Bai Lian tiba di rumah sakit setelah jam sepuluh malam.
Ia sudah ganti dari seragam sekolahnya dan mengenakan gaun rumah berwarna putih, wajahnya tanpa ekspresi, mengabaikan semua orang saat ia pergi bersama perawat untuk pengambilan darah.
Perawat itu dengan hati-hati memasukkan jarum ke lengan Bai Lian, dan darah merah gelap mulai memenuhi tabung yang transparan.
Setengah jalan, perawat hendak mencabut jarumnya.
Lengan Bai Lian masih di atas meja, urat-urat kehijauan yang samar mulai terlihat saat matanya tertunduk, barulah dia sedikit mengangkat pandangan, memperlihatkan kedalamannya yang sangat dalam dan dingin, lalu mengucapkan kata pertamanya, "Lanjutkan."
Kata-katanya seolah-olah pecah menjadi es, satu persatu.
Perawat tahu bahwa mengambil lebih banyak darah akan membahayakan tubuh pendonor, tetapi tatapan mata Bai Lian membuatnya terkejut, dan dengan gemetar, dia mengambil dua tabung lagi.