Bab 9: Kesempatan
Setelah Kalaman dinyatakan sebagai juara baru, Danu, Bedu, dan Sardam mendekati Kalaman dengan penuh semangat.
Sardam membuka percakapan, "Kalaman, kami sangat terkesan dengan keterampilanmu."
Bedu menambahkan, "Itu benar sekali, kamu adalah juara sejati, Kalaman."
Danu, dengan wajah penuh rasa hormat, berkata, "Perkenalkan namaku Danu. Ini Sardam dan ini Bedu."
"Benar-benar mengesankan, pertarunganmu luar biasa," tambahnya.
Sardam, ingin mengetahui lebih lanjut, bertanya, "Dari mana kau berasal?"
Namun, Kalaman tetap diam, tidak menghiraukan pertanyaan tersebut.
Bedu, mencoba membangun jembatan, berkata, "Hey, jangan cuek begitu. Kami bukan ingin mengganggumu. Justru kami ingin menawarkan keuntungan untukmu."
Danu melanjutkan, "Ya, itu benar sekali. Ini adalah tawaran yang menguntungkan untukmu. Anak baru sepertimu pasti butuh bimbingan dari senior seperti kami."
"Bagaimana kalau kau jadi bos kami? Kami akan mengatur segalanya untukmu. Kau hanya tinggal bermain saja. Bukankah ini menguntungkan?" ujar Danu.
"Dengan begitu, kau tidak perlu repot-repot," sahut Bedu.
"Bagaimana menurutmu?" tanya Danu dan Sardam bersamaan.
Kalaman, yang mendengarkan tawaran mereka, tampak merenung sejenak. Dia mempertimbangkan tawaran tersebut dengan hati-hati, menyadari bahwa ini bisa menjadi kesempatan untuk memanfaatkan situasi bagi kepentingannya sendiri. Akhirnya, dia menjawab dengan sikap dingin, "Ini tawaran yang menarik. Baiklah, aku terima tawaran kalian."
Danu tersenyum lebar, "Itu adalah pilihan yang tepat, Kalaman."
Sardam, ingin memastikan langkah selanjutnya, berkata, "Sekarang anggota kita sudah empat orang dengan kehadiran Kalaman. Sepertinya kita membutuhkan nama untuk kelompok kita."
Bedu, dengan antusias, menambahkan, "Ya, kita serahkan pada bos kita. Bagaimana, Kalaman, kau ada ide?"
Kalaman menjawab dengan tegas, "Baiklah, nama kelompok kita adalah Kartara."
"Kartara ? Itu tidak buruk,". Kata sardam
Bedu menambahkan" Ya aku setuju, bagiamana denganmu Danu?".
Danu, yang berdiri di samping, menambahkan, "Selamat datang di Kartara, Kalaman."
"Sepertinya kita harus merayakannya," kata Danu.
Kalaman, menyadari bahwa dia harus segera pergi untuk urusan penting, berkata, "Aku ada urusan penting, jadi aku harus pergi sekarang."
Sardam mengingatkan, "Ingat, Kalaman, tiga hari lagi kamu akan menghadapi pertarungan sebagai juara baru. Pastikan kamu siap."
Kalaman mengangguk, "Tentu, aku akan siap." Dia kemudian meninggalkan mereka untuk mengurus urusan pentingnya.
Bab 10: Pertarungan
Tiga hari kemudian, arena pertarungan dipenuhi dengan penonton yang antusias. Suasana menjadi semakin meriah dengan teriakan sorak-sorai, "Kalaman!! Kalaman!! Kalaman!!" yang menggema di seluruh arena. Penonton tidak sabar menunggu aksi selanjutnya.
Kalaman berdiri di tengah arena, mata terpaku pada lawan-lawannya dengan penuh fokus. Pertarungan pertama berlangsung cepat; Kalaman mengatasi lawan-lawannya dengan gerakan yang membuat penonton bersorak-sorai. Teriakan penonton semakin keras, "Kalaman!! Kalaman!!"
Tantangan berikutnya datang dalam bentuk dua penantang sekaligus. Kalaman menghadapi mereka dengan ketenangan. Ia menghindari serangan-serangan mereka dengan cepat, menggunakan teknik bela diri yang mengesankan. Sorakan penonton semakin memuncak seiring dengan gerakan Kalaman yang tak terhentikan.
Bedu, melihat dari tepi arena, berkata kepada Danu dan Sardam, "Lihat bagaimana dia mengendalikan situasi. Tak ada yang bisa mengalahkan Kalaman hari ini."
Danu mengangguk setuju, "Dia memang juara sejati. Pertarungan ini akan jadi bahan pembicaraan di seluruh desa."
Kalaman dengan cekatan menghindari serangan-serangan mereka, melawan satu lawan dengan satu pukulan akurat sebelum beralih ke lawan kedua. Dengan teknik bela diri dan kekuatan, Kalaman mengalahkan lawan kedua dalam waktu singkat. Sorakan penonton semakin memuncak, "Kalaman!! Kalaman!! Kalaman!!"
Setelah pertandingan, Bedu, Danu, dan Sardam mendekati Kalaman dengan ekspresi penuh kekaguman. Bedu, tak bisa menyembunyikan kekagumannya, berkata, "Kalaman, luar biasa sekali! Kami tidak pernah melihat pertarungan seperti itu sebelumnya. Kamu mengalahkan dua orang sekaligus dengan begitu mudahnya."
Sardam menambahkan, "Benar, Kalaman. Teknikmu benar-benar mengesankan. Kami semua yakin bahwa kamu adalah juara yang layak."
Danu, dengan senyum lebar, berkata, "Ayo, Kalaman, kami ingin merayakan kemenanganmu. Kami biasanya berkumpul di tempat biasa. Kami akan sangat senang jika kamu bergabung."
Kalaman, merasa lelah tetapi tetap sopan, menjawab, "Terima kasih, aku akan ikut."
"Kalau begitu mari kita rayakan kemenangan hebat Kalaman dan terbentuknya kelompok kita, Kartara," sahut Danu dengan semangat.
Bab 11: Perayaan
Mereka menuju tempat berkumpul mereka, sebuah tempat sederhana namun nyaman yang penuh dengan minuman keras dan makanan. Suasana di tempat itu sangat meriah, dengan musik dan tawa yang mengisi ruangan. Bedu, dengan tangan penuh gelas minuman, berkata, "Ayo, Kalaman, kita merayakan kemenanganmu malam ini. Minumlah, ini untuk merayakan keberhasilanmu!"
Kalaman menolak, "Aku tidak minum minuman keras."
Sardam tertawa ringan, "Tidak masalah. Kami akan merayakannya tanpa kamu. Nikmati malam ini bersama kami."
Mereka merayakan kemenangan Kalaman dengan semangat tinggi, dan seiring malam berlalu, mereka mulai mabuk dan tak sadarkan diri karena terlalu banyak minuman. Sementara itu, Kalaman memandangi langit dan sesekali melihat mereka yang terlelap. Tak lama kemudian, Kalaman meninggalkan mereka di tempat tersebut.