Chereads / Cinta Di Atas Bara Api / Chapter 2 - Bab 2

Chapter 2 - Bab 2

Mobil Kevin berhenti di sebuah rumah sakit. Hari ini seperti biasa dia mengujungi salah satu pasien di sana. Di dalam mobil Kevin melamun, ia masih merasa bersalah atas sikap nya tadi sewaktu di meja makan.

Meski sepenuh nya Kevin berubah menjadi dingin, namun dia tidak betul betul berubah. Entah mengapa tiap kali mendengar kata Arkana meninggal, dia menjadi sangat emosi.

Pikiran dan perasaan nya seakan masih tidak terima Arkana tewas dibunuh menggunakan samurai yang langsung di tancap kan di area dada, yang sebelum nya Arkana terlebih dahulu disiksa secara membabi buta, di depan matanya sendiri.

Dan Kevin hanya bisa berteriak dan menangis melihat adiknya di perlakukan dan dibunuh secara sadis, karna kondisi Kevin yang tak bisa melawan karena terikat di tiang.

Dan mulai saat itu Kevin bertekad kuat mencari dan membunuh orang itu demi membalaskan dendam atas kematian adiknya. Meski sudah 5 tahun lamanya, ia belum juga menemukan orang tersebut.

Setelah memarkirkan mobil nya,Kevin menghela nafas sebentar dan sedikit menetralkan emosi yang sedang berkecamuk, kemudian turun dengan membawa keranjang buah di tangan nya, lalu masuk ke area rumah sakit, menuju ruang rawat inap.

Ceklek...  

Kevin membuka pintu dan melihat seorang gadis yang diam termenung duduk di atas kursi roda. Padangan gadis itu kosong, bahkan dia sama sekali tidak merespon kedatangan Kevin.

"Maaf hari ini aku sedikit terlambat" ucap kevin sambil menaruh keranjang buah di atas meja, dan gadis itu masih diam tanpa merespon apapun.

************

"Aduh, gila capek banget" ucap Dira meregangkan otot otot nya.

"Berasa kerja romusha gue, nambah gaji kagak bikin remuk badan iya" keluh nya.

Dorr.....  

"Eh" kaget Dira.

Plakk....  

"Allahu Akbar, sakit woy" ringis Eva sambil mengelus pipi nya yang barusan di tampar sama Dira.

"Eh maaf maaf, gue gak sengaja habis nya lu sih ngapain pakek acara bikin kaget gue, kan jadi reflek gue nya. Maaf ya" ucap Dira merasa tak enak hati karna tidak sengaja menampar Eva teman kerja nya sekaligus sahabat baik nya.

"Reflek sih reflek, tapi gak pakek nampar pipi juga kali, kalau tadi ternyata Pak Edwin yang bikin kaget lu gimana? Bisa bisa lu di pecat" omel Eva.

"Yee kan yang salah lu, suruh sapa bikin kaget gue"

"Iya iya gue yang salah gue minta maaf, udh yuk pulang udah kelar kan" tanya Eva.

"Udah kok ini baru selesai tinggal pulang" jawab Dira.

"Eh bentar" Dira melihat jam yang ada di dinding menunjukan pukul 11.30

"Kok lu belum pulang?, Buka nya yang di hukum Pak Edwin cuma gue ya, dan yang lain udah pada balik?" Tanya Dira yang merasa heran mengapa Eva masih disini. Karena ia merasa cuma dia sendiri yang di hukum kerja lembur.

"Ya emang gue belum balik" jawab santai Eva.

"Kenapa?" tanya Dira penasaran.

"Ya karna, sebagai sahabat yang baik gue gak akan ninggalin seorang sahabat yang sedang dihukum cuci piring sendirian sampai tengah malam" ucap Eva bergaya sombong merangkul pundak Dira.

"Hmm, iya deh" respon cuek Dira yang males liat kesombongan sahabat nya itu. Dan membuat Eva tertawa puas melihat wajah tertekan Dira.

"Sudah yuk pulang" ajak Eva.

"Bentar" Dira memberes kan dulu semua peralatan dapur yang ada disana, dan mengecek sekali lagi apakah masih ada piring atau peralatan lainya yang masih kotor. Setelah semua beres barulah dia bisa pulang.

"Udah semua dah beres, yuk pulang " ajak Dira.

"Lu rajin amat sih heran deh, ampe harus detail gitu" ucap Eva yang terheran heran sama satu sahabat nya itu.

"Ya iya lah, yang nama nya tugas tu amanah, jadi harus bener bener lakuin nya."

"Halah percuma juga kalau ujung ujung nya gak naik gaji" keluh Eva.

"Iya sih, kalau bisa gue pengen pindah kerja aja" ucap Dira yang udah merasa tidak tahan bekerja di kafe ini.

Bukan hanya Dira, Eva pun juga merasa tidak tahan untuk terus terusan bekerja disini. Merasa tertekan dengan jam kerja yang terlalu ekstrim, di tambah lagi dengan upah gaji yang mereka terima tidak sebanding dengan waktu dan beban kerja mereka.

"Bukan cuma lu, gue aja juga mau berhenti. Sebenarnya gue suka kerja disini tapi itu dulu, semenjak manager kita di ganti jadi Pak Edwin semua tidak sama lagi kayak dulu" ucap Eva.

"Iya gue setuju sama perkataan lu, kira kira kabar Bu Vita gimana ya?" tanya Dira penasaran.

Vita adalah manajer kafe sebelum Edwin. Selama Vita menjadi manager semua pekerja di kafe merasa sangat lah senang. Namun tiba tiba Vita menghilang begitu saja.

Bahkan pemilik kafe pun enggan memberi tanggapan , dan langsung menunjuk manager baru yaitu Edwin. Kepergian Vita sangat di sayang kan oleh para karyawan kafe.

Karena Vita orang yang ramah dan tidak terlalu keras. Bahkan jam kerja di bawah pengawasan Vita saja hanya jam 10 malam, berbeda dengan Edwin yang memberlakukan jam kerja di atas jam 10 lebih bahkan sampai harus lembur meski kadang tidak ada nya pembeli.

Namun Edwin tidak mengijin kan para pekerja untuk pulang. Lebih parah nya gaji mereka tidak pernah di tambah meski para karyawan sering di paksa lembur.

Bahkan gaji mereka sering di tahan Edwin kalau misal mereka melakukan protes mogok kerja karna tidak suka kebijakan Edwin yang terlalu semena mena.

Hanya karna para pekerja berasal dari orang biasa yang membutuh kan pekerjaan di jaman sekarang ini yang sulit untuk mendapat pekerjaan.

Bagai memakan buah simalakama para pekerja menjadi dilema. Jika mereka berhenti dari sini , lalu kemana mereka akan pergi dan mendapat pekerjaan.

Dan jika mereka terus menerus bertahan disini , sama saja kayak menyiksa diri dan mental mereka yang di tuntut beban kerja yang tak sebanding dengan upah yang mereka terima.

"Entah lah, sampai sekarang tidak ada yang tau keberadaan nya" ujar Eva yang terlihat lesu karna tidak tau keberadaan Vita.

Drrrttt...  

Panggilan masuk dari hp Dira, dan ia segera mengangkat nya.

"APAA!!!" kaget Dira hingga membuat sahabat nya yang masih memikirkan keberadaan Vita menjadi terkejut.

"Aaa iya bund, bentar lagi Dira ke rumah sakit" ucap Dira menutup panggilan.

"Yang sakit siapa Ra?" tanya Eva yang masih syok mengelus dada karna suara keras Dira yang bikin jantungan.

"Gue pergi dulu ya" pamit Dira bergegas pergi tanpa menjawab dulu pertanyaan Eva.

"Eh iya hati hati" kata Eva yang mungkin tidak di dengar oleh Dira karna dia sudah pergi cukup jauh meninggal kan Eva yang masih bengong melihat sahabat nya yang main cabut aja,tanpa jelasin satu kata pun.

************

Amel memasuki rumah dengan mengomel kesal karna seluruh pakaian,juga wajah nya menjadi berantakan dan kotor.

"Awas aja kalau ketemu gadis itu lagi, hmm,,tak ceburin ke comberan" dumel Amel yang masih kesal apalagi masih mengingat dimana ia disiram air jus sama tuh gadis bar bar.

"Loh sayang, kamu abis dari mana? Kok berantakan gitu? Perasaan tadi berangkat nya rapi,cantik dan elegan deh. Kok sekarang jadi gini, habis latihan militer kamu yank?" Tanya Adrizal yang kebingungan melihat istri nya yang baru saja kembali, namun pakaian dan wajah nya sangat lah berantakan.

"Tuh gara gara gadis kurang ajar" jawab Amel.

"Hah? Gadis kurang ajar , maksudnya?" bingung Adrizal.

"Ya masa tadi aku main di tabrak sama tuh bocah, mana tadi kurang ajar banget, bukanya minta maaf malah muka aku dia siram pakek air jus. Di depan semua pengujung kafe yank" adu kesal Amel ke suami nya, namun buka nya ikutan kesal Adrizal malah ketawa.

"Hahahahaha" sampe kram perut Adrizal ketawa melihat raut muka kesal istrinya.

"Kok kamu malah ketawa sih, seneng gitu liat istri nya di permalukan di depan umum" ucap Amel menjewer telinga Adrizal.

"Eh ampun yank, gak gitu lepasin dulu ah, sakit ni" rengek Adrizal seperti anak kecil.

"Ah udah lah, kamu sama aja nyebelin" ucap Amel meninggal kn Adrizal.

"Lah, lagi PMS tah bu" goda Adrizal yang reflek membuat Amel....

Bugh...  

"Waduh ,bisa bisa bocor yank kepala ku" ringis Adrizal ketika Amel main lempar heels nya dan mengenai tepat di kepala Adrizal hingga membuat nya merasa nyut nyutan.

Amel tak memperdulikan nya malah main masuk ke kamar dan...

Bruakk....  

Amel menutup kasar pintu kamar hingga membuat jantung Adrizal hampir copot.

"Kan bener lagi PMS dia, huff semetara jaga jarak aman dulu, 2 km" ucap Adrizal.

Setelah melihat Amel masuk ke kamar, aura Adrizal menjadi dingin. Dia mengambil hp nya dan menelpon seseorang.

"Halo gimana, anak itu sudah di temukan?" tanya nya ketika sudah tersambung.

"Belum tuan maaf" jawab orang itu  

"Cepat segera temukan anak itu , atau aku habisi nyawamu" ancam adrizal dan langsung mematikan sepihak sambungan telepon.

"Cepat atau lambat dia pasti akan aku temukan" ucap Adrizal tersenyum licik.