Chereads / Blackthorn Academy / Chapter 4 - BAB 4-5-6 : Penghianatan

Chapter 4 - BAB 4-5-6 : Penghianatan

**Bab 4: Strategi dan Pengkhianatan**

Pertemuan *Silver Blades* berlanjut, dan Aveline berusaha untuk tetap tenang meskipun setiap kata yang diucapkan Val seperti petir yang menggetarkan pikirannya. Setiap detail yang didiskusikan membangun gambaran gelap tentang rencana mereka untuk mendominasi sekolah. Aveline mencatat dengan cepat, berusaha merekam setiap kata yang bisa menjadi senjata dalam pertempuran yang akan datang.

"Rencana kita adalah membuat pergerakan terkoordinasi di antara semua anggota," Val menjelaskan. "Kita harus menjadikan setiap ruang di sekolah ini sebagai bagian dari kekuasaan kita. *Iron Roses* akan kita hancurkan, dan setelah itu, tidak ada yang bisa menghalangi kita."

Mendengar kata *Iron Roses* membuat Aveline tertegun. Dengan cara Val berbicara, seolah-olah mereka sudah berencana untuk menghancurkan kelompoknya dalam serangan yang terorganisir. Ketegangan di antara anggota *Silver Blades* semakin terasa ketika mereka membahas strategi serangan.

"Ini akan menjadi serangan kejutan," kata salah satu anggota, Rian, dengan nada percaya diri. "Kita akan mengambil alih aula utama saat acara sekolah berlangsung. Semua orang akan ada di sana, dan kita akan menunjukkan siapa yang berkuasa."

Aveline merasakan hatinya berdegup lebih cepat. Mereka benar-benar merencanakan sesuatu yang besar, dan itu akan mengubah dinamika di sekolah. Dalam momen itu, dia menyadari bahwa waktu mereka semakin sedikit. Mereka harus segera kembali dan memberi tahu anggota *Iron Roses* tentang rencana ini.

"Jika kita bisa memecah kelompok mereka, kita bisa menghentikan semuanya," Aveline berbisik kepada Sera dan Elena, yang duduk di sampingnya. Mereka berdua mengangguk, menyadari bahwa mereka harus beraksi cepat.

"Baiklah, kita harus berpura-pura ikut serta," Sera berbisik. "Tapi kita perlu waktu untuk membuat rencana kita sendiri."

Aveline setuju. Mereka harus tetap berada di dalam kelompok ini untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. Dengan cara ini, mereka bisa menyusun strategi dan menemukan cara untuk menghentikan serangan yang akan datang.

Setelah pertemuan berakhir, Val mengarahkan perhatian kepada mereka. "Kalian semua, lakukan yang terbaik untuk menyesuaikan diri dengan kelompok ini. Kita tidak akan mentolerir siapa pun yang lemah di sini. Ingat, kita hanya butuh kekuatan dan ketahanan."

Aveline berusaha tersenyum meskipun hatinya penuh rasa takut. "Tentu, Val. Kami akan berusaha keras."

Mereka meninggalkan ruang pertemuan dengan perasaan cemas. Setibanya di luar, Aveline menghela napas lega, merasa beban di pundaknya sedikit berkurang. Namun, mereka harus bergerak cepat. Waktu tidak berpihak kepada mereka.

"Kita harus mencari Aria," kata Sera. "Dia mungkin bisa membantu kita."

Aveline setuju. "Mari kita pergi ke kafe sekarang. Kita perlu menjelaskan semuanya padanya dan meminta bantuannya."

Ketika mereka tiba di kafe kecil di dekat sekolah, Aria sudah menunggu di meja pojok. Wajahnya terlihat cemas, dan dia melambaikan tangan kepada mereka saat melihat kedatangan Aveline, Sera, dan Elena.

"Aku senang kalian datang," kata Aria, sedikit tersenyum meski matanya terlihat lelah. "Aku mulai merasa khawatir."

"Maaf kami tidak memberi kabar lebih awal," jawab Aveline. "Tapi kami baru saja mendapatkan informasi penting tentang rencana *Silver Blades*. Kita perlu membicarakannya."

Aria terlihat khawatir. "Apa yang terjadi? Apa yang mereka rencanakan?"

Sera dan Elena menceritakan apa yang mereka dengar dari pertemuan. Wajah Aria semakin pucat saat mendengar rencana menyerang *Iron Roses*. "Jadi, mereka benar-benar akan melakukan ini?" tanyanya dengan nada tidak percaya. "Itu sangat berbahaya!"

"Aku tahu, tetapi kita bisa menghentikannya," kata Aveline, menegaskan. "Kami butuh bantuanmu. Jika kau bisa mendekati beberapa anggota *Silver Blades* dan memberi tahu kami tentang pergerakan mereka, itu bisa sangat membantu."

Aria mengangguk, tetapi Aveline bisa melihat ketidakpastian di wajahnya. "Aku tidak tahu, Aveline. Aku merasa tidak nyaman melakukan ini. Jika Val tahu bahwa aku berbicara dengan kalian, aku bisa dalam masalah."

"Beritahu mereka bahwa kau masih setia pada mereka," kata Elena. "Kau hanya mencoba untuk memahami lebih baik tentang kelompok ini. Kita perlu memastikan bahwa kita tidak akan menjadi sasaran serangan."

Aveline menambahkan, "Kami tidak ingin kau berada dalam bahaya, tetapi jika kita tidak mengambil langkah ini, banyak orang akan terluka. Kita harus bekerja sama untuk mencegahnya."

Setelah beberapa menit berdiskusi, Aria akhirnya setuju untuk membantu. "Baiklah, aku akan mencoba. Tetapi jika ada yang mencurigakan, aku akan mundur."

"Mari kita buat rencana cadangan jika sesuatu yang tidak terduga terjadi," saran Sera.

Ketiga gadis itu merencanakan langkah-langkah yang bisa diambil Aria dan strategi untuk menyusup ke dalam *Silver Blades* secara lebih dalam. Mereka juga membuat catatan tentang tempat-tempat di mana *Silver Blades* biasanya berkumpul dan berpotensi menjadi lokasi pertemuan mereka selanjutnya.

Setelah beberapa jam merencanakan, mereka kembali ke sekolah, sepenuh hati berharap semua ini akan membuahkan hasil. Misi mereka baru saja dimulai, dan mereka tahu bahwa mereka harus bekerja lebih keras untuk menghentikan *Silver Blades*.

---

**Bab 5: Bayangan di Balik Layar**

Hari-hari berlalu, dan rencana *Silver Blades* semakin dekat dengan pelaksanaannya. Aveline, Sera, Elena, dan Aria terus mengamati setiap gerakan kelompok tersebut, dan Aria berhasil mendapatkan sedikit informasi tambahan dari beberapa anggota *Silver Blades*.

Sementara itu, ketiga gadis itu berusaha keras untuk menjaga identitas mereka tetap aman. Val dan anggota lainnya mulai menyadari bahwa mereka mungkin ada di bawah pengawasan, sehingga mereka lebih waspada dalam berinteraksi.

"Setiap kali aku berada di sekitar mereka, aku merasa seperti mereka melihat melalui diriku," keluh Aria kepada Aveline dan Sera saat mereka berkumpul di ruang belajar.

"Itu karena mereka sangat terlatih dalam mendeteksi ancaman," jawab Aveline. "Tetapi kita harus terus berusaha. Kita tidak bisa mundur sekarang."

Ketika mereka berbicara, pintu ruang belajar terbuka, dan Rian masuk dengan senyum jahat. "Apa yang kalian lakukan di sini?" tanyanya dengan nada mengejek.

Aveline langsung merasakan ketegangan di udara. "Kami hanya belajar," jawabnya dingin.

Rian mendekat dan berdiri di depan mereka. "Jangan berusaha berbohong. Kalian adalah *Iron Roses*, bukan? Kami tahu apa yang kalian rencanakan."

Mata Sera melebar. "Kami bukan apa-apa! Kami hanya siswa biasa!"

Rian tertawa, menyebarakan tangannya. "Siswa biasa? Kalian bukan tampak seperti itu. Kalian terlihat seperti kelompok yang sedang merencanakan sesuatu."

"Berhenti membuat masalah, Rian," kata Aveline tegas. "Kami tidak tertarik dengan permainan kalian."

Rian mendekat dan berbisik, "Kau seharusnya berhati-hati dengan siapa kau bergaul. *Silver Blades* selalu mengawasi."

Ketika Rian meninggalkan ruangan, Aveline merasakan keringat dingin mengalir di punggungnya. Mereka harus bergerak lebih hati-hati. Situasi semakin berbahaya, dan semakin jelas bahwa *Silver Blades* akan segera menyerang.

Setelah beberapa saat, mereka merencanakan pertemuan dengan anggota *Iron Roses* lainnya untuk membahas strategi mereka. Aveline tahu mereka harus bersiap menghadapi apa pun yang mungkin terjadi.

---

Malam hari itu, ketika mereka berkumpul di tempat rahasia di sekolah, Aveline memperhatikan wajah-wajah anggota *Iron Roses*. "Kita semua tahu bahwa *Silver Blades* merencanakan sesuatu yang besar. Kita harus bersatu dan melindungi satu sama lain."

Sera, yang duduk di sampingnya, menambahkan, "Aria telah mendengar beberapa informasi penting, dan kita perlu menggunakan semua yang kita tahu untuk melawan mereka."

Aria, yang baru saja bergabung, berbicara. "Mereka merencanakan untuk mengambil alih aula utama pada acara sekolah. Jika kita tidak menghentikan mereka, banyak orang akan terjebak di dalamnya."

Suasana dalam ruangan semakin tegang saat mendengar rencana tersebut. "Kita harus membuat strategi untuk menghadapi mereka," kata Aveline. "Kita perlu membagi tugas untuk memastikan semua orang aman."

Setelah berjam-jam berdiskusi, mereka akhirnya merumuskan rencana. Aveline membagi anggota menjadi beberapa kelompok untuk menjaga area tertentu. Mereka juga sepakat untuk mengawasi gerak-gerik *Silver Blades* dan memantau setiap pergerakan yang mencurigakan.

Ketika pertemuan selesai, Aveline merasa sedikit lega. Meskipun tantangan di depan sangat

besar, mereka memiliki strategi dan persatuan.

Namun, di dalam hatinya, Aveline merasakan bayangan ketidakpastian. Mereka harus berhadapan dengan Val dan *Silver Blades*, dan dia tidak yakin apakah mereka memiliki kekuatan untuk mengalahkan mereka.

**Bab 6: Persiapan Pertempuran**

Hari yang ditunggu-tunggu tiba, dan suasana di sekolah terasa tegang. Aveline merasakan dorongan adrenalin saat dia dan anggota *Iron Roses* bersiap-siap untuk acara besar di aula utama. Rencana mereka sudah dipersiapkan, tetapi ketidakpastian tetap menggelayuti pikirannya.

Ketika mereka berkumpul di luar aula, Aria menatap Aveline dengan penuh harapan. "Apa kau yakin kita bisa melakukannya?"

Aveline mengangguk, berusaha terlihat percaya diri. "Kita harus melakukannya. Kita tidak bisa membiarkan *Silver Blades* mendapatkan kekuasaan ini."

Sebagai acara dimulai, Aveline dan anggota lainnya mengawasi setiap gerakan. Mereka tahu bahwa *Silver Blades* tidak akan tinggal diam. Mereka menunggu momen untuk bertindak.

Tiba-tiba, suasana berubah. Aveline melihat Val dan anggota *Silver Blades* memasuki aula dengan aura kepercayaan diri yang tinggi. Mereka tampak siap untuk mengambil alih. Semua orang di dalam aula terdiam saat mereka melihat kelompok itu.

"Selamat malam, semuanya!" Val berteriak, suaranya menggema di seluruh ruangan. "Hari ini, kita akan menunjukkan siapa yang berkuasa di sekolah ini!"

Mendengar kata-kata itu, Aveline merasa hatinya berdegup kencang. Ini saatnya. Mereka harus bergerak sekarang.

"Sekarang!" teriak Aveline, memimpin langkah maju ke depan.

Pertempuran antara *Iron Roses* dan *Silver Blades* pecah di aula utama. Aveline berjuang sekuat tenaga, berusaha melindungi anggota kelompoknya. Setiap gerakan yang dilakukannya diiringi dengan suara teriakan dan kebisingan dari pertempuran yang berlangsung.

Dalam kekacauan itu, Aveline merasa terjebak. Val mendekatinya, dengan tatapan mengancam. "Kau benar-benar berpikir bisa mengalahkan kami?" tanyanya dengan sinis.

"Aku tidak akan membiarkanmu mengambil alih sekolah ini!" Aveline menjawab dengan penuh semangat.

Pertarungan antara mereka semakin sengit. Aveline menggunakan semua yang telah dia pelajari untuk menghadapi Val. Dia tahu bahwa ini adalah momen penentu.

Namun, di tengah pertempuran, Aveline merasakan ketidakpastian. Apakah mereka benar-benar bisa mengalahkan *Silver Blades*? Apakah mereka cukup kuat untuk melindungi sekolah dan teman-teman mereka?

Ketika Val menyerang, Aveline menghindar dan membalas serangan dengan gerakan cepat. Dia merasakan dorongan semangat di dalam dirinya, bertekad untuk melawan sampai titik darah penghabisan.

Selama beberapa saat, pertempuran berlangsung sengit. Suara teriakan dan benturan mengisi udara, dan Aveline merasakan kelelahan mulai menggerogoti tubuhnya. Dia tahu bahwa mereka harus segera mengambil langkah besar untuk mengubah arah pertempuran ini.

Di sisi lain aula, Sera dan Elena berjuang melawan anggota *Silver Blades* lainnya. Aveline berusaha mencari cara untuk bergabung dengan mereka dan memperkuat serangan.

"Ini adalah waktu yang tepat!" teriak Sera saat dia menghadapi Rian. "Kita harus bersatu!"

Aveline melihat sekeliling, melihat rekan-rekannya berjuang melawan para penyerang. Mereka sudah berjuang keras, tetapi tampaknya *Silver Blades* masih memiliki kekuatan yang lebih besar.

Tetapi Aveline tahu bahwa harapan tidak boleh padam. Mereka harus melawan sampai akhir.

Dengan semangat baru, Aveline melangkah maju dan berusaha menjalin kekuatan dengan teman-temannya. "Kita bisa melakukan ini! Bersama-sama!" serunya.

Mendengar teriakan itu, anggota *Iron Roses* lain mulai berkumpul. Mereka saling memberi semangat dan kekuatan untuk bertahan melawan musuh yang lebih kuat.

Akhirnya, pertempuran mencapai puncaknya. Aveline merasakan kekuatan dalam diri mereka. Dia melihat Val dan tahu bahwa inilah saatnya untuk menghentikannya.

"Val!" teriak Aveline. "Ini sudah berakhir! Kami tidak akan membiarkanmu mengambil alih!"

Val memandangnya dengan tatapan penuh kebencian. "Kau pikir kau bisa menghentikanku? Kalian semua tidak ada artinya!"

Dengan tekad dan keberanian, Aveline maju ke depan, siap untuk menghadapi Val sekali lagi. Dia tahu bahwa ini adalah pertarungan yang menentukan, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk semua orang yang mereka cintai.

---