadaan itu, murid itu akan mendapatkan hukuman berat hingga terancam dikeluarkan."
Bagi staff sekolah yang menjadi juri, ini menjadi latih tanding yang cukup menegangkan. Dia tahu latar belakang Layla, jadi dia harus memastikan kalau Layla tidak dalam bahaya.
"Nona Layla, jangan cemas aku akan berhati hati agar tak melukaimu. Lagipula kita hanya membuktikan kalau aku sanggup menjadi orang yang membuatmu menjadi lebih kuat."
(Omong kosong)
Layla marah dalam hati.
"Tentu saja senior. Aku mengerti." Ucap Layla dengan senyuman.
Staff sekolah lalu memberi aba aba. Dan latih tanding dimulai.
"Membaralah, Krias!!"
Diego langsung memanggil nama sihirnya. Sebuah pedang besar muncul dengan aura merah membara seperti api yang berkobar.
Diego telah mewujudkan nama sihirnya, sedangkan Layla masih belum melakukan apapun. Dia bahkan masih bersikap santai seolah tak sedang bertarung.
"Tsk!!"
Sikap Layla tentu saja membuat Diego tak senang. Itu adalah provokasi.
(Aku akan membuatmu berlutut dan menangis meminta ampun. Aku akan menghancurkan mu!!)
Diego sudah bisa membayangkan seorang putri Paladin berada di depannya memohon ampun. Dan karena Layla begitu cantik, tak aneh jika Diego ingin menjadikan dia sebagai mainannya.
Diego menyerang. Dia melesat ke arah Layla dengan kecepatan penuh. Meskipun dikenal sebagai pembuat onar, tapi Diego juga memiliki kemampuan. Jika melawan Exceed peringkat A biasa, Diego mungkin akan bisa menang dengan mudah.
Sayang, dia kali ini memilih lawan yang salah.
Pedang Diego menebas ke tubuh Layla dengan tanpa perlawanan. Banyak yang mengira kalau pertarungan sudah selesai dengan begitu mudahnya.
Tapi sosok Layla tiba tiba menghilang seperti kabut.
"!?"
Diego terkejut dengan apa yang baru saja terjadi, tapi dia langsung kembali tenang. Dia melihat ke berbagai arah untuk menemukan Layla.
Sosok Layla muncul tak jauh dari Diego. Dia masih berdiri dengan santai seolah hanya Diego saja yang bergerak seperti melakukan pertunjukkan.
Diego kembali menyerang, tapi kali ini dia lebih cepat dan kuat. Sayang, kejadian serupa terjadi beberapa kali hingga membuat Diego terengah engah karena lelah.
"K-kau!!!"
Layla tak membalas dan hanya mendesah dalam.
"Sihir untuk meningkatkan kecepatan adalah hal yang paling dasar bagi seorang Exceed. Sekuat apapun serangan, jika tak mengenai musuh itu sama sekali tak akan berarti. Terima kasih sudah menunjukkan contoh, ...senior."
"!?"
Wajah Diego langsung merah karena marah. Memang benar apa yang dikatakan Layla adalah fakta, tapi itu adalah sebuah tamparan keras untuk Diego.
Diego akhirnya tak main main lagi. Dia mengerahkan energi sihirnya hingga sebuah aura terwujud di seluruh tubuhnya.
Fenomena itu bukanlah suatu yang aneh. Exceed yang mengeluarkan energi sihir dalam jumlah besar akan memunculkan fenomena itu.
Sayang, bagi Layla apa yang diperlihatkan Diego justru membuatnya kecewa.
(Energi sihirnya besar, tapi sama sekali tak terlatih dan terkontrol)
Bagi mata yang terlatih, aura yang diperlihatkan Exceed menjadikan sebuah tolok ukur bagaimana kekuatan dan kendali yang dimiliki oleh seorang Exceed.
Exceed yang benar benar kuat bahkan tak mengeluarkan aura sihir sama sekali karena mereka mampu mengendalikan secara penuh energi sihir yang dimilikinya. Bahkan mereka tak bisa dibedakan dengan orang biasa.
"Fire Burst!!"
Bagaikan komet, tubuh Diego melesat ke arah Layla dengan cepat. Tak hanya gerakan, kali ini serangan juga lebih kuat dan akurat.
Tentu saja Layla juga tak bisa menggunakan trik sebelumnya. Dia menggunakan sihir untuk memperkuat tubuhnya untuk menghindari serangan Diego.
"Apa kau hanya bisa menghindar? Apa hanya sebatas itu kemampuan putri Paladin?"
"Senior, apa kau lupa aku hanya ingin belajar darimu?"
"!?"
Muka Diego semakin merah. Dia bahkan mulai kehilangan ketampanannya.
"Teo, Ted! Ikut serang Pela*ur ini!!"
Teo dan Ted terkejut. Mereka terlihat ragu, tapi tak punya pilihan. Keduanya memanggil nama sihir mereka dan akhirnya bergabung menyerang Layla.
Teo adalah seorang Exceed tipe Trainer dengan wujud sihir berupa seekor serigala abu abu dengan elemen air. Sedangkan Ted, dia adalah Exceed tipe User dengan wujud sihir pedang rapier elemen angin.
Pertarungan bisa dibilang tak adil karena 3 lawan 1. Normalnya, duel seperti ini sudah dihentikan. Dan itulah yang akan oleh dilakukan oleh staf sekolah, tapi dia menghentikan niat itu karena tak menyangka apa yang dia lihat dengan kedua matanya.
Meskipun kalah jumlah, Layla sama sekali tak kewalahan. Dia bisa menghindar, bahkan melakukan serangan balik dengan sihir api tingkat rendah seperti Fire Ball. Di mata orang biasa, apa yang dilakukan Layla tak begitu sulit karena dia adalah peringkat S.
Tapi staf sekolah memiliki pengetahuan dan mata yang berpengalaman. Dia bisa melihat kalau Layla bisa melakukan semua itu karena pengendalian energi yang begitu baik sehingga dengan sihir peningkatan kekuatan fisik dan sihir sederhana sudah cukup untuk menangani ketiga lawannya.
(Aku ingin bertarung lebih lama, tapi aku rasa ini sudah cukup untuk menunjukkan kemampuanku.)
Layla tersenyum, dan dia melompat tinggi ke udara.
Ketiga lawannya tentu saja tak menyia-nyiakan kesempatan itu dan menyerang dengan sihir mereka.
""!!??""
Tapi hal yang mengejutkan terjadi. Serangan mereka dihentikan oleh pedang merah membara yang tiba tiba muncul di udara. Jumlah pedang merah itu tak hanya satu, tapi puluhan.
Pedang itu lalu bergerak dan melayang di udara mengarahkan ujung pedang ke arah Diego dan lainnya.
"Scarflare, Rain Sword!!"
Puluhan pedang itu melesat ke arah ketiganya dan itu menjadi penentu dari duel tersebut.
--keesokan harinya, duel antara Layla dan Diego menjadi perbincangan hangat di Black Dragon Academy.
Layla merasa senang karena rencananya untuk menjadi lebih populer dan kekuatannya diketahui oleh banyak orang. Suatu saat kekuatannya tak akan menjadi rahasia, jadi dia sama sekali tak dirugikan. Lagipula, dia masih belum menunjukkan kekuatannya yang sebenarnya.
(Sekarang, aku hanya perlu menunggu murid yang ingin menjadi pasanganku.)
Rencana yang bagus dan masuk akal, sayang kadang rencana tak selalu berjalan sesuai harapan.
10 hari kemudian,-
"Layla Allein Fortisillein, karena kau tak memiliki pasangan dalam waktu yang ditentukan, secara otomatis kau akan berpasangan dengan Kuro Kagami. Selamat."
"..."
Layla mematung dengan senyuman masam. Dalam hati dia berteriak keras.
Kenapa ini bisa terjadi?