Titah pun menyetujui bahwa Titah harus mengerjakan tugas Fisika Afgan selama mereka masih menjadi pacar pura-pura sampai mereka lulus sekolah.
Lalu kemudian Afgan mengantar Titah ke rumahnya, sesampainya di rumah Titah, Titah meminta Afgan untuk menurunkannya di depan gang yang tak jauh dari rumahnya. Namun Afgan menolak untuk menurunkan Titah dan Afgan memilih untuk mengantarkan Titah sampai di depan rumahnya.
"Ya sudah yuk naik, gue antar sampai rumah." pinta Afgan.
"Elu mau anterin gue, enggak, jangan.." tolak Titah.
"Lah kenapa emang?" tanya Afgan.
"Yaa nggak apa-apa, gue bisa pulang sendiri kok gan. Jadi elu nggak usah anterin gue ya." jawab Titah.
"Eh loe itu gimana sih anak-anak di sekolah itu taunya loe pacar gue dan elu masih pulang sendiri. Lagian juga apa elu yakin kalau mantan sahabat loe dan Andin itu sudah pulang beneran?" tanya Afgan menakut-nakuti Titah.
"Haaaa.... Jadi mereka belum pulang gan?" tanya Titah ketakutan.
"Iya tadi gue lihat mereka ada di sekitar taman ini juga. Tapi elu beneran yakin kan kalau elu gak mau gue antar pulang? Kalau begitu ya sudah gue cabut sekarang ya."
"Afgan.. Tunggu, tunggu, tunggu.... Iya deh gue mau dianter pulang sama elu."
"Nah gitu dong.."
"Ya sudah ayo buruan jalan." pinta Titah.
"Okay my pretty girl.." kata Afgan patuh.
----
"Yang mana nih rumah loe tah?" tanya Afgan.
"Emm.. Gan, loe gak usah antar gue sampai rumah deh." jawab Titah.
"Lho kenapa?"
"Ya gak apa-apa, sudah gue turun di sini saja ya."
"Tapi.."
"Beneran deh gan, loe gak usah antar gue sampai depan rumah. Gue turun di sini saja ya, ya, ya...."
Afgan pun menghentikan motornya dan Titah turun dari motor Afgan. Tak beberapa lama Afgan pun mengejar Titah menggunakan motornya dan Afgan tetap memilih untuk mengantar Titah sampai ke depan rumahnya.
"Oke gue turunin elu di sini." Afgan menghentikan motornya.
"Oke Afgan terimakasih ya sudah mengantar gue pulang, bye.."
"Bye.... Eh kan dia sekarang pacar gue walaupun cuma pura-pura pacaran, tapi tetap saja gue gak bisa membiarkan dia pulang sendiri." Afgan mengejar Titah dengan mengendarai motornya.
----
"My pretty girl is waiting, waiting, waiting.." Afgan menghentikan langkah Titah.
"Ya ampun Afgan... Ngapain kamu kejar aku? Sudah sana pulang." pinta Titah.
"No my pretty girl." tolak Afgan.
"Ya sudah kalau kamu gak mau pulang, but.."
"Why my pretty girl?" tanya Afgan.
"Kasih gue satu alasan kenapa elu ngotot banget mau antar gue sampai rumah?" tanya Titah juga.
"That's because you are my girlfriend, yes even though right now we are just pretending to be dating, but I still have to take you to your house. because why? do you know?"
"I don't know, can you explain to me why?"
"Because I want to take care of you, a woman who is now with me and that is the message from my father and also my older sister."
"Oh well, and this is my house now." kata Titah menunjukkan rumah barunya pada Afgan.
"It doesn't matter what your house looks like now. The important thing is that you have a place to shelter from the sun and rain, right?"
"Iya gan, kamu benar.. Ya sudah yuk masuk." kata Titah mempersilahkan Afgan masuk ke dalam rumahnya.
----
"Assalamu'alaikum.." Titah dan Afgan memberikan salam pada bu Kirana.
"Wa'alaikumussalam.." bu Kirana menjawab salam dari Titah dan Afgan.
"Lho sudah pulang nak.." kata bu Kirana ketika melihat anaknya yang baru saja pulang dari sekolahnya.
"Iya bu.." jawab Titah.
"Tante.." Afgan mencium tangan bu Kirana.
"Iya, kamu temannya Titah?" tanya bu Kirana.
"Iya tante, saya temannya Titah." jawab Afgan.
"Oh.... Titah.." panggil bu Kirana.
"Iya bu, kenapa?" tanya Titah.
"Ganti baju terus temannya di ajak makan ya." jawab bu Kirana.
"Iya bu.." kata Titah patuh.
"Enggak usah repot-repot tante." kata Afgan.
"Gak apa-apa, ibu pergi dulu ya." sambung bu Kirana.
"Lho ibu mau pergi kemana?"
"Mau coba ngelamar kerja."
"Oh.." seru Titah.
"Iya.." seru bu Kirana juga.
"Assalamu'alaikum." bu Kirana memberikan salam pada Afgan dan Titah.
"Wa'alaikumussalam." Afgan dan Titah menjawab salam dari bu Kirana.
"Ya sudah yuk gan makan siang.." ajak Titah.
"Tapi tah.." seru Afgan.
"Ih.. Sudah ayo...."
Sementara itu di rumah Ocha masih menunggu Afgan pulang dari sekolahnya untuk menjaga Dinda keponakannya.
"Duh si Afgan kemana lagi sih kok belum pulang juga ya, saya kan harus berangkat meeting hari ini di kantor sama klien." kata Ocha sembari melihat jam di tangannya.
"Ibu.." panggil Dinda.
"Iya Dinda sayang, kenapa?" tanya Ocha.
"Ibu nggak jadi pergi?" tanya Dinda juga.
"Jadi dong sayang, tapi.." jawab Ocha.
"Tapi apa bu?"
"Om kamu kan belum pulang, ibu nggak bisa meninggalkan kamu sendirian di rumah."
"Oh begitu, ahaaaa.... Begini saja bu, bagaimana kalau Dinda ikut ibu saja ke kantor, nanti minta om Afgan untuk jemput Dinda di kantor ibu." Dinda memberikan usul pada ibunya.
"Good idea my little princess, okay let's go now." Ocha setuju dengan usulan yang di berikan Dinda untuknya.
----
"Tah.." panggil Afgan.
"Iya gan, kenapa?" tanya Titah.
"Thank you for the lunch." jawab Afgan.
"Okay.." seru Titah.
"Assalamu'alaikum...." Dewa memberikan salam pada Titah dan Afgan.
"Wa'alaikumussalam.." Titah dan Afgan menjawab salam dari Dewa.
"Siapa tah di luar?" tanya Afgan.
"Entah...." jawab Titah.
"Sebentar ya gue lihat dulu." kata Titah.
"Emm.... Iya.." seru Afgan.
Tok.. Tok.. Tok....
Suara pintu rumah di ketuk.
"Assalamu'alaikum.." Dewa memberikan salam pada Titah.
"Wa'alaikumussalam.." Titah menjawab salam dari Dewa.
"Iya tunggu sebentar." kata Titah.
"Lho dik Titah sudah ada di rumah rupanya, untung tidak jadi jemput." sambung Dewa ketika mendengar suara Titah di rumah.
"Eh kang mas Dewa..."
"Ibu mana dik?" tanya Dewa.
"Ibu sedang pergi kang mas, katanya mau melamar pekerjaan." jawab Titah.
"Oh.." seru Dewa.
"Ya sudah ayo masuk kang mas." kata Titah.
"Iya, lho itu siapa dik?"
"Teman sekolah kang mas.."
"Emm.... Bohong.. Teman apa teman dik?"
"Ih apaan sih kang mas.. Beneran ini teman aku, oh ya hampir lupa maaf ya Afgan. Kenalkan ini kakak gue.." Titah memperkenalkan kakaknya pada Afgan.
"Oh ya, saya Dewa.." Dewa memperkenalkan diri pada Afgan.
"Afgan, kak...." Afgan memperkenalkan diri pada Dewa.
"Mas saja.." pinta Dewa.
"Oh oke kak, maksudnya mas." kata Afgan patuh.
"Gan.." panggil Titah.
"Apa?" tanya Afgan.
"HP tuh bunyi." jawab Titah.
"Oh iya, bunyi tunggu sebentar ya mas.." kata Afgan yang akan mengangkat telepon dari Ocha kakaknya.
"Oh oke.." seru Dewa.
**
{Afgan : Halo iya kenapa?}
{Ocha : Lho kok malah nanya kenapa? Lupa loe, gue suruh apa kemarin sama loe?}
{Afgan : Haaaa.... Emangnya loe suruh apa ke gue kemarin?}
{Ocha : Ya salam.. Astagfirullahalazim.... Afgan Syah Reza ih.. Hmm.... Benar-benar loe tuh ya. Kemarin kan gue suruh loe jagain Dinda, gue mau ada meeting di kantor hari ini Afgan.}
{Afgan : Astaghfirullahalazim oh iya lupa, tunggu sebentar lagi gue pulang.}
{Ocha : Telat Afgan, gue di kantor sekarang. Loe jemput saja Dinda di kantor ya.}
{Afgan : Oh oke gue ke sana sekarang, tunggu..}
{Ocha : Em....}
{Afgan : Assalamu'alaikum..}
{Ocha : Em.... Wa'alaikumussalam}
**
"Kenapa gan?"
"Gue harus pulang, mas saya pamit pulang ya. Titip salam ke ibumu ya tah."
"Iye.."
"Iya hati-hati di jalan ya, tah.."
"Iya mas kenapa?"
"Antar gih.."
"Oh iya mas.."
----
"Hoaam.." Dinda mengantuk.
"Kamu ngantuk ya sayang?" tanya Ocha.
"Iya bu, Dinda ngantuk." jawab Dinda.
"Ya sudah kalau begitu Dinda bobo duluan ya, sambil menunggu om Afgan datang, setelah om Afgan datang nanti ibu bangunin kamu ya." pinta Ocha.