Chereads / The Man from The Cult / Chapter 9 - Red Night

Chapter 9 - Red Night

"Madness is like gravity, all it takes is a little push."

~Heath Ledger-Joker~

...

"Menarilah untukku dan bukalah seluruh pakaianmu! Kau akan menjadi kekasihku selamanya!"

Kesadaran Irina masih tersisa meskipun sedikit, ia terlalu terpesona dengan Noah karena pria itu selalu hadir di mimpi Irina. Tapi mendengar hal perintah pria itu, beruntung Irina masih bisa menolak dari pada ia harus melakukan hal seliar itu di hadapan orang banyak.

"Tidak!" Sahut Irina.

Noah yang sedang sibuk mempersiapkan sesuatu langsung berbalik badan menatap Irina dengan tajam, seolah marah pada Irina. Ditatap seperti itu, di kerumunan orang banyak yang sudah pasti adalah pengikut Noah.

Irina memundurkan langkah, tapi tiba-tiba ada dua orang bertubuh tinggi dan besar mulai memegangi kedua tangan Irina dan menutup bibir wanita itu menggunakan lakban.

Irina tidak dapat berteriak meski ia masih bisa berontak, tapi hal itu sama sekali tidak berpengaruh apapun pada dua pria bertubuh besar itu.

Kedua pria itu menarik Irina dan membawanya ke atas ranjang polos yang memiliki borgol di setiap empat sisinya, Irina menjerit histeris ketika mereka mulai memborgol kedua tangan dan kedua kaki Irina. Seketika ingatan Irina kembali ke masa lalu, ketika kedua Orang Tuanya pernah bercerita mendengar suara jeritan wanita tepat tengah malam di rumah Ibu Noah.

Akhirnya air mata Irina mengalir seketika dari kedua bola matanya, setelah beberapa wanita yang menari tadi merobek paksa seluruh pakaian yang dikenakan oleh Irina. Kini ia sama sekali tak mengenakan sehelai benang pun sama seperti mereka, hanya saja Irina kedua kaki dan tangan Irina terborgol serta mulutnya tertutup rapat.

Meski Irina berontak sekali pun, ia tak mungkin dapat menghancurkan borgol-borgol itu.

Kengerian tidak berhenti sampai di situ saja. Saat tarian tanpa musil dimulai kembali, Irina melihat semua orang yang ada di sana membungkuk di atas lantai seolah menyembah ke arah Irina. Wanita itu kian histeris karena takut ia akan dibunuh dan mungkin saja dijadikan tumbal.

Tapi tiba-tiba, Noah sudah berada di atasnya tanpa mengenakan apapun sama seperti Irina. Kedua mata pria itu terlihat memerah, tak menyisakan netra kebiruan yang biasanya sangat indah. Jeritan Irina tertahan oleh lakban, saat Noah menyatukan dirinya dengannya. Rasa sakit, lemas dan pusing bercampur menjadi satu.

Rasanya Irina ingin mati saja saat ini, Noah terus menggodanya meski tubuh Irina sudah mati rasa. Irina tak lagi berusaha menjerit karena tubuhnya sudah sangat terasa lemas, kedua matanya pun sayup-sayup ingin tertutup. Tapi kedua mata Irina seketika terbelalak saat Noah mengeluarkan sebuah belati dari belakangnya.

Kedua tangan Irina mengepal dengan keras, berjaga-jaga jika ia harus mati malam ini karena kecerobohannya dan seharusnya ia mendengarkan perkataan Lucy di mimpinya. Tapi yang terjadi, Noah malah mengiris telapak tangannya sendiri hingga darah mengucur cukup deras dan membasahi wajah sekaligus leher dan bagian dada Irina. Yang sayangnya salah satu tetesan darah Noah berhasil masuk ke dalam mulut Irina.

Sudah tak tahan dengan kengerian ini, Irina hampir mual dan terbatuk. Kepalanya semakin pusing dan tubuhnya semakin lemas, hingga akhirnya Irina kehilangan kesadarannya lagi dan lagi. Dengan kedua tangan masih terborgol dan darah Noah berhamburan di tubuhnya.

Usai ritual tersebut semua orang nampak meninggalkan tempat itu, Noah kembali mengenakan pakaian dan jubahnya guna membersihkan tubuh Irina. Salah satu wanita penari tadi menawarkan bantuan untuk membersihkan tubuh Irina, namun Noah menolaknya dan bersikeras untuk membersihkannya sendiri.

Noah mengangkat tubuh Irina yang sudah ia kenakan dress meski wanita itu belum sadar.

Meninggalkan semua kekacauan dan menuju ke arah mobil Irina terparkir, setelah Noah meletakan tubuh Irina di jok penumpang, tiba-tiba pria berambug putih muncul dari balik kegelapan.

"Wanita itu, bisa saja membuatmu keluar dari perkumpulan ini!" Ujar pria berambut putih yang bernama Lucas.

"Itu tidak akan pernah terjadi!" Sahut Noah singkat.

Wajah pria itu nampak tak perduli dengan Lucas.

"Jiwanya, terlalu murni." Sambung Lucas.

"Maka akan ku buat menjadi hitam." Balas Noah.

"Tidak semudah itu! Dia hanya putus asa atas masalahnya, tapi belum tentu dia mau bertahan bersamamu selamanya di sisi gelapmu." Lucas berusaha meyakinkan Noah agar tidak terlalu mendahulukan perasaannya kepada wanita itu.

"Kita lihat saja nanti." Kata Noah acuh sembari memasuki mobil Irina di balik setir kemudi.

"Jika dia tidak bisa melakukannya, maka kau yang harus mati, Noah! Sama seperti Ibumu!" Kali ini Noah terdiam, menatap tajam ke arah Lucas beberapa saat.

"Ya, akan ku tanggung apapun. Aku tidak akan hidup di dunia ini tanpa dirinya..."

"...setelah apa yang telah aku lakukan untuknya." Ujar Noah, akhirnya Noah meninggalkan tempat itu. Kembali ke rumah Irina di saat wanita itu masih dalam keadaan pingsan. Noah menggendong tubuh Irina ke dalam rumah lalu secara perlahan meletakannya di atas ranjang ketika mereka sudah berada di kamar wanita itu.

Pria itu mengambil tangan Irina, mengecupnya beberapa saat lalu meletakan tangan wanita itu ke dahinya.

"Aku mencintaimu, Irina! Dari dulu bahkan hingga detik ini." Noah membisikan kata-kata itu seolah Irina bisa mendengarnya, tapi Noah hanya berani mengutarakan perasaannya di saat wanita itu tak sadarkan diri.

Andai saja..

Andai saja Noah tak begitu ambisius mendekati Irina, mungkin tidak akan sesulit ini. Kini ia harus memasukan wanita itu ke dalam dunianya yang gelap, menjadikan wanita itu sama jahatnya seperti dirinya agar mereka berdua bisa bertahan. Noah akan mengurung wanita itu di dalam kamarnya jika menolak.

"Hah..." ia menghembuskan nafas kasar, berbaring di sebelah Irina sembari memeluk tubuh wanita itu. Dress floral yang sangat cantik di tubuh langsing dan putih mulusnya, meskipun rambut pirang wanita itu masih basah karena guyuran hujan tadi. Tiba-tiba Noah merasakan tubuh Irina mulai panas, suhu tuuhnya mulai tinggi, pertanda wanita itu tengah demam.

Noah mencari peralatan kesehatan di rumah Irina, mengompress dahi wanita itu sembari menunggunya siuman. Menyiapkan makanan dan juga obat-obatan di meja nakas, sekedar berjaga-jaga jika wanita itu bangun. Noah masih berjaga di samping Irina ketika jemari wanita itu mulai bergerak, tak lama tubuh Irina menggeliat pertanda ia mulai sadar.

Bibirnya yang semula berwarna peach kini tengah memucat, terbuka sedikit dan melafalkan kata yang membuat perasaan Noah bahagia luar biasa.

"Noah!" Panggilnya dengan suara serak namun terdengar merdu di telinga Noah, Noah memegangi tangan Irina menggunakan kedua tangannya. Saat wanita itu membuka kedua matanya, Noah melihat kedua bola mata yang semula berwarna hitam legam kini berubah menjadi berwarna biru seperti milik Noah.

Menatap Noah dengan pandangan tulus dan tersenyum ke arahnya, Noah yang bahagia karena merasa telah berhasil merubah Irina. Akhirnya ikut tersenyum seraya mengelus rambut Irina yang perlahan ikut berubah dari warna blonde, menjadi warna hitam legam.

"Akhirnya kau bangun!" Kata Noah penuh rasa bahagia.

Irina terbangun dalam keadaan bingung, ia masih mengingat kejadian mengerikan yang barusan terjadi. Namun, perasaannya kini menjadi biasa saja dan cenderung, datar.

"Apa yang telah terjadi?" Tanya Irina berusaha mendudukan dirinya bersandar ke kepala ranjang dibantu oleh Noah.

"Kau telah memberikan jiwamu kepada Iblis, dan kini kau telah menjadi kekasihku selamanya!" Kata Noah sembari mengecup buku-buku jemari Irina.

Entah mengapa Irina tak terkejut mendengar hal itu, kedua kaki Irina turun dari ranjang. Berjalan dengan bertelanjang kaki menuju ke arah cermin diikuti oleh Noah di belakangnya. Irina melihat dirinya di hadapan cermin dengan pandangan datar.

Rambut pirangnya yang terlihat ceria berubah warna menjadi hitam gelap seperti suasana hatinya yang gelap sekarang ini, kedua netranya yang semula hitam pekat berubah menjadi kebiruan persis seperti Noah yang menjadi pertanda bahwa dirinya sekarang adalah milik Noah seutuhnya. Noah yang berada di belakang Irina memeluk perut rata wanita itu dari belakang.

Di pantulan cermin, Irina melihat jemari berurat milik Noah memeluk perut ratanya. Mengecup leher jenjangnya beberapa kali hingga akhirnya memeluk tubuh Irina dari belakang.

Namun anehnya, Irina malah membiarkan hal tersebut dan menganggap Noah benar-benar kekasihnya. Seolah Irina tak bisa berbuat banyak pada tubuhnya meski ia tahu apa yang telah terjadi.

Irina berbalik badan menghadap ke arah Noah, menatap lamat-lamat pria itu yang juga menatapnya dengan intens.

"Sampai berapa lama kau bisa membuatku seperti ini?" Irina berbisik.

"Selamanya, kau dan aku akan hidup selamanya. Sampai dunia ini hancur." Jawab Noah.

"Lalu setelah itu, kita akan terbakar di neraka?" Tanya Irina.

"Segala sesuatu memiliki resikonya masing-masing, Irina. Dan ini adalah jalan yang kau pilih." Kata Noah.

"Aku tidak pernah memilih jalan ini." Irina menggelengkan kepala.

"Terima atau tidak, kau telah melangkahkan kedua kakimu ke tempat Iblis." Noah kembali meyakinkan Irina.

"Tapi kau yang mempengaruhiku." Irina berusaha mengelak.

"Iblis hanya berbisik, manusia yang menentukan jalannya sendiri. Kau tidak bisa mencari kesalahan orang lain padahal kau yang berbuat." Kata Noah, kali ini Irina terdiam. Noah benar, ia sudah diperingatkan oleh Lucy lewat mimpi. Meski hingga saat ini Irina belum menemukan Lucy.

Tapi rasa penasaran Irina sendiri yang membawanya kepada Noah, rasa keingintahuan yang besar dan rasa percaya diri yang tinggi bahwa ia dapat menyelamatkan Lucy. Semua itu berkumpul menjadi satu hingga akhirnya tubuh Irina sendiri pun tak dapat berbuat apapun selain menyerahkan jiwanya kepada Noah.

"Lalu apa yang kita lakukan sekarang?" Tanya Irina.

"Apapun yang kau inginkan di dunia ini. Harta duniawi, karir, jabatan, pria... sepertinya aku tidak akan memberikan pilihan yang terakhir." Noah menyunggingkan senyum, Irina pun ikut tersenyum mendengar hal itu.

"Bagaimama jika aku mendapatkan pria lain?" Goda Irina.

"Maka aku akan membunuh pria itu." Jawab Noah, mendengar hal itu Irina segera menjatuhkan ciuman ke bibir Noah.

Ciuman yang semakin panas dan bergairah, kedua tangan Irina menjelajahi tubuh Noah. Membuka pakaian pria itu hingga hanya menyisakan celana berwarna hitamnya, kedua tangan Irina kembali bergrilya di dada bidang dan perut sixpack Noah. Memberikan desahan nikmat yang keluar dari bibir pria itu, terdengar sangat indah di telinga Irina.

Irina mendorong tubuh Noah hingga ke atas ranjang, lalu menaiki tubuh kekar itu dan kembali melanjutkan ciuman panas mereka. Tiba-tiba Irina menjerit, jeritan yang berubah menjadi lenguhan nikmat. Sesuatu menyeruak masuk ke dalam dirinya di bawah sana, Noah yang berada di bawah Irina hanya tersenyum nakal dan kembali menyatukan ciuman mereka.

Tak tahan dengan gerakan tubuh Irina di atasnya, Noah segera membalikan tubuh Irina menjadi di bawahnya lalu menggagahi wanita itu dengan keras. Dari luar kamar Irina terdengar jeritan-jeritan nikmat yang keluar dari bibir Irina, nafasnya mulai terasa sesak dan peluh mulai membanjiri.

Irina terus meneriakan nama 'Noah' dan membuat pria itu semakin bersemangat, senyum jahat tak henti-hentinya terukir di bibir Noah setelah ia menang atas Irina dan menjadikan wanita itu hanya miliknya.

Irina akhirnya menjerit cukup panjang disertai tubuhnya yang melengking, setelah pelepasan yang sangat panas itu, Noah mengecup leher dan bagian dada Irina.

Lalu beralih ke atas mengecup dagu dan pipi wanita itu, dan berhenti tepat di dahinya.

"Kau cantik, Irina!" Noah terus membisikan kata-kata yang menyanjung Irina, sesuatu yang tidak pernah Irina dapatkan dari mantan suaminya. Seolah Noah adalah pria yang tepat yang dapat memanjakan dirinya dan mencintainya setulus hati, dan hal ini akan Irina pertahankan meski harus melakukan perjanjian dengan Iblis sekali pun.

"Bangunlah, Irina! Aku punya tugas untukmu!" Kata Noah yang beranjak bangun dan mengulurkan tangannya kepada Irina.

"Tugas?" Irina menaikan sebelah alisnya bingung, namun tetap menyambut uluran tangan Noah, lalu pria itu mengajaknya ke kamar mandi.

"Kau harus tetap pergi bekerja, kau adalah wanitaku sekarang. Semua orang akan tunduk kepadamu, kau adalah wanita yang cerdas dan berwibawa. Kau akan menjadi panutan dan contoh bagi kaummu, perlihatkanlah semua itu kepada semua orang, maka kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan di dunia ini. Apa saja!" Jelas Noah panjang lebar.

Kini pria itu menuntun Irina ke bawah shower setelah membukakan pakaian Irina.

"Apa saja?" Ucap Irina lagi, memastikan bahwa apa yang ia inginkan seperti karir yang bagus akan ia dapatkan dengan mudah.

"Apa saja." Noah memandikan Irina, memakaikan wanita itu sabun di sekujur tubuhnya dan shampo di rambutnya.

Irina membayangkan dirinya ada di posisi Deborah saat ini, atau mungkin lebih bagus. Seorang CEO mungkin, atau seorang pengusaha yang sukses dengan cabang dimana-mana. Membayangkan seperti itu saja, sudah membuat Irina bangga. Seperti inikah kebahagiaan duniawi yang ditawarkan oleh Noah?

"Asal kau selalu mengikuti perintahku, maka akan ku berikan apapun yang kau mau." Bisik Noah di telinga wanita itu.

"Kau mau jadi wanita penurut?"

"Yes, Sir!"

"Kau mau karirmu bagus?"

"Yes, Sir!" Irina menutup kedua matanya membayangkan semua hal itu.

"Kau mau menjadi budak Iblis?" Tanya Noah, kali ini Irina mengangguk dengan mantap.

"Yes, Sir!"

"Kau adalah wanita yang cerdas, Irina!"