Secara teknis Irina kini adalah anggota dari perkumpulan yang tak bisa Irina sebutkan namanya tersebut. Itu artinya, ia harus melakukan apapun dan membuktikan dirinya layak di hadapan semua anggota. Di sepanjang perjalanan pulang malam itu, pandangan Irina terasa kosong. Duduk di jok penumpang sementara Noah yang mengemudi mobil.
Sinar rembulan begitu terang menyinari jalanan yang sebenarnya cukup gelap, jam sudah menunjukan pukul dua belas malam namun tak seperti biasanya Irina yang selalu mengantuk, malam ini tubuhnya terasa tegang karena baru saja membunuh seseorang, yang tak lain adalah sahabatnya sendiri. Noah yang sedari tadi melihat Irina yang hanya diam, akhirnya membuka suara.
Khawatir jika pemikiran wanita itu akan berubah hingga akhirnya mengubah pandangannya.
Ciiiitttt....
Bunyi ban mobil berdecit hingga mengejutkan Irina yang baru tersadar, mobil berhenti di jalanan yang sepi tanpa ada kendaraan yang lewat.
Irina melihat Noah keluar dari mobil, setelah itu mengitari mobil lalu membuka pintu mobil untuk Irina.
"Mau kemana?" Tanya Irina saat Noah mengulurkan tangannya.
"Ikut saja!" Jawabnya singkat, Irina yang sudah pasrah dengan hidupnya hanya bisa mengikuti kemauan Noah. Ia pun turun dari mobil dan mengikuti Noah yang terus menggenggam tangannya, memasuki sebuah hutan yang gelap hanya dengan penerangan cahaya rembulan. Sampai pada akhirnya, mereka sampai di sebuah lahan yang ternyata halaman belakang dari gedung yang tak jauh dari rumah Irina.
Lahan yang tidak terlalu luas, terdapat sumur tua yang Irina rasa tak lagi berfungsi. Noah melepaskan pegangan tangannya pada Irina dan membiarkannya melihat ke sekitar.
"Apa yang kita lakukan di sini? Ku kira kita mau pulang." Kata Irina.
Suhu malam hari ini cukup dingin, Irina bahkan sampai memeluk tubuhnya sendiri karena kedinginan.
"Kemarilah!" Ujar Noah, Irina mengikuti arahan Noah dan berjalan ke arahnya yang tengah duduk di pinggiran sumur tua itu.
Baru saja Irina tiba di hadapan Noah, pria itu langsung menarik pinggul Irina dan hendak menjatuhkan wanita itu ke dalam sumur.
"Noah!" Sontak Irina berteriak, namun Noah menahan pinggul Irina dengan tangannya agar wanita itu tak terjatuh. Kini posisi Irina terbalik, jika Noah tak memeganginya dengan kuat, Irina sudah pasti akan terjatuh ke dalam sana.
"Noah, apa yang kau lakukan? Apa kau mau membunuhku sekarang, setelah apa yang ku lakukan?" Suara Irina terbata, berusaha tak mengeluarkan banyak tenaga dan gerakan agar tak terjatuh.
"Kau tahu, jika aku ragu padamu. Sudah ku lakukan dengan tanganku sendiri ketika aku menemukanmu! Tapi aku berusaha meyakinkanmu agar kau mau ikut denganku, aku berusaha membuat hidupmu agar lebih baik dan tidak terpuruk dari kesedihan serta kekangan dari kedua Orang Tuamu!" Kata Noah panjang lebar.
Irina mulai menyadari kemana arah pembicaraan ini, Noah sepertinya mulai sadar jika Irina meragukan pria itu.
"Mulai dari aku melihatmu, Irina. Aku jatuh cinta kepadamu, tanpa kau sadari. Tapi semua Tetua ingin merekrut dirimu sejak lama..."
"...aku tidak ingin kau menjadi sepertiku, tapi aku tidak bisa mencegah mereka melakukannya. Hingga aku melakukannya sendiri, dengan tanganku, bersamaku. Kau akan aman!" Tambah Noah, Irina tak tahu harus percaya kepada Noah atau tidak. Nyatanya, meski Irina sudah resmi menjadi anggota di tempat ini, hidupnya tak terasa bahagia seperti yang ia inginkan.
Ia harus membunuh orang..
Menyesatkan semua orang..
Bahkan, melakukan ritual-ritual gila yang sebenarnya Irina merasa ngeri dengan melihatnya saja.
Perlahan tubuh Irina ditarik oleh Noah, Irina sempat merasa pusing setelah tubuhnya sempat terbalik. Tapi pandangan Noah meneduhkan hatinya, seolah pria itu benar-benar tulus dengan perkataannya di luar hal-hal mengerikan yang ia lakukan.
"Aku, hanya takut!" Bisik Irina, bibirnya bahkan hampir tak mampu berucap. Sungguh Irina masih bimbang dengan semua hal ini, meski ia sadari bahwa ia telah memberikan jiwanya kepada Iblis.
Noah menyetuh kedua pipi Irina dan menatapnya secara intens.
"Aku ada di sini, dan aku tidak akan membiarkan apapun terjadi padamu. Aku berjanji!" Kata Noah.
Kalimat itu begitu menjanjikan, sampai-sampai Irina kembali terhipnotis oleh Noah. Wanita itu mengangguk, kembali pasrah akan hidupnya. Satu bisikan di telinganya berkata bahwa dirinya telah menjadi pengikut Iblis, dan tidak ada jalan untuk kembali selain melakukan apa yang harus dilakukan.
Noah mengecup dahi Irina, memeluknya ke dalam dekapannya sedikit mengurangi suhu dingin yang dirasakan Irina.
"Aku tahu kau paham, bisakah kau menolongku? Aku tidak bisa hidup di dunia ini tanpa dirimu, Irina." Tambah Noah, Irina dapat mendengar detak jantung Noah saat ini. Begitu merdu seolah Irina ingin memilikinya saat ini juga.
Tiba-tiba kedua mata Irina yang semula tertutup karena rasa nyaman dan hangat di dalam dekapan Noah, mendorong Noah dan menjauh satu langkah dari pria itu. Noah yang kebingungan hanya bisa terdiam seraya melihat Irina tersenyum ke arahnya.
"Kau mau melihatku menari?" Tanya Irina, Noah yang bingung tak menjawab apapun.
Tak menunggu jawaban dari Noah, perlahan Irina membuka seluruh setelan kerjanya. Hingga tak mengenakan sehelai benang pun, meski dingin tapi Irina sangat bersemangat dengan hal ini. Sedari kemarin ia ingin melakukannya karena waktu itu Irina tak sempat melakukannya.
Entah apa yang tiba-tiba merasuki Irina hingga mau melakukan hal ini.
Di tempat seperti ini, dan di tengah malam yang dingin ini..
Irina menutup kedua matanya dan mulai mengangkat kedua tangannya, perlahan tubuhnya mulai menari. Tarian yang sama seperti para wanita itu lakukan di gedung itu, sembari mengelilingi Noah, Irina terus menari dengan tanpa busana.
Malam hari itu, hanya cahaya rembulan yang menyinari tubuh telanjang itu. Tengah meliuk indah di sekitar Noah, sangat indah dan sangat erotis. Bibir Noah mulai tersenyum melihat Irina, wanita itu nampak bahagia saat menari di hadapan Noah seorang. Sampai pada akhirnya, Noah menangkap pinggul Irina dan menahannya agar tetap menempel bersamanya.
"Aku tak mau menari di hadapan semua orang karena aku bukan milik orang lain, aku hanya mau menari di hadapanmu karena aku hanya milikku!" Kata Irina dengan kedua mata yang berkaca-kaca.
Untuk pertama kalinya, Noah begitu tersentuh mendengarnya. Irina bukan hanya gadis kecil yang ia kagumi, namun juga dapat meluluhkan perasaan Noah yang telah ia jual kepada Iblis.
Noah berjanji kepada dirinya sendiri untuk kebahagiaan wanita itu.
Sampai kapan pun, apapun akan Noah lakukan demi melindungi Irina.
Demi melihat wanita itu bahagia.
"Aku berjanji akan selalu bersamamu dan melindungimu!" Kata Noah, dari lubuk hatinya yang paling dalam.
"Aku tahu kau akan menepati janjimu itu!" Sahut Irina tersenyum manis kepada Noah.
...
Pagi hari saat Irina tiba di kantor, ternyata ada lima orang menunggu. Duduk di depan ruang tunggu untuk interview kandidat karyawan baru untuk kantor ini.
Irina menyunggingkan senyum saat melewati mereka semua, yang mereka juga tersenyum ramah kepada Irina. Padahal Irina tahu mereka semua sudah pasti akan lolos dan bekerja di kantor ini.
Well, welcome to the hell!
Ujar Irina dalam hati, sesampai di ruangan Irina dibawakan kopi pagi oleh asistennya. Mencari bahan untuk manipulasi sebelum akhirnya Irina mengerjakan pekerjaan utamanya di kantor ini. Sampai sore hari, akhirnya Irina menerima berkas dari ke lima orang tadi yang telah dinyatakan lolos seleksi.
Yah, begitulah kekuatan orang dalam!
"Deb!" Panggil Irina kepada sekertarisnya saat wanita itu tengah memilah berkas.
"Ya, Miss?"
"Bisa kau aturkan jadwal untukku malam ini dengan ke lima orang tersebut?" Ujar Irina.
"Tentu, Miss. Mereka pasti akan senang diundang langsung oleh calon atasan mereka." Kata Debby.
One step ahead!
Katakanlah Irina terlalu agresif, tapi sebagai pembuktian bahwa dirinya bukan hanya milik Noah hingga bisa bergabung di perkumpulan tersebut. Tapi Irina adalah salah satu dari mereka. Berkali-kali Irina membuka materi yang diberikan Lucas, sangat masuk di akal bagi orang-orang yang memiliki keinginan duniawi.
Lagi pula, Noah sudah memastikan mereka semua adalah orang-orang yang sedang dalam ujian berat.
Nic, selalu kalah judi hingga akhirnya istrinya meninggalkan pria itu karena tak memiliki apapun di dunia ini. Itu artinya, pekerjaan ini akan sangat berharga untuknya. Apapun akan pria itu lakukan.
Thomas, fresh graduate. Memiliki seorang Ayah yang tempramental yang berakhir di penjara, harus membiayai Ibu dan Adik-adiknya yang masih bersekolah. Inner child bisa sangat berpengaruh pada mental seseorang, Irina tersenyum jahat.
Matt, pria pekerja keras yang baru saja diPHK di perusahaan sebelumnya. Adalah pria yang cerdas dan karir yang bagus, tapi skandal perselingkuhannya dengan istri atasannya membuatnya kehilangan pekerjaan. Jadi, ya! Sepertinya dia sudah terbiasa berbuat dosa dan mementingkan karie.
Liam, tampan. Irina kembali tersenyum melihat fotonya di berkas yang ia pegang, melamar di sini karena baru saja memiliki affair dengan Deborah. Sepertinya Deborah yang lebih duluan dari pada Irina.
Dan yang terakhir, seorang gadis berambut pirang. Fresh graduate, berasal dari keluarga baik-baik. Cerdas serta berprestasi.
Seketika Irina terdiam sesaat.
Tidak ada yang salah dengan gadis ini, masih berusia dua puluh empat tahun, usia yang sama persis seperti Irina yang baru saja lulus dulu.
Mengapa Noah merekomendasikannya?
Irina melihat ke arah luar kaca, menatap pandangan kota. Apakah Noah melakukan hal ini kepada hampir semua wanita? Seketika perasaan cemburu membakar pikiran jernih Irina, ia mengambil ponsel untuk menghubungi Noah. Tapi beberapa saat, beberapa kali Noah tak menjawab panggilan tersebut.
"Deb, bisakah kau lanjutkan pekerjaanku sebentar? Aku ingin makan di luar sebentar." Kata Irina.
Debby mengangguk, Irina terpaksa berbohong kepada Debby. Sebenarnya ia ingin pulang ke rumah dan mencari Noah, apa yang sedang pria itu lakukan. Seketika masa lalu ketika mantan suaminya tengah berselingkuh dari Irina kembali berputar di kepalanya, Irina tak bisa berkata kepada Debby kalau dirinya ingin pulang ke rumah.
Tentu Debby akan melaporkan hal tersebut kepada Noah terlebih dahulu, Irina bahkan pulang menggunakan taksi. Membiarkan mobilnya tetap di parkiran agar Debby tak curiga.
Di sepanjang perjalanan yang cukup jauh Irina sempat berpikir apakah Noah hanya memanfaatkan dirinya saja demi melanjutkan pekerjaan gelapnya, apakah dia wanita ke sekian yang dijanjikan keinginan duniawi dan juga cinta?
Irina menyandarkan kepalanya ke kursi penumpang, ternyata sudah melewati gedung itu yang berarti ia sudah hampir dekat dengan rumahnya. Irina meminta taksi tak berhenti tepat di halaman rumahnya, hanya berhenti di pinggir jalan lalu Irina berjalan kaki menuju ke arah rumahnya.
Saat sudah berada di depan pintu, Irina berdiri mematung. Sebelah tangannya baru saja ingin menyentuh gagang pintu dan membukanya, tapi ia khawatir apa yang ia takutkan benar-benar terjadi. Cukup lama Irina berdiri di sana, hingga akhirnya ia memberanikan diri membuka pintu tersebut secara diam-diam tanpa menimbulkan suara.
Mengendap mencari keberadaan sosok Noah, hingga terdengar suara pria itu di dapur. Irina mengintip dari balik dinding, Noah tengah memasak di dapur dengan bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana jeans. Tangannya memegang ponsel yang ia tempelkan ke telinga pertanda pria itu sedang menghubungi seseorang, Irina menghembuskan nafas kasar. Seharusnya ia tak separanoid ini.
Baru saja Irina ingin kembali ke kantor, tiba-tiba saja suara Noah memanggil namanya.
"Irina, makan sianglah bersamaku!" Seru Noah, Irina menghentikan langkahnya. Ia lalu berbalik badan dan melihat Noah sudah ada tak jauh di belakangnya.
"Bagaimana kau tahu aku pulang?" Protes Irina.
"Debby bilang kau keluar dari kantor untuk makan siang, dan sopir taksi tadi bilang dia mengantarmu pulang. Apa yang terjadi dengan mobilmu?" Tanya Noah.
Dahi Irina seketika berkerut, Irina bahkan tidak tahu siapa yang harus ia percayai di kota ini. Bahkan sopir taksi juga..
"Aku hanya lelah menyetir sendiri." Jawab Irina bohong, tapi Noah menatap Irina dengan tajam seolah tahu kebohongan Irina.
"Kantormu terlalu jauh, ya? Haruskah kita mencari apartemen?" Tawar Noah seraya mendekati Irina, Irina hanya menggeleng lemah.
"Tidak usah, aku harua kembali ke kantor!" Baru saja Irina ingin pergi, Noah menarik lengan Irina hingga wanita itu terbentur ke dadanya.
"Aku sudah membuat makan siang, makanlah dulu!" Kata Noah masih berusaha lembut.
Akhirnya Irina lagi-lagi menuruti Noah, pria itu menuntunnya untuk duduk di meja makan lalu menghidangkan makan siang kepada Irina. Noah lalu duduk di sebelah Irina menunggu wanita itu makan, karena diperhatikan seperti itu, mau tak mau Irina memakan makanannya.
"Ada sesuatu yang ingin kau sampaikan kepadaku?" Tanya Noah seperti mengetahui kegelisahan Irina.
Irina sadar bahwa dirinya tak bisa berbohong kepada pria itu, hingga akhirnya Irina bercerita ketika ia membaca berkas seorang gadis yang latar belakangnya sama dengannya. Seperti Noah yang dulu merekrut Irina, Irina khawatir Noah akan melakukan hal yang sama kepada gadis itu hingga akhirnya meninggalkan Irina.
Mendengar hal itu, Noah hanya tertawa renyah.
"Seketika perselingkuhan mantan suamiku terbesit di pikiranku." Tambah Irina, kali ini Noah terdiam. Lalu mengelus pelan rambut Irina dengan sayang.
"Aku akan terbakar di neraka, dan ku harap kau tidak! Suatu saat kau akan paham bahwa aku akan melakukan apapun untukmu." Kata Noah.
Sungguh Irina tidak tahu apa artinya itu dan kaitannya dengan kecemburuannya kepada Noah, hanya saja mendengar hal itu ternyata membuat perasaan Irina menjadi lebih baik.