Chereads / Blackthorn Academy / Chapter 3 - Bab 3: Rahasia di Balik Pintu dan Rencana Serangan

Chapter 3 - Bab 3: Rahasia di Balik Pintu dan Rencana Serangan

Setelah pertemuan itu, Aveline dan Sera menghabiskan sisa sore di ruang belajar yang sepi, merencanakan langkah selanjutnya. Di depan mereka, beberapa catatan, sketsa, dan diagram menyebar di atas meja, menciptakan gambaran tentang rencana mereka untuk menghadapi *Silver Blades* dan mengungkap semua intrik yang ada di baliknya.

"Satu hal yang pasti," kata Sera, menggaris bawahi beberapa poin di catatan mereka. "Kita perlu mencari tahu lebih banyak tentang *Silver Blades*. Mereka bukan hanya sekadar kelompok siswa; mereka memiliki hubungan yang dalam dengan guru-guru dan bahkan beberapa orang tua siswa. Kita tidak bisa melawan mereka tanpa informasi yang tepat."

Aveline mengangguk. "Kita harus mencari cara untuk menyusup ke dalam kelompok mereka. Mungkin kita bisa memanfaatkan salah satu dari anggota mereka yang lebih lemah."

Sera mengernyit. "Siapa yang kau maksud? Mereka semua terlihat kuat dan percaya diri. Sulit untuk menemukan celah di antara mereka."

"Kita tidak perlu mencari kelemahan fisik," kata Aveline. "Kita perlu menemukan salah satu dari mereka yang tidak puas dengan kepemimpinan Val. Ada rumor bahwa beberapa anggota mulai merasa tidak nyaman dengan cara Val mengendalikan semuanya."

Sera merenung, lalu wajahnya bersinar. "Mungkin kita bisa mendekati seseorang dari dalam. Siapa tahu, mereka bisa memberikan informasi penting tentang rencana Val dan strategi kelompok mereka."

"Kalau begitu, kita perlu mengamati mereka," jawab Aveline. "Kita harus memilih salah satu dari mereka untuk didekati."

Tepat saat itu, pintu ruang belajar terbuka, dan Elena masuk, wajahnya masih penuh dengan semangat meski bekas luka di wajahnya belum sepenuhnya sembuh. "Aku mendengar apa yang kalian rencanakan," katanya. "Aku ingin ikut serta."

Aveline menatapnya dengan serius. "Kau tahu ini berbahaya, Elena. Kita tidak bisa menjamin keselamatanmu."

"Justru itu yang aku inginkan," jawab Elena, dengan mata penuh tekad. "Aku ingin melawan mereka. Aku sudah cukup menderita karena mereka. Aku tidak akan mundur sekarang."

Aveline merasakan api semangat di dalam diri Elena. Mungkin keberaniannya bisa menjadi aset bagi mereka. "Baiklah. Tapi kita semua harus berkomitmen. Kita tidak bisa membuat kesalahan."

Elena mengangguk, dan Sera tersenyum. "Baiklah, kita akan jadi tim yang hebat."

Setelah mereka mendiskusikan strategi dan peran masing-masing, Aveline memutuskan untuk memulai misi pengintaian mereka ke *Silver Blades* keesokan harinya. Mereka akan mengamati gerak-gerik Val dan anggotanya, dan mencari tahu di mana mereka bisa menemukan titik lemah untuk menyusup.

---

Keesokan harinya, Aveline, Sera, dan Elena bersembunyi di balik semak-semak yang berada di dekat lapangan olahraga, menunggu anggota *Silver Blades* berkumpul. Saat matahari bersinar terang, mereka melihat sekelompok siswa berseragam hitam-putih berkumpul di sekitar Val, yang berdiri di tengah dengan aura percaya diri yang kuat.

Val, dengan rambut pirang yang tergerai indah dan pakaian sekolah yang selalu rapi, berbicara dengan suara tegas. "Kita perlu memastikan semua orang tahu siapa pemimpin di sini. Tidak ada yang bisa melawan kita tanpa konsekuensi."

Aveline menahan napas. Ucapan Val menunjukkan bahwa dia bertekad untuk mempertahankan kendali, tetapi ada yang berbeda—sikapnya lebih agresif dari biasanya. Aveline tidak bisa tidak merasa bahwa Val sedang merencanakan sesuatu yang lebih besar.

"Apakah kalian melihat anggota baru itu?" tanya Elena sambil menunjuk ke arah seorang gadis muda dengan rambut coklat muda yang tampak canggung di sisi Val.

"Ya, itu Aria," kata Sera. "Dia baru saja pindah ke sini. Sepertinya dia belum sepenuhnya masuk ke dalam kelompok."

"Dia bisa menjadi target kita," saran Aveline. "Kita bisa mendekatinya dan melihat apakah dia merasa nyaman dengan *Silver Blades*."

Setelah beberapa saat, Aveline melihat Aria melangkah menjauh dari kelompok. Gadis itu tampak cemas, matanya melirik ke arah Val dan teman-temannya. Sepertinya, dia tidak ingin terlibat lebih jauh dalam pertemuan tersebut.

Aveline mengambil napas dalam-dalam. "Aku akan mendekatinya. Sera, kau dan Elena tetap di sini dan amati situasi. Jika ada yang mencurigakan, segera beri sinyal."

Sera dan Elena mengangguk, dan Aveline melangkah keluar dari tempat persembunyiannya, mendekati Aria yang tampak ragu.

"Hei," panggil Aveline, berusaha tampil ramah meskipun hatinya berdebar. "Aku Aveline."

Aria menoleh, tampak sedikit terkejut. "Oh, hai. Aku Aria."

"Aku melihatmu bersama Val dan yang lainnya. Bagaimana perasaanmu tentang kelompok itu?" Aveline bertanya, berusaha terlihat tidak mencurigakan.

Aria tampak ragu sejenak, lalu menghela napas. "Aku tidak tahu. Mereka terlihat kuat, tetapi kadang aku merasa mereka terlalu keras. Sepertinya mereka tidak memberi ruang untuk berbicara."

Aveline mencatat perasaan keraguan Aria. Ini adalah peluang yang baik. "Jika kau ingin berbicara lebih jauh, aku dan teman-temanku sering nongkrong di kafe kecil di luar sekolah. Kami tidak terikat pada kelompok mana pun."

"Benarkah?" Aria terlihat sedikit lega. "Aku mungkin akan datang."

"Aku harap kau melakukannya," Aveline menjawab, memberi senyuman yang tulus. "Kita butuh lebih banyak orang seperti kita—yang berani berbicara."

Setelah berbicara beberapa menit lagi, Aria kembali bergabung dengan *Silver Blades*, tetapi Aveline merasa dia telah membuat langkah awal yang baik. Ia kembali ke tempat persembunyian di semak-semak, di mana Sera dan Elena menunggu dengan wajah penuh harapan.

"Bagaimana?" tanya Sera dengan penuh semangat.

"Aku merasa Aria mungkin bisa menjadi sekutu," kata Aveline. "Dia tidak sepenuhnya nyaman dengan Val. Kita perlu menjadikannya teman."

"Bagus sekali! Tapi kita harus hati-hati. Jika Val atau anggota lainnya tahu, itu bisa berbahaya," kata Elena.

"Setuju," jawab Aveline. "Kita harus menunggu dan melihat bagaimana Aria berperilaku. Jika dia menunjukkan tanda-tanda ketidakpuasan lebih lanjut, kita bisa memanfaatkannya."

Setelah hari yang panjang mengamati *Silver Blades*, mereka kembali ke asrama, penuh semangat baru dan harapan untuk menemukan sekutu baru di dalam musuh mereka.

---

Hari-hari berikutnya berjalan lambat. Aveline dan timnya terus memantau Aria, menunggu momen yang tepat untuk mendekatinya lagi. Namun, saat mereka berusaha membangun kepercayaan, Val dan *Silver Blades* semakin agresif, mengintimidasi siswa-siswa lain yang mencoba menjauh dari mereka.

Suatu sore, saat Aveline duduk di ruang belajar yang sepi, Sera dan Elena masuk dengan wajah cemas.

"Aveline, kau perlu melihat ini," kata Sera sambil menunjukkan ponselnya. "Ada sesuatu yang diposting di forum sekolah."

Aveline mengangkat alisnya, penasaran. "Apa yang terjadi?"

Elena mengambil ponsel Sera dan menunjukkan sebuah gambar. Di dalam gambar itu, Val dan anggota *Silver Blades* terlihat sedang merencanakan sesuatu di ruang khusus yang biasa digunakan untuk pertemuan rahasia. Di belakang mereka, terlihat sebuah papan tulis dengan peta sekolah yang dilengkapi dengan tanda-tanda dan catatan.

"Ini bisa jadi penting," kata Elena, suaranya bergetar sedikit. "Apa yang mereka rencanakan?"

Aveline memperhatikan gambar itu dengan serius. "Kita harus tahu lebih banyak tentang apa yang terjadi di ruang pertemuan itu. Mungkin ada informasi tentang rencana mereka."

"Kita harus menyusup," kata Sera, suaranya mantap. "Kalau tidak, kita tidak akan pernah tahu apa yang mereka lakukan."

Aveline tahu bahwa ini berisiko, tetapi mereka tidak punya pilihan lain. "Baiklah. Kita perlu mencari cara untuk masuk ke ruang pertemuan itu. Ada banyak cara untuk melakukannya."

Setelah berdiskusi, mereka memutuskan untuk memanfaatkan jadwal pertemuan yang diketahui. Di suatu malam, *Silver Blades* biasanya mengadakan rapat, dan Aveline, Sera, dan Elena akan menyusup ke dalam ruang pertemuan dengan berpura-pura menjadi anggota.

Keesokan harinya, Aveline dan timnya mulai merencanakan penyamaran mereka. Mereka perlu berpakaian seperti anggota *Silver Blades* agar tidak mencolok. Dengan bantuan beberapa pakaian yang didapat dari teman-teman mereka, mereka berhasil menyusun rencana.

Hari yang ditentukan pun tiba. Saat malam tiba, ketiga gadis itu

bersiap-siap dengan hati-hati, mengenakan pakaian serupa dengan *Silver Blades* dan menyiapkan segala sesuatu yang mereka butuhkan untuk menyusup.

Saat mereka bergerak menuju ruang pertemuan yang terletak di bagian terpencil sekolah, jantung Aveline berdegup kencang. "Apakah kau yakin kita bisa melakukannya?" tanya Sera, suaranya bergetar sedikit.

"Tidak ada pilihan lain. Kita harus melakukannya," jawab Aveline dengan tegas.

Mereka tiba di depan pintu ruang pertemuan. Aveline mengambil napas dalam-dalam dan mengetuk pintu dengan pelan. Seorang anggota *Silver Blades* membuka pintu dan mengawasi mereka.

"Siapa kalian?" tanya anggota itu, menatap mereka curiga.

"Kami baru saja bergabung," kata Elena, mencoba terdengar percaya diri. "Val mengundang kami."

Anggota itu menatap mereka sejenak sebelum akhirnya mengangguk dan membiarkan mereka masuk. Aveline merasakan ketegangan di udara saat mereka melangkah ke dalam ruangan.

Ketika mereka memasuki ruang pertemuan, Aveline segera merasakan suasana mencekam. Val dan anggota lainnya duduk di sekitar meja, mempelajari peta dan catatan. Aveline berusaha untuk tidak menunjukkan bahwa mereka merasa terancam.

Setelah beberapa saat, Val mengangkat kepalanya dan melihat ketiga gadis itu. "Siapa mereka?" tanyanya, mengalihkan perhatian dari peta.

"Aku Aveline, ini Sera dan Elena. Kami baru bergabung," jawab Aveline, berusaha terdengar tenang.

Val memperhatikan mereka sejenak sebelum tersenyum tipis. "Baiklah. Selamat datang. Kita sedang merencanakan sesuatu yang besar."

Aveline merasa tertegun. "Sesuatu yang besar? Apa maksudmu?"

Val tersenyum lebih lebar, dan Aveline merasakan kegugupan di dalam dirinya. "Kita akan memperkuat kendali kita di sekolah ini. Tidak ada yang bisa menghentikan kita, termasuk kelompok-kelompok lain."

Aveline dan timnya saling berpandangan, menyadari bahwa mereka berada di tengah perencanaan besar yang akan membahayakan banyak orang.

"Ini lebih serius dari yang kita kira," bisik Sera.

Aveline mengangguk. "Kita harus segera mendapatkan informasi ini dan pergi."

Saat Val melanjutkan pembicaraan, Aveline berusaha mencatat setiap informasi penting yang mereka dapatkan. Tiba-tiba, Val mengarahkan perhatiannya ke arah peta dan mulai menjelaskan rencana mereka untuk mengambil alih sekolah, langkah demi langkah.

Aveline merasa semakin terjepit di dalam rencana ini. Dalam hati, dia bertekad untuk menemukan cara untuk menghentikan Val dan menyelamatkan sekolah dari pengaruh buruk *Silver Blades*. Tetapi untuk saat ini, mereka harus bertahan dan terus menyimak.

Ketika pertemuan berlanjut, ketiga gadis itu berusaha untuk tidak menunjukkan ketegangan di wajah mereka, sambil merencanakan langkah selanjutnya dalam usaha mereka untuk menghentikan *Silver Blades*.