Kediaman Pak Raden Prabu
"Haa emm.." Titah menguap yang baru saja bangun dari tidurnya.
Di Garasi Mobil..
"Dolan awan awan pupuran mero mero duwe anak perawan mati di seledak kebo." Paijo mengerjakan tugasnya seperti biasa.
"Jo.." panggil Darmi.
"Inggih mi, enten menapa?" tanya Paijo.
"Mbak Titah.." jawab Darmi memberikan kode pada Paijo.
"Oh oke mi.." seru Paijo.
Di Kamar Mandi..
"Handuknya mana ya, oh ini dia." kata Titah mencari Handuk.
Di Ruang Makan..
"Bi jangan lupa ya bilang ke Titah kalau saya tidak bisa menunggunya, saya dan istri harus segera berangkat ke luar kota." pak Prabu menitipkan pesan pada Darmi.
"Inggih ndara." kata Darmi patuh.
Kediaman Ocha
Di Halaman Belakang..
"Afgan.." panggil Ocha.
"Iya kak." jawab Afgan.
"Nggak sekolah kamu?" tanya Ocha.
"Sekolah, ini baru mau mandi." jawab Afgan.
"Om Afgan kok pagi-pagi bukannya langsung mandi malah berenang sih, nanti telat lho." kata Dinda.
"Iya ini baru mau mandi kok. Eh dik.." sambung Afgan.
"Iya om, kenapa?"
"Jangan bawel ah.."
"Lho emang kenapa om?"
"Nanti kaya ibu kamu lho."
"Emang ibu bawel ya om?"
"Iya bawel banget.."
"Oh gitu. Ibu.." kata Dinda yang akan mengadu pada ibunya.
"Eh.. Eh.. Stsss.. Duh pake ngadu segala lagi ini bocah ya." keluh Afgan.
"Iya sayang kenapa?" tanya Ocha.
"Enggak apa-apa kok kak, iya kan Dinda?" tanya Afgan sembari melototi Dinda.
"I-iya.. Bu. Hehe.." jawab Dinda yang ketakutan karena di pelototi oleh Afgan.
"Oh ya sudah, Afgan mandi, sekolah." pinta Ocha.
"Siap kakak." kata Afgan patuh.
Kediaman Pak Raden Prabu
Di Ruang Tamu..
"Oh iya lupa hp, bi.." kata Titah yang baru saja turun dari kamarnya.
"Inggih mbak Titah, mbak Titah golek hp ?" tanya Darmi.
"Inggih bi, embok ningal mboten hp kula dimana ?" tanya Titah juga.
"Niki mbak Titah hpnya, badhe kamawon kula lupa, menawi ndara romo uga ndara ibu sampun budhal medal kitha." jawab Darmi memberikan hpnya pada Titah.
"Oh iya, sampun biyasa kula ing tinggal medal kitha ibu uga bapak, nggih sampun menawi mekaten kula budhal nggih bi.." kata Titah.
"Inggih mbak Titah." sambung Darmi.
Di Depan Rumah..
"Mangga mbak Titah." kata Paijo mempersilahkan Titah untuk masuk dan duduk di dalam mobil yang akan pergi ke sekolah.
"Ya.." seru Titah.
SMA Garuda
"Lik nanti jangan sampai lupa jemput ya dan jangan sampai telat." kata Titah mengingatkan Paijo.
"Inggih mbak Titah." sambung Paijo.
"Hai tah.." sapa Santi.
"Hai semua, The Queen Bees.." sapa Titah juga.
"Yuu huu.." sorak Titah, Sinta dan Santi.
"Yah telat lagi, pak, pak, pak.." kata Afgan yang terlambat datang ke sekolah.
"Iya mas.." jawab satpam sekolah.
"Kok di tutup sih, kan saya belum telat banget baru beberapa menit juga kan pak, pak tolong buka ya pak pintunya."
"Maaf mas nggak bisa, ini sudah peraturan dari sekolah."
"Yah pak, duh gimana dong masa gue nggak masuk sekolah lagi sih, aha.. Manjat tembok belakang sekolah saja deh.." kata Afgan lagi yang mendapatkan ide.
Di Kelas Titah..
"Baik anak-anak silahkan kumpulkan PR kalian ya." pinta pak Angga.
"Haduh.. Lupa ngerjain PR lagi." kata Titah yang lupa mengerjakan PR.
"Tah gimana ini?" tanya Sinta.
"Cabut pelajaran ini." jawab Titah.
"Yuk.." ajak Sinta dan Santi.
Titah, Sinta, dan Santi membolos pelajaran matematika, karena lupa mengerjakan PR dan takut di hukum oleh pak Anton.
Afgan pun memanjat tembok sekolah, kaki Afgan terkilir saat memanjat tembok belakang sekolah. Lalu Afgan ke kamar mandi untuk membersihkan celananya yang kotor karena terjatuh tadi.
Dan di saat Titah, Santi, dan Sinta ingin ke kantin sekolah, mereka ketahuan oleh bu Dina.
"Lalu sekarang kita kemana?" tanya Santi.
"Ke kantin sekolah.." jawab Titah.
"Ya sudah yuk.." ajak Sinta.
"Eh kalian.." bu Dina memergoki Titah Sinta dan Santi di luar kelas yang ingin membolos pada saat pelajaran matematika.
"Haduh.." Sinta ketakutan saat mengetahui bu Dina memergokinya keluar kelas bersama teman-teman nya.
"Bu Dina, gimana dong ini?"
"Kabur.."
"Hai kalian.." bu Dina memergoki Titah Sinta dan Santi di luar kelas yang ingin membolos pada saat pelajaran matematika.
Titah, Santi, dan Sinta melarikan diri dari bu Dina dan mereka berpencar tujuannya untuk membuat bingung bu Dina.
Sinta dan Santi berlari ke arah kantin dan UKS, sedangkan Titah berlari dan bersembunyi di kamar mandi siswa laki-laki.
Di kamar mandi siswa laki-laki, Titah tidak mengetahui Afgan berada di sana sedang memijit kakinya dan membersihkan bajunya yang kotor ketika memanjat tembok belakang sekolah tadi.
Sedangkan Titah yang bersembunyi di kamar mandi siswa laki-laki mendengar suara desahan dari Afgan, Titah langsung berfikir negatif kalau Afgan di kamar mandi sedang menonton film porno atau film yang tidak pantas di lihat oleh anak seusianya.
"Huh.., semoga aman dan tidak ketahuan oleh bu Dina, gue ngumpet di sini deh, oh ya ngomong-ngomong di kamar mandi mana ya gue ngumpet nya di kamar mandi perempuan atau laki-laki ya?" tanya Titah.
"Ah.. Ah.. Au.. Ah.. Ah.." Afgan mendesah kesakitan karena kakinya terkilir.
"Ih.. Kok ada yang mendesah ya. Ih uwek.." Titah merasa jijik saat mendengar Afgan mendesah karena kesakitan.
"Ahh.. Ah.. Ah.. Ih.. Au.." Afgan mendesah kesakitan lagi karena kakinya terkilir.
"Ih.. Mesum kok di sekolah, di kamar mandi lagi. Ih.." kata Titah yang masih merasa jijik.
"Ah.. Au.. Ih.. Au.. Ahh.." Afgan masih mendesah kesakitan lagi karena kakinya terkilir.
"Akhirnya ahh.." kata Afgan yang kemudian keluar dari kamar mandi.
"Ih ngilani, dasar cowok mesum. Uwek.." kata Titah yang masih merasa jijik ketika melihat Afgan menutup slerekan celananya.
----
"Duh, Afgan mana ya kok tumben sih lama ya nggak van?" tanya Budi yang menunggu Afgan di kantin sekolah.
"Iya benar tuh di, mana ya kok Afgan lama banget, di coba elu telepon dia deh." jawab Rivan.
"Nggak usah van tuh orangnya.." kata Budi.
"Kenapa kalian nyuruh saya kesini?" tanya Afgan yang baru datang.
"Bolos lah kita." jawab Rivan.
"Kok bolos sih, kan kita masih kelas satu." kata Afgan.
"Justru karena kita masih kelas satu sesekali bolos nggak kenapa-kenapa kali.." sambung Budi.
"Yeh justru karena kita masih kelas satu jangan keseringan bolos."
Ketika Afgan, Budi, Rivan dan Ardian sedang berdebat di kantin sekolah datang lah kakak kelasnya yang bernama Fano. Ternyata Afgan dan Fano sudah saling kenal. Fano adalah tetangganya di rumah.
"Eh kalian, ngapain di sini. Pada bolos ya?" tanya Fano.
"Iya kak. Eh..", jawab Rivan ketakutan saat di tanya oleh kakak kelasnya.
"Terus memangnya kenapa kalau kita bolos hah..?" tanya Afgan.
"Agan.. Agan.." Adrian hanya geleng-geleng kepala.
"Apa Ian?" tanya Afgan lagi.
"Ini kayanya kakak kelas, sudah diam dan jangan melawan." jawab Ardian.
"Satu lagi gan, jangan cari gara-gara deh.." jawab Budi juga.
"Terus menurut kalian gue takut gitu, ya enggak lah?" kata Afgan yang berpura-pura tidak mengenali Fano.
"Sombong banget elu jadi junior." sambung Fano.
"Kalau iya kenapa emang masalah gitu buat elu hah..?" kata Afgan lagi yang masih berpura-pura tidak mengenali Fano.
"Agan, Agan jangan. Haduh.." Rivan mencoba menghentikan Afgan yang sedang emosi.
"Nggak penting elu mah." sambung Fano lagi.
"Kenapa, elu takut sama gue?" tanya Afgan lagi.
"Haa.. Apa loe kata, gue takut sama elu?" tanya Fano juga.
"Iya elu takut nggak sama gue?"
"Gan, Agan sudah Afgan Syah Reza.." Rivan masih mencoba menghentikan Afgan yang sedang emosi.
"Ya enggak lah, di kamus gue nggak ada kata takut sama junior.." jawab Fano.
"Oke, kalau berani hayuk ribut sekarang saja deh kita, mau ribut dimana?" tanya Afgan lagi yang menantang Fano berkelahi.
"Ahh.. Malas ribut."
"Katanya berani tadi, di ajak ribut kok nggak mau, bilang saja takut, cemen hu.." sorak Afgan.
"Ah.. Sudah, oh ya gue mau nanya nama elu siapa?" Fano bertanya pada Rivan.
"Nama gue, Afgan, bang.." jawab Rivan dengan tangan gemetar dan ketakutan.
"Eh kok Afgan sih.." keluh Budi.
"Tau, kan nama elu, Rivan, bukan Afgan, gimana sih.." sambung Ardian.
"Oh iya nama gue, Rivan, bang, nggak jadi Afgan. Kalau Afgan yang ini, di sebelah saya." jawab Rivan lagi masih dengan tangan gemetar dan ketakutan.
"Haha.. Haha.." Afgan dan Fano tertawa bersama.
"Lah.. Lah.." Rivan kebingungan saat Afgan dan Fano tertawa bersama.
"Malah ketawa dia." Budi juga kebingungan saat Afgan dan Fano tertawa bersama.
"Kalian bertiga tau nggak kalau Fano ini adalah tetangga gue di rumah, dan dia juga kakak kelas gue waktu SD dulu." kata Afgan memberitahu teman-temannya yang kebingungan.
"Oalah.." seru Rivan, Ardian dan Budi.
"Sudah ya, gue balik ke kelas, elu lanjut gih sama teman-teman elu, dah.." Fano meninggalkan Afgan dan teman-temannya.
Setelah Fano pergi meninggalkan Afgan, Budi, Rivan dan Ardian datang lah Titah ke kantin sekolah dan duduk sambil main hp di sana.
Afgan yang melihat Titah di sana menyuruhnya untuk pergi dari kantin sekolah, Titah yang tidak terima di suruh pergi dari kantin sekolah langsung menghampiri Afgan dan ribut lah mereka berdua di kantin sekolah.
Sinta dan Santi, serta teman-temannya Afgan mencoba menghentikan mereka berdua ribut di kantin sekolah, tapi tetap saja mereka berdua tidak bisa berhenti karena dua-duanya sama-sama emosi.
Lalu datanglah guru piket dan menghentikan keributan kantin sekolah, akhirnya mereka bubar dan kabur untuk menghindari hukuman dari guru piket itu.
Mereka akhirnya kembali ke kelas masing-masing untuk belajar jam pelajaran selanjutnya.
Bel istirahat berbunyi, ketika Titah dan teman-temannya ingin ke kantin sekolah berpapasan lah dengan Afgan dan teman-temannya.
"Duu.. Uuh.. Mereka dimana ya, chat saja deh.." kata Titah menunggu teman-temannya ke kantin sekolah.
"Afgan.." Ardian yang melihat Titah langsung memberikan kode pada Afgan.
"Apa Ian?" tanya Afgan.
"Cewek tuh." jawab Ardian.
"Neng, neng bolos ya, kok bolos sih neng. Balik ke kelas gih Sana." kata Afgan yang menyuruh Titah pergi dari kantin sekolah.
"Eh mas, gue di sini bayar juga kali dan terserah gue dong mau di sini kek atau dimana kek. Oh ya apa perlu SPP kalian semua gue yang bayarin hah?" tanya Titah.
"Eh neng, neng anak sultan mana hah.. Sombong banget, masih minta orang tua saja bangga?" tanya Afgan juga.
"Emangnya kenapa kalau gue masih minta orang tua, daripada elu. Oh ya apa orang tua elu belum tau ya kalau anaknya di sekolah itu mesum di kamar mandi sekolah lagi, ih.. Oh ya elu juga kan masih minta sama orang tua juga kan? Nggak usah ngatain gue deh.." kata Titah yang menunjuk-nunjuk Afgan dengan hpnya.
"Nggak usah nunjuk-nujuk gue aah.. dan nggak usah sotoy deh.." sambung Afgan yang tidak terima di tunjuk-tunjuk oleh Titah dan Afgan juga tidak sengaja membanting hp Titah.
"Haa.. hp gue. Ambil nggak hp gue." Titah meminta Afgan untuk mengambil hpnya.
"Nggak, gak mau.." Afgan menolak untuk mengambil hpnya Titah.
"Haduh San gawat, Titah.." kata Sinta yang melihat Titah dan Afgan ribut di kantin sekolah.
"Ambil gak.." Titah masih meminta Afgan untuk mengambilkan hpnya.
"Gue bilang gak mau ya gak mau.." Afgan masih menolak untuk mengambil hpnya Titah.
"Ya ampun Titah, hp kamu." Santi mengambilkan hpnya Titah.
"Yah retak.." kata Titah yang melihat kaca hpnya yang retak.
"Kw tuh, mau gue belikan yang ori nggak?"
"Kaya mampu saja loe..?"
"Mampu kok, kenapa enggak?"
"Iya mampu, karena masih minta orang tua kan?"
"Enak saja, enggak usah sotoy deh neng.."
"Hai kalian ngapain di kantin, bolos ya?" tanya pak Ilham.
"Haduh tah, gawat pak Ilham.." kata Santi yang ketakutan saat melihat pak Ilham.
"Cabut, yuk cabut.." sambung Afgan dan Titah yang mengusulkan untuk pergi dari kantin sekolah.
Di Depan Kelas Senior Atau Kelas Delapan..
"Kita mau ke kantin kan, oh ya tacap make-up dulu gimana?" tanya Titah.
"Boleh tuh tah, sekalian aku mau benarkan alis nih, alis ku sudah berantakan." jawab Santi yang setuju pada Titah.
"Oke.. Yuk kit.. Haduh.." Titah merasa kesakitan karena bertabrakan dengan Afgan.
"Emm.. Dia lagi, dia lagi.." Afgan mengeluh saat berpapasan dengan Titah.
"Oh my god, Afgan, very handsome." kata Sinta yang melihat Afgab berpapasan dengan mereka.
"What !!, the guy was rich like this was playing handsome haha … Sinta, Sinta.." kata Titah yang tertawa saat Afgan di bilang tampan oleh Sinta.
"Jangan seperti itu tah, nanti suka loh sama Afgan." kata Santi.
"Haa.. Gue suka sama dia, si cowok mesum di kamar mandi sekolah ini. Ya enggak lah, awas.. Minggir gak? Iih.. Dasar mesum." kata Titah yang pergi meninggalkan Afgan dan teman-temannya.