Angin bersiul melalui hutan lebat saat aku berdiri di tepi wilayah pak James. Hatiku berdetak kencang dalam dada, dan aku bisa merasakan ketegangan yang berdengung di udara di sekitarku. Vincent, yang berdiri di sisiku, luar biasa diam. Srigalanya telah gelisah selama berjam-jam, berjalan mondar-mandir di dalam dirinya, dan baru ketika kami mendekati perbatasan wilayah pak James aku menyadari mengapa.
"Ada yang tidak beres," bisik Vincent, suaranya rendah dan penuh dengan kewaspadaan yang membuatku merinding. Matanya memindai barisan pohon, tubuhnya menegang seolah bersiap untuk perkelahian. "Aura di sini... pekat dengan kegelapan."
Aku mengangguk, merasakan kehadiran yang sama yang mengganggu itu. Rasanya seperti kabut tebal yang telah menutupi seluruh area, menindas rasa damai atau kebiasaan normal. Aku tidak bisa menjelaskannya dengan tepat, tetapi serigalaku sendiri menggeram di dalamku, waspada dan siaga.