Chereads / The Man from The Cult / Chapter 10 - Killing People

Chapter 10 - Killing People

Irina tiba di kantor dengan kepercayaan diri yang besar, entah hari ini mengapa ia sangat bersemangat bekerja lebih dari hari-hari biasanya. Tersenyum ke arah resepsionis di lantai satu dan anehnya resepsionis itu berdiri dari tempat duduknya lalu membungkuk seolah menghormati Irina. Tak sampai di situ, sampai di lantai dimana Irina bekerja.

Ada Mr. Dennis dan sekertarisnya di koridor juga membungkuk ketika Irina melewati mereka, Irina menyatukan kedua alisnya karena bingung. Saat ia memasuki ruang kerjanya pun, Irina disambut bak Ratu. Sama seperti Noah, hampir semua orang yang membungkuk ke arah Irina. Sebagian lagi merasa kebingungan dengan apa yang terjadi.

Irina sempat berpikir, orang-orang yang kebingungan itu bukanlah anggota. Irina menuju meja kerjanya, tapi di sana ada Deborah yang menunggunya usai membungkuk seperti kebanyakan orang kepada Irina.

"Ada apa Deborah?" Tanya Irina.

"Ada Lucas menunggu Miss Irina di dalam sana!" Ujar Deborah, kali ini tersenyum ramah kepada Irina tidak seperti bos pada umumnya.

Tanpa mengetuk pintu, Irina membuka pintu ruangan kerja Deborah begitu saja. Dan benar saja, di dalam sana ada Lucas yang terlihat sangat sibuk.

"Kau memanggilku?" Tanya Irina, seolah rasa hormat kepada semua atasannya hilang begitu saja.

"Duduklah dulu!" Lucas menunjuk sebuah kursi di hadapannya, Irina menarik kursi tersebut lalu mendudukan dirinya di sana.

"Kau akan dipindah tugaskan, tugasmu sama seperti Deborah." Lucas menyerahkan sebuah dokumen di dalam sebuah amplop besar, pria itu menatap Irina cukup lama.

"Kau harus paham dan konsisten pada program kerjamu, aku harap kau dapat membuktikan kesetiaanmu terhadap kami." Kata Lucas, kata kesetiaan dan kami di sini adalah sebuah perumpamaan.

Bukan kepada perusahaan, tapi kepada mereka semua yang Irina lihat semalam. Yang menyaksikan adegan panas sekaligus mengerikan antara dirinya dan Noah.

Irina hanya mengangguk mengerti, mengambil berkas tersebut lalu pergi meninggalkan gedung tersebut. Apapun yang harus Irina lakukan akan ia lakukan, demi Noah.

Semenjak semalam perasaan Irina berubah drastis kepada pria itu, Irina tidak tahu mantra apa yang digunakan oleh Noah kepada dirinya. Tapi yang jelas, Irina juga sangat mencintai Noah sama seperti ketika pria itu menyatakan cinta padanya pada saat Irina masih dalam keadaan tak sadarkan diri semalam.

Kendaraan Irina akhirnya meninggalkan gedung perkantoran itu.

Irina pasti akan merindukan makanan restoran cepat saji yang selalu ia konsumsi setiap harinya, berharap di tempat barunya nanti tidak akan sulit mencari makan siang. Irina mengikuti arah peta yang ia dapat dari dokumen yang diberikan Lucas. Masih berada di seputaran kota itu, hanya saja lebih besar dan lebih jauh dari tempat tinggal Irina.

Menghampiri resepsionis yang ada di sana, Irina sempat dibuat bingung lagi ketika resepsionis yang ada di gedung lamanya, duduk manis di sana sembari tersenyum ramah ke arah Irina.

"Bagaimana kau bisa sampai di sini lebih cepat?" Tanya Irina.

"Maaf, Miss. Aku tidak tahu maksudmu!" Sahut wanita itu.

"Kau, resepsionis yang tadi 'kan?" Tukas Irina sembari menunjuk wanita itu.

"Oh, bukan. Dia adalah saudara kembarku!" Jawab wanita itu seperti mengetahui kebingungan Irina, Irina lalu terdiam seraya mengangguk.

Well, selamat datang di dunia yang aneh ini! Batin Irina menghibur dirinya sendiri. Lalu resepsionis itu mengarahkan Irina untuk pergi ke lantai paling atas karena di sana ruangannya sudah siap.

Irina segera menuju lift, tersenyum sekilas karena tak menyangka ia akan mendapatkan promosi jabatan secepat dan semudah ini. Ketika semua orang bersusah payah meniti karirnya, Irina melewati semua orang itu dengan mudah.

Dan ia juga memiliki kekasih yang sangat tampan.

Semua hal ini, terasa sempurna bagi Irina. Segala hal yang Irina inginkan sedari muda bahkan hingga detik ini, kini tercapai segalanya. Tapi sekali lagi Irina tidaklah bodoh, ia bukan gadis bodoh yang tidak mengerti sebuah prinsip timbal balik. Karena di balik semua kesenangan ini, akan ada konsekuensi yang harus ia terima.

Straight go to the hell!

Well, setidaknya Irina memiliki kekasih dan banyak teman di sana. Irina menyunggingkan senyum.

Irina keluar dari lift setelah pintu lift terbuka, di sana ada sebuah ruangan yang jauh lebih luas dari ruangannya sebelumnya. Ada banyak karyawan di sana, dan semuanya, semuanya, membungkuk kepada Irina.

Suara ketukan heels milik Irina melantun indah di ruangan itu, ia berjalan menuju ke arah sebuah ruangan yang ia duga adalah miliknya. Begitu membuka pintu, Irina terpana melihat ruangannya yang begitu modern dan minimalis. Sangat indah dengan pemandangan kota di bawah sana, Irina menghembuskan nafas panjang seraya duduk di pinggiran meja kerjanya.

Ini benar-benar yang dinamakan surga dunia.

Irina duduk di kursi kerja nan empuk, membuka semua dokumen yang diberikan oleh Lucas dan mempelajarinya. Tapi tiba-tiba ponsel Irina berbunyi dan menampilkan sebuah pesan singkat.

"Kau suka ruangan barumu?"

Seketika mengukir senyum di bibir Irina, Irina tidak tahu itu kontak siapa.

Tapi dari cara bicara dan isi pesannya, Irina sudah bisa menebak bahwa itu adalah Noah.

"Ya, aku suka. Terimakasih!" Balas Irina, tak lama pesan kembali dibalas oleh Noah.

"Bersiaplah! Nanti malam akan ada sesuatu, aku akan mengirimimu sesuatu!" Kata Noah, Irina terdiam kali ini. Sesuatu?

Apakah sesuatu yang mengerikan lagi?

Jujur saja Irina belum siap melakukan sesuatu hal yang mengerikan seperti semalam.

Tok... tok... tok....

Pintu ruangan kerja Irina diketuk secara tiba-tiba setelah Irina mendapat pesan itu dari Noah.

"Ya, masuk!" Ujar Irina.

Pintu pun terbuka, menampilkan seorang wanita yang kira-kira usianya sepantaran dengan Irina.

"Halo, Miss. Perkenalkan saya Debby, sekertaris anda!" Ujar wanita itu sembari mengulurkan tangan kepada irina, dengan senang hati Irina menjabat tangan wanita itu. Ternyata di sini Irina memiliki sekertaris.

"Oh, ya. Dan ini, ada titipan dari Mr. Noah, untukmu!" Wanita bernama Debby itu menyerahkan sebuah kotak kepada Irina.

Irina menerimanya begitu saja lalu berterimakasih, Debby keluar dari ruangan setelah memperkenalkan diri dan menyerahkan kotak tersebut. Irina yang penasaran dengan isi kotak itu, akhirnya membukanya dan sedikit terkejut.

Sebuah gaun lengkap dengan heels serta riasan make-up, gaun berwarna merah darah senada dengan warna heelsnya. Ukiran gaunnya terlihat sangat cantik, dan rasanya sangat pas di tubuh Irina.

Entah kejutan apa lagi yang akan terjadi malam ini, tapi Irina tak sabar mengenakan gaun ini dan menunggu kedatangan Noah.

Sampai akhirnya malam hari pun tiba..

Asisten Irina yang bernama Debby, membantu merias wajah Irina setelah wanita itu mengenakan gaunnya.

Ada sebuah kaca besar di sudut ruangan bersebelahan dengan rak buku, Irina melangkahkan kakinya menuju cermin dan melihat pantulan dirinua sendiri di sana.

Yang Irina lihat bukanlah dirinya lagi, tidak ada lagi wanita cantik berambut pirang dengan senyum merekah.

Hanya ada wanita cantik nan misterius berambut hitam legam dengan tingkat kejahatan yang mulai tinggi.

"Bagaimana tampilanku?" Tanya Irina memastikan tidak ada cela di tubuhnya.

"Sempurna! Mr. Noah pasti akan takjub melihat Miss." Kata Debby menghibur Irina, Irina menyunggingkan senyum melihat dirinya di cermin.

"Sebentar lagi acara akan dimulai, Mr. Noah dan yang lainnya akan tiba. Sebaiknya saya menyiapkan hal lainnya dulu, Miss!" Kata Debby.

Irina hanya mengangguk, masih tak tahu apa yang akan terjadi malam hari ini. Irina sempat mengira akan ada anggota baru seperti Irina semalam, dan berharap bukan Noah yang berada di atas seorang wanita. Irina terkekeh, Noah dan dirinya telah berjanji akan terus bersama-sama sampai kematian mereka tiba.

Menunggu di dalam ruangan saja, membuat Irina bosan. Melihat ke arah luar dimana kota itu terlihat indah di malam hari, lampu-lampu dan jalanan kota yang tidak terlalu padat. Langit gelap serta lolongan anjing di bawah sana, ini lebih seperti film horor dari pada romansa yang Irina harapkan.

Tiba-tiba saja, suara pintu terbuka mengejutkan Irina. Noah telah tiba dengan setelan seperti biasanya yaitu coat berwarna gelap, pria itu merentangkan kedua tangannya sembari tersenyum. Irina yang sudah sangat mengagumi Noah segera beranjak dari duduknya lalu memeluk Noah dengan erat. Terasa pria itu mengecup kepala Irina sesaat, rasa hangat dari tubuh Noah membuat jiwa Irina merasa damai.

"Ayo, semuanya sudah menunggu di luar!" Kata Noah, Irina lagi-lagi hanya mengangguk seolah terhipnotis segala ucapan yang keluar dari bibir Noah. Akhirnya mereka keluar dari dalam ruangan Irina dan betapa terkejutnya Irina ketika melihat pemandangan di ruangan kerja orang-orang itu.

Sudah tak nampak seperti ruangan kerja dengan banyak sekat pada umumnya, ruangan itu berubah menjadi sesuatu yang mengerikan tapi dalam arti menyenangkan bagi penduduk dunia. Semua orang nampak tak mengenakan sehelai benang pun, dan nampak melakukan kegiatan seksual sesuka hati mereka. Semua pekerja itu, semua bawahan Irina, bahkan sekertarisnya sendiri.

Sampai-sampai, Irina tak sadar ketika Noah kembali mengecup kepalanya.

"Ayo, tugasmu ada di sini!" Noah menggenggam tangan Irina menuju ke suatu tempat, di sudut ruangan itu terdapat seorang wanita yang tengah tertidur atau sadar Irina tak dapat melihat dengan jelas karena cahaya merah di ruangan ini yang menyilaukan pandangannya. Wanita itu nampak masih bernafas.

Tidak seperti mereka semua yang nampak tak mengenakan pakaian atau Noah dan Irina yang mengenakan setelan berwarna merah dan hitam. Wanita itu mengenakan setelan harian yang nampak begitu familiar di ingatan Irina, perlahan Irina melangkahkan kedua kakinya menghampiri wanita yang tengah terbaring di atas meja itu setelah mendapat perintah dari Noah.

Namun betapa terkejutnya Irina, setelah mengetahui bahwa wanita itu adalah Lucy. Irina menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya, memundurkan langkah seketika tubuhnya hampir saja terjatuh ke atas lantai. Tapi Noah dengan sigap memegang bahu Irina lalu memberikan sebuah belati kepada wanita itu.

"Lakukanlah! Buktikan kepadaku kalau kau setia kepadaku!" Bisik Noah yang membuat Irina bergidik ngeri.

Semua orang yang ada di sana menghentikan kegiatan mereka melihat ke arah Irina, di tangan kanannya sudah ada belati yang diberikan oleh Noah tadi. Irina tidak mungkin melakukan hal itu kepada sahabatnya sendiri, Lucy terlihat lemah terbaring di atas meja.

Dengan setengah kesadaran entah karena apa..

Irina menggeleng lemah sembari mengeluarkan air mata, namun Noah malah menatapnya tajam seolah berkata 'lakukan sekarang!' serta disaksikan oleh Lucas dan semua orang. Di dalam hati ada pergejolakan batin bagi Irina, di satu sisi ia sangat menikmati dunia ini dan tidak ingin kehilangan Noah. Tapi di sisi lain, ada sebagian dari dirinya yang masih ada sisa sedikit kebaikan tak akan tega melakukan hal itu kepada Lucy.

"Kalau bukan temanmu, maka kau harus melakukannya kepada Noah!" Ujar Lucas seolah memberikan peringatan, Irina melihat ke arah Noah sekilas. Belati di tangannya ia genggam erat seolah berat memilih dua pilihan itu.

Tiba-tiba muncul pikiran jahat Irina, yang berkata bahwa nasi sudah menjadi bubur. Sedikit demi sedikit kau telah menikmati kenikmatan dunia yang diberikan oleh Iblis dan kau sudah menjadi pengikutnya, nafas Irina terasa berat. Hingga akhirnya Irina memilih Iblis dan menikam Lucy tepat ke arah jantungnya.

Melihat Lucy yang kesakitan, Irina terus menancapkan belati itu berkali-kali hingga cipratan darah mengenai wajah dan gaun merah yang dikenakan oleh Irina. Hingga pada akhirnya, Lucy tak lagi bernafas. Irina menjerit sekaligus menangis yang anehnya menjadi lantunan indah di telinga semua orang yang ada di sana, mereka semua bertepuk tangan termasuk Lucas dan Noah.

Kembali ke kegiatan gila mereka masing-masing, Irina membenamkan wajahnya di perut Lucy yang kini telah menjadi mayat. Noah menarik pinggul Irina dan memeluk wanita itu.

"Dia menolak tawaran kami, hingga kami jadikan dia seperti ini!" Kata Noah, Irina yang semula menangis kini terdiam seraya mendongak menatap kedua mata Noah.

"Jika aku menolak malam itu, apa kau akan melakukan hal yang sama kepadaku?" Tanya Irina.

"Tentu saja, sayang!" Jawab Noah dengan mantap, seraya tersenyum lembut ke arah Irina.

Irina memandang Noah dengan pandangan nanar, nafasnya kembali berat tapi Noah tetap memeluknya meski gaun Irina terkena cipratan darah.

"Besok akan ada beberapa karyawan baru yang akan bekerja di sini, tugasmu selanjutnya adalah merekrut mereka. Aku tahu wanitaku cerdas dan akan menanamkan sebuah pemahaman yang logis bersifat duniawi kepada mereka, kau akan melakukannya untukku 'kan?" Kata Noah, Irina masih terdiam menatap Noah. Pikirannya kembali kacau dan Noah mulai menyadari hal itu.

"Mereka memiliki latar belakang yang mirip denganmu, seseorang yang hidupnya sangat taat namun diberikan ujian hidup. Bisa dengan mudah mempengaruhinya." Tambah Noah, semua hal itu semakin membuat Irina merasakan sesuatu yang janggal.

"Bagaimana kau tahu hal itu?" Tanya Irina.

"Tentu saja aku tahu, aku yang memberikan mereka pekerjaan ini dengan mudah." Jawab Noah.

Seketika Irina mengingat dirinya tahun lalu, di saat pekerjaan mudah sekali Irina dapatkan. Tidak ada saingan, emailnya cepat dibalas. Hingga interview yang terbilang aneh, Irina langsung bekerja esok hari tanpa ada tes tertulis sama sekali.

"Apa dulu aku juga seperti itu? Kau yang membantuku bekerja di perusahaan ini?" Tanya Irina memastikan.

"Tentu saja, sayang!" Jawab Noah sembari menyeringai ke arah Irina.