Kevin masih setia menemani gadis yang masih duduk di atas kursi roda. Pandangan gadis itu kosong, ia hanya menatap lurus kedepan.
Tidak ada respon atau satu kata pun yang ia katakan, ketika Kevin terus mencoba mengajak nya berbicara.
Kevin tidak mengetahui siapa gadis itu dan siapa namanya. Ia tidak sengaja bertemu dengan nya 5 tahun yang lalu.
Flashback on.
Kevin yang sedang mabuk mengemudikan mobil nya secara ugal ugalan. Ia baru saja pulang dari club setelah selesai berpesta dengan teman teman nya.
2 bulan semenjak adik nya Arkana meninggal, kehidupan dan gaya pergaulan Kevin menjadi berubah, sangat liar dan tidak terkendali.
Kevin yang dulu nya anti masuk club malam, kini malah setiap malam ia habis kan waktu nya bermain dan bermabuk mabukan disana.
Karena menurut nya tempat itu sebagai satu satu nya pelarian nya ketika ia sangat lelah mencari siapa pembunuh Arkana. Terlebih yang Kevin ingat hanyalah beberapa kejadian.
Karna setelah Arkana di bunuh, kepala kevin di pukul botol kaca yang membuat kevin pingsan dan kehilangan banyak darah, dan naas nya ia tidak bisa mengingat jelas ciri ciri pembunuh nya. Yang dia ingat cuma pria itu memakai jubah hitam.
Cuaca malam ini sedang turun hujan membuat jalan kota menjadi licin, di tambah lagi Kevin yang menyetir dalam kondisi mabuk.
Ketika mobil Kevin sudah sampai di perempatan jalan ia membelokan mobil nya ke arah kanan. Namun tiba tiba ada seorang gadis yang berlari melintas di depan Kevin yang membuatnya harus.....
Tinnnn...
Kevin membanting stir ke kanan dan...
Ckitt ....
Bruak....
Mobil Kevin menabrak pembatas jalan, meski ia sudah berusaha menginjak rem. Kevin pingsan tak sadar kan diri setelah kepala nya membentur stir kemudi.
Dan gadis itu, meski Kevin sudah berusaha menghindar tetap saja, gadis itu terserempet dan kepala nya membentur trotoar.
********
Kevin terbangun dari pingsan nya dan menatap kesemua tempat. "Argh.. gue dimana" gumam Kevin sambil mengerjap kan kedua mata nya yang masih pusing untuk melihat.
"Mas sudah sadar" tanya suster yang ada di sampingnya
"Saya di rumah sakit? Kok bisa?" tanya Kevin yang kebingungan.
"Mas tadi kecelakaan, mobil mas menabrak pembatas jalan. Warga yang kebetulan lewat menolong, membawa mas dan seorang gadis kesini" jawab suster menjelaskan.
"Kecelakaan?" gumam Kevin yang mencoba mengingat kejadian nya .
Hingga ia sudah teringat kembali kalau tadi ia hampir menabrak seorang gadis dan gadis itu....
"Suster, gimana dengan gadis yang saya tabrak" tanya Kevin yang merasa cemas dan bahkan takut.
"Gadis yang di bawa bersama mas tadi terluka parah di bagian otak dan harus di operasi. Namun kami belum melakukan nya sebelum kami mendapat ijin dari pihak keluarga nya. Mas kenal dengan dia" tanya suster. "
"Tidak, saya tidak mengenal nya. Apa tidak ada kartu identitas, atau hp yang ada bersama nya?"
"Maaf sama sekali tidak ada mas" "Baik kalau gitu segera saja lakukan operasi biar saya yang jadi penanggung jawab nya" ucap Kevin.
"Baik mas" jawab suster. Kevin merasa bersalah dengan gadis itu, terlebih ia tidak tau cara mengabari keluarga nya.
Setelah operasi selesai rupanya gadis itu mengalami trauma pasca operasi yang membuat Kevin kesulitan bertanya dia dan siapa keluarga nya.
Flashback off .
Sejak saat itu Kevin selalu mengujungi nya setiap malam atau pagi, memberi semangat meski gadis itu tak meresponnya.
Sudah 5 tahun namun gadis itu belum juga merespon nya. Entah ini masih trauma operasi atau jangan jangan ada trauma lain pikir nya.
Sejenak Kevin menghela nafas ketika emosi nya kini menjadi tidak beraturan kembali. Kejadian di ruang makan dan harus mendengar sekali lagi fakta adik kesayangan nya telah tiada membuat perasaan nya menjadi kacau.
Terlebih bayangan jenazah Arkana yang di baringkan diperistirahatan terakhir masih terlihat jelas di pikiran nya.
"Kalau gitu aku pulang dulu ya" pamit Kevin ke gadis itu meski sekali lagi tak ada respon dari nya.
Kevin keluar dari ruangan tersebut dan segera bergegas pulang. Namun ia memutuskan untuk mampir terlebih dahulu ke ruangan dokter untuk bertanya lebih lanjut tentang kondisi gadis tersebut.
**********
Dengan tergesa gesa Dira memasuki rumah sakit setelah tadi bunda nya memberi tahu, kalau ayah nya masuk rumah sakit dan harus di larikan ke UGD.
"Bund, ayah kenapa bund?" Tanya Dira setelah ia sampai di depan ruang UGD dan melihat bunda nya sedang duduk menangis.
"Ra, tadi ayah mu kecelakaan di tempat kerja" jawab bunda Dira, Linda.
"Kerja..? Bukanya sudah Dira bilang ayah gak boleh kerja lagi kan bund? Knp masih nekat kerja?" Tanya Dira yang terlihat kesal mengetahui ayah nya, Farhan yang ternyata masih nekat melakukan aktifitas kerja.
"Ayah kerja apa bund? Dan kenapa bisa jadi seperti ini?" tanya Dira.
"Ayah mu bekerja lagi jadi kuli bangunan sayang, sempat tadi bunda melarang tapi ayah mu masih nekat buat pergi bekerja" jawab Linda.
"Sampai akhir nya bunda di telpon teman kerja ayah mu, yang mengabari kalau ayah kecelakaan karna tidak sengaja terpleset dan terjatuh dari ketinggian 10 meter" lanjut Linda sambil menangis.
Dia tak kuasa menahan air mata dan kesedihan nya, ketika mendengar suami yang ijin berangkat kerja , namun malah berakhir di UGD. Terlebih saat ini dokter maupun suster belum juga memberi kabar tentang keadaan suaminya.
Dira yang juga merasa sedih dan cemas menghampiri bunda nya dan memeluknya. Mungkin hari ini menjadi hari buruk bagi Dira. Setelah bertengkar dengan Nyonya Amel dan berakhir di hukum lembur malam.
Dan kini harus mendegar kabar kalau ayah nya kecelakaan di tempat kerja dan harus masuk rumah sakit.
Ceklek...
Pintu di buka dan dokter keluar menghampiri Dira dan Linda.
"Maaf dengan keluarganya Pak Farhan" tanya dokter.
"Iya Dok, kami keluarga nya, saya istri nya. Gimana keadaan suami saya Dok?" tanya Linda.
"Pendarahan di otak suami ibu cukup parah dan harus segera di lakukan operasi" jawab dokter.
Deg...
Operasi?
Jantung Linda berdegup kencang dan bergetar langsung kaki nya hingga ia tak kuat berdiri. Membuat Dira yang di samping nya panik.
"Bunda" panik Dira memegang tubuh bunda nya agar tidak terjatuh.
"Ra operasi Ra, mana ada uang ibu untuk operasi ayah mu" ucap Linda sambil menangis. Hati nya terasa sakit dan pikiran nya menjadi kacau .
Di satu sisi ia sangat mencemas kan suami ny yang masih kritis namun disini lain ia bingung harus mencari uang untuk membayar uang operasi kemana.
"Maaf, namun pasien harus segera di operasi kalau tidak bisa bisa nyawa nya tidak bisa di selamat kan" ucap dokter. Semakin tersayat lagi hati Linda mendegar kata kata itu. Ia bingung harus mencari atau meminjam uang siapa.
"Kalau gitu saya permisi, dan silahkan urus adminitrasi nya di ruang adminitrasi" ucap dokter itu pamit meninggal kan mereka. Namun langkah nya terhenti melihat...
"Dokter, saya mohon tolong selamatkan suami saya" mohon Linda sambil berlutut di depan dokter.
"Saya orang biasa Dok, saya tidak punya uang yang cukup untuk membayar operasi nya sekarang" sambil menangis terisak.
"Saya mohon dokter selamat kan suami saya dulu. Lakukan operasi nya sekarang dan soal biaya, saya berjanji akan saya bayar setelah saya punya uang Dok" ucap Linda menangis.
Dokter yang melihat nya pun iba. Namun kebijakan rumah sakit membuat nya tak bisa bertindak.
"Maaf bu bangun jangan begini" bujuk dokter seraya meminta Linda untuk berhenti berlutut di depan nya. Namun Linda enggan berdiri, kaki nya terasa lemas. Yang ia harapkan saat ini ialah kesembuhan suaminya.
"Maaf bu sekali lagi saya minta maaf, dan silahkan mengurus biaya adminitrasi nya, permisi" pamit dokter pergi dan meninggal kan Linda yang masih berlutut di depan nya.
Dira menghampiri bunda nya dan membantu nya untuk duduk di atas kursi. Perasaan Dira menjadi campur aduk, antara bingung dan marah.
Bingung memikirkan ia harus mendapat uang dari mana untuk biaya operasi ayah nya dan satu sisi ada perasaan yang sangat marah , kesal kenapa pihak rumah sakit tidak mengambil tindakan dulu . Kenapa harus menunggu keluarga pasien membayar biaya adminitrasi nya.
Apa uang lebih berharga dari nyawa seseorang . Atau mungkin karna dia orang miskin maka dengan seenaknya mereka melakukan ini kepada dia.
Apa pelayanan dan dokter terbaik cuma untuk kalangan orng yang berada dan punya kuasa. Sedangkan orang biasa, apa mereka tak pantas mendapat kan pelayanan yang sama. Dira melihat bunda nya yang kini tengah menangis sejadi jadi nya.
"Bunda tenang saja biar Dira yang urus semua nya" ucap Dira memeluk dan menenangkan bunda nya.
"Tapi Ra, dari mana kita bisa menembus uang biaya operasi?" tanya Linda.
"Bahkan uang yang ada di dompet ibu cuma.." Linda mengambil dompet yang ada di saku celana, dan semakin sakit hati nya melihat cuma 2 lembar uang dua ribu dan sisa nya hanyalah uang receh. Mana cukup dan sangat jauh dari nominal angka biaya operasi.
"Biar saya saja yang membayar biaya operasi nya" ucap seseorang yang membuat Dira dan bunda nya menoleh.