Bab 7: Desa yang Berubah
_10 tahun kemudian...
"Gubrakkk!!!" Suara keras menggema di seluruh arena saat seorang petarung terjatuh dengan keras di ring. Tubuhnya jatuh dengan terjangan yang kuat, dan debu berhamburan. Seketika, sorakan para penonton memenuhi udara.
"Bara!! Bara!! Bara!!" mereka berteriak dengan penuh semangat, menyebut nama sang juara bertahan yang baru saja memenangkan pertarungannya.
Di sisi arena, Sardam dan Bedu berdiri dengan bangga, memantau suasana.
Sardam berkomentar, "Bara benar-benar hebat. Dia tidak hanya mempertahankan gelarnya, tetapi juga menunjukkan betapa luar biasanya dia di ring."
Bedu menambahkan, "Memang. Dia adalah petarung terbaik yang pernah kita lihat. Dengan keahlian seperti itu, tidak ada lawan yang bisa mengalahkannya."
Sardam tersenyum lebar, menepuk punggung Bedu. "Dan jangan lupakan dukungan kami. Bara mendapat dorongan besar dari kami. Kami tahu dia akan menang."
Seorang penduduk desa yang penasaran bertanya, "Apakah ada yang bisa menantang Bara tahun ini?"
Sardam menjawab dengan nada sombong dan meremehkan, "Jangan khawatir. Sejauh ini, tidak ada yang menunjukkan kemampuan untuk menandingi Bara. Bahkan jika ada yang mendaftar, dia pasti hanya akan menjadi lawan yang mudah."
Bedu melihat ke arah pintu pendaftaran dan berkomentar, "Tapi sepertinya ada seseorang yang baru saja mendaftar. Mari kita lihat bagaimana dia."
Sardam memandang pintu dengan sinis. "Oh, jadi ada yang berani menantang Bara? Bisa jadi ini hanya pencari sensasi. Jangan terlalu berharap."
Mereka melihat seorang pemuda misterius memasuki arena pendaftaran. Dengan penampilan yang dingin dan aura yang menakutkan, dia menarik perhatian banyak orang. Tidak ada yang mengenalnya, dan rasa penasaran menyebar di antara penduduk desa. Setiap langkahnya penuh ketenangan dan keyakinan, seakan dia sudah tahu persis apa yang akan terjadi di ring.
Bab 8: Kejutan
Di meja pendaftaran, pemuda misterius itu melengkapi dokumen dengan tenang. Saat ditanya oleh panitia mengenai namanya, dia menjawab dengan suara tegas, "Kalaman."
Panitia mencatat namanya dengan ragu. "Kalaman? Baiklah, kamu bisa masuk ke ring sekarang."
Tanpa menunggu lama, Kalaman langsung melangkah ke ring pertarungan. Para penonton mulai membicarakannya dengan penuh keheranan.
"Siapa dia? Tidak pernah ada yang melihatnya sebelumnya," kata seorang penonton kepada temannya.
"Dia tampak seperti seseorang yang tidak ingin dikenal," balas temannya. "Ada aura misterius di sekelilingnya."
Sardam memandang Kalaman dengan sinis, "Ternyata ada yang mendaftar dengan gaya yang mengesankan, tapi mungkin hanya cari perhatian."
Bedu mengangguk setuju, "Ya, kita lihat saja. Jika dia mampu menantang Bara, mungkin dia bisa menjadi lawan yang menarik."
Saat Kalaman memasuki ring, Bara yang baru saja memenangkan pertarungan sebelumnya melihat ke arah lawannya dengan tatapan waspada. Bara berdiri tegak, dengan napas yang masih berat setelah pertarungan sebelumnya, tetapi matanya penuh tekad. "Kamu benar-benar yakin ingin bertanding hari ini?" tanya Bara dengan nada menantang. "Ini bukan pertandingan yang mudah."
Suara berdebar dari kerumunan semakin keras, menciptakan suasana tegang yang hampir bisa dirasakan di udara. Kalaman tetap diam, hanya menatap Bara dengan fokus yang tajam, seolah menganalisis setiap gerakan dan napas lawannya. Bagi Bara, tatapan itu membawa sedikit kegelisahan, sesuatu yang belum pernah dia rasakan dari lawan-lawan sebelumnya.
Pertarungan dimulai dengan intensitas tinggi. Bara, yang sudah dikenal sebagai juara bertahan, memulai dengan pukulan keras.
"Haaa!" teriak Bara, saat tinjunya meluncur cepat menuju Kalaman. "Kamu akan merasakan betapa sulitnya menghadapi juara bertahan!"
Namun, Kalaman tetap tenang dan menunjukkan keterampilannya yang luar biasa. Gerakan-gerakannya cepat, tepat, dan mengesankan, membuat Bara kesulitan untuk mengimbanginya. Setiap gerakan Kalaman terasa seperti sudah diperhitungkan dengan matang, dan dia menghindari setiap serangan Bara dengan gesit, membuat para penonton terkesima. Suara pukulan dan tendangan saling bertabrakan, mengisi udara dengan suara "Bam! Bam!"
"Dia cepat, tapi aku tidak akan menyerah begitu saja!" Bara menggertakkan giginya, merasa frustrasi karena setiap serangannya gagal mengenai sasaran. Suara dentuman kaki dan tangan mereka yang beradu semakin keras, menciptakan ketegangan yang luar biasa di arena.
Dalam setiap serangan, Kalaman mengukur kekuatan Bara. "Dia kuat, tapi tidak secepat yang aku kira," pikir Kalaman dalam hati. Setiap serangan balik dari Kalaman disertai dengan ketenangan dan ketepatan yang mematikan. Gerakannya bukan hanya untuk mengalahkan Bara, tetapi untuk menguji kemampuan lawan.
Bara, merasa terpojok, meningkatkan intensitas serangannya. "Aku tidak bisa kalah! Aku harus tetap jadi juara!" Seru Bara dalam hatinya.
Tapi keringat yang mulai membasahi wajahnya menunjukkan bahwa dia mulai merasa tertekan. Kalaman, di sisi lain, tetap tak terpengaruh, seolah setiap gerakannya sudah direncanakan dengan cermat.
Kalaman tetap diam, hanya fokus pada gerakan lawannya. Setiap serangan Bara berhasil dihindari dengan gesit oleh Kalaman, yang kemudian melancarkan serangan balik yang mematikan. Bara mulai kelelahan, keringat mengalir di wajahnya.
"Kau benar-benar merepotkan," gumamnya dengan nada terengah.
Kalaman melancarkan pukulan terakhi dan akhirnya tubuh Bara terjatuh keras ke lantai ring, membuat penonton terdiam. Sorakan yang tadinya bergemuruh kini digantikan dengan keheningan yang memekakkan telinga.
Penonton yang tadinya bersorak untuk Bara tiba-tiba terdiam, lalu gemuruh kebingungan dan kekaguman menyelimuti arena.
"Bagaimana mungkin ada yang bisa mengalahkan Bara?" bisik seorang penonton dengan mata terbelalak.
"Ini tidak pernah terjadi sebelumnya! Siapa sebenarnya orang ini?" seorang penonton lainnya menimpali, terheran-heran dengan apa yang baru saja mereka saksikan.
Sardam, yang melihat kekalahan Bara, berkata dengan nada yang sedikit terkejut namun masih mencoba meremehkan, "Ternyata ada juga yang bisa menantang Bara. Mungkin ini hanya kebetulan."
Bedu, dengan wajah terkejut, hanya bisa mengangguk setuju. "Ini sangat mengejutkan. Aku tidak pernah menyangka ada yang bisa mengalahkan Bara."
Seorang penonton di barisan depan bertanya, "Dari mana dia datang?"
Sardam menjawab, "Aku tidak tahu. Tapi jelas dia bukan orang sembarangan."
Di tengah ring, Bara yang masih berusaha bangkit dari kekalahannya, memandang Kalaman dengan tatapan yang berbeda. Kini tidak ada lagi kesombongan di mata Bara.
"Siapa... siapa sebenarnya kamu?" tanya Bara dengan napas yang tersengal-sengal.
Kalaman, yang berdiri dengan tegak di hadapan Bara, hanya menatapnya tanpa menjawab.
Kalaman berdiri di tengah ring, memandang kerumunan yang kini terfokus padanya. Meski baru saja memenangkan pertarungan, ekspresinya tetap datar dan misterius. Dia tidak menunjukkan tanda-tanda kegembiraan atau kebanggaan atas kemenangannya, menambah aura misteri yang menyelimutinya.
Dengan kemenangannya, Kalaman kini menjadi pusat perhatian. Para penonton terus meneriakkan namanya, dan semua orang penasaran tentang sosok misterius ini yang telah mengubah jalannya pertandingan. Tapi Kalaman, tanpa sepatah kata pun, hanya berbalik dan berjalan keluar dari arena.
Kalaman merasakan tatapan semua orang yang tertuju padanya, tetapi dia tidak peduli. Karena kalaman tahu dia pasti akan menang.
Bersambung.....
Nantikan lanjutan ceritanya yaa. Update setiap Jum'at