Chereads / Manusia Dan Coretannya (TAMAT) / Chapter 18 - 9. Terapi

Chapter 18 - 9. Terapi

Beberapa hal tentang sembuh seperti sebuah perspektif yang berbeda untuk beberapa orang, bahkan orang terdekat kamu akan mengatakan bahwa kamu baik-baik saja. Tidak perlu sebuah treatment atau penanganan lebih lanjut karena beberapa hal yang di nilai seperti sepele.

Beberapa hal yang aku alami, baik hal buruk juga datang kepadaku. Orang menilai betapa OverActing nya diri ini. Tapi aku tidak mengambil pusing dan terlalu mendengarkan pendapat yang tidak sama sekali menambahkan bunga majemuk kemajuan 1% perharinya.

Saat aku masih sekolah juga akan seperti itu, bahkan aku memaksakan diri dengan kendali 50:50. Mengajak kolaborasi antara sesama kepribadian yang bersemayam di dalam tubuh ini. Mungkin aku terlihat seperti normal pada pandangan satu saja, tapi kamu tetap saja sebuah detail yang kecil perlu diperhatikan secara rinci.

Prilaku dan akibat dari pribadi lain menghambat tubuh ini, semua pelajaran dan beberapa hal akademik terkadang menganggu. Maksudku, mereka setiap personal mayoritas dalam tubuh ini memperlakukan beberapa hal yang aneh. Bahkan sampai berujung kematian seperti chapter kemarin aku katakan.

Sebuah fragmen pecahan diri, tercipta dari beberapa pengalaman. Kamu mungkin akan menganggap aku sebagai orang yang normal dan tidak memiliki sebuah beban dalam hidup. Pada beberapa hal aku merasakan kecemasan berlebih atau anxienty menyerang menjadi sebuah hantu dalam benak dan lubuk hati.

Lesuk-sesukma ini terasa menohok dalam diri, apakah sebuah depresi membuat aku menjadi tidak bisa berpikir secara rasional. Seperti pikiran penuh kotoran yang menumpuk dalam benak ini. Alam bawah sadar larut dalam asa yang aku rasakan.

Mama, Papa, dan teman-teman diluar sana. Kalian pasti akan menganggap aku sebagai manusia paling lemah dan pecundang dalam hidup ini kan? Atau mungkin itu hanya pikiran ku saja yang berpikir bahwa memang aku seperti sampah yang terbuang dan terabaikan.

Permintaan Dokter Azizah sekaligus konselor atau psikiater memintaku untuk terus menulis, menulis dan menulis tanpa henti. Ternyata aku mulai menyadari tentang hal ini. Iya, tentang coretan dan catatan.

Sebuah terapi yang aku jalani seperti sebuah persefektif halusinasi belaka nan fana. Terasa sebuah mahakarya dengan ilmu serta pengetahuan dari kanvas yang pernah aku lukis dalam kehidupan ini. Pernah juga aku memikirkan cerita tentang bagaimana kelak aku bisa menjadi pemimpin dalam diri sendiri? Mungkin nanti, atau mungkin waktu akan menentukan bagaimana aku bisa lebih jujur kepada diri sendiri.

Suntuk, lesu, cemas, depresi. Semua bercampur menjadi asa yang termasuk dalam larutan gula dan kopi murni dengan cita rasa sedikit asam, pahit, dan manis. Cita rasa tentang diri sendiri seperti menyeduh sebuah kopi dengan gula. Hawa sejuk untuk merenung serta menulis membuat sesukma ini menjadi lekuk-lekuk tidak beraturan nan perlahan berubah menjadi arus halus terbentuk.

Bahasa kali ini menggunakan kosa kata begitu berat, mungkin untuk beberapa orang akan bingung dan sulit memahami apa yang aku sedang ceritakan dalam chapter atau arc tentang terapi. Namun aku hanya bisa membagikan beberapa pengalaman tentang penyembuhan yang aku alami.

***

2016, sekolah menengah pertama.

Saat pertama kalinya aku belajar tentang mengendalikan kesadaran yang menumpuk dalam diri. Jujur, tidak mudah dan aku memerlukan beberapa metode penyembuhan yang aku lakukan dalam diri ini.

Pagi itu, sebelum kematian yang menyerangku. Aku terbangun dalam rasa kantuk yang begitu luar biasa. Lantaran semalam aku selalu bermimpi buruk dan memikirkan hal nan begitu menyeramkan. Aku tau bahwa itu tidak baik untuk diri ini, seperti hantu yang terlintas dalam bayang-bayang masa yang telah aku lalui.

"De... Bangun, udah pagi ini jam setengah 7! Cepetan siap-siap untuk berangkat ke sekolah!". Seperti itu lah hal yang membuat aku sadar untuk aku harus tetap bangun dari tidurku yang tidak begitu sempurna, mama selalu mengingatkan aku bahwa aku bisa melewati Phase atau gelombang kehidupan yang begitu kencang. "Ayo de, bangun. Sudah mama siapkan makanan dan pakaiannya! Buruan mandi!". Terdengar seperti ocehan dan cemoohan yang begitu berisik di pagi hari.

Sempat juga aku berpikir tentang pagi ini, kenapa aku masih hidup sampai sekarang? Tuhan sayang kepadaku? Jika iya, mengapa Tuhan selalu memaksakan aku untuk bertemu gelombang Tsunami dalam kehidupan untuk menerjang seorang diri yang terpecah menjadi beberapa fragmen kesadaran.

Tidak lama kemudian, aku pergi dan bersiap-siap untuk segera berangkat dari rumah ke sekolah. Sebuah neraka kecil bagiku, seperti kerangkeng penjara fana yang aku rasakan. Sekolah atau penjara? Atau jangan-jangan.. ini adalah simulasi neraka versi dunia yang fana? Haha.. entahlah.

Paginya, tepat hari Rabu aku pergi ke sekolah. Menjadi siswa yang penurut dan berusaha menjaga image untuk tidak terlalu menonjol meskipun warna kulit putih pucat ini selalu membuat diriku label yang berbeda. Tapi aku berusaha menutupi hal yang pasti untuk menjauhi dari beberapa hal yang aku benci. Termasuk, diskriminasi, dan permainan politik kecil berada di dalam sekolah ini.

Paginya. Aku seperti biasa duduk di barisan belakang tepatnya barisan ke 5 dari bangku yang di susun rapih oleh sekolah. Iya, ku duduk di sebelah sahabatku. Teman semasa aku semasih ada di sekolah dasar.

Setiap kali pelajaran matematika, entah kenapa ibu guru selalu mengincar aku sebagai hewan buruan yang begitu lezat untuk dipermalukan. Entah mungkin itu hanya perasaan yang meliputi dalam diri ini.

Beberapa pelajaran seperti matematika, bahasa Indonesia, dan teknik komputer dan komunikasi. Dengan tiga guru yang semestinya semuanya berbeda, namun seperti ada hal yang aneh dari masing-masing guru-guru yang aku kenal.

Pertama, guru matematika. Aku selalu meminta perlindungan dengan teman dekat aku semasih kami sekolah menengah pertama. Karena dia bisa membantu, aku bisa lepas dari cengkraman mata yang tajam selalu mengarah kepada diri ini. Begitu menakutkannya guru itu bagi aku sendiri.

Segala hukuman yang dia lontarkan kepada diri ini, membuat ketakutan luar biasa dalam jiwa dan raga. Tubuh gemetar jika dia sudah mulai memanggil-manggil namaku untuk segera maju ke depan papan tulis untuk mengerjakan sebuah tugas yang dia pinta kepada beberapa murid dan salah satunya aku incaran dirinya.

Jujur, pelajaran dan ajaran dari beliau tidak ada sama sekali yang masuk dalam pikiran ini. Rasa takut terus menghantui, mungkin guru itu menginginkan aku bisa dan pandai karena treatment atau adjustment (penyesuaian) dalam metode pembelajaran. Tapi bukannya menjadikan buah yang manis, malah menjadikan diri ini seperti buah busuk yang jatuh dalam ketinggian 10 meter. Remuk, dan di isi sebuah belatung.

Teman sekelas, kecuali sahabatku. Mereka tidak sering menertawakan kesalahan yang aku buat. Mereka selalu mendukung dan tidak mengolok-olok tentang kebodohan yang aku perbuat dalam mengisi beberapa soal matematika.

Rasa takut, kecemasan, serta depresi meliputi dalam diri ini. Rasa tangis tak terbendung tidak lagi meneteskan derai air mata. Guru, selama aku masih sekolah menengah pertama membuat aku menjadi gagal karena rasa takut yang aku alami. Bahkan, perasaan ketika beliau mengatakan serta melirik kontak mata langsung kepada aku seperti lirikan sebuah harimau yang mencengkram dan menerkam leher mangsanya dengan kuat.

Semua, olokan, cacian, bukan membuat aku semakin maju. Hanya membuat aku semakin belangsak. Iya, belangsak dan rusak secara mental dan rasionalitas. Itu baru soal tentang guru matematika. Bagaimana dengan guru yang tadi aku sebutkan? Apakah sama dengan guru matematika?

Jawab aku hanya beberapa hal yang sederhana, jika guru bahasa Indonesia beliau mengincar aku lantaran sepertinya aku memiliki bakat terpendam dalam diri ini. Tapi bukannya membuat aku berkembang malah sebaliknya. Iya, hancur dan menjadi orang bodoh yang seperti keledai di pecut kelelahan untuk terus menerjang arus manusia dalam perang.

Kecemasan berlebihan sudah aku rasakan dan aku lalui dengan beberapa hal cara.

Mungkin urutan paling menyebalkan dengan perbandingan dari beberapa guru matematika sampai teknik komputer dan komunikasi, aku dapat membuat sebuah tier list untuk kekejaman mereka dalam mengajar.

Perusak mental dan rasional aku berikan kepada guru matematika saat aku masih sekolah menengah pertama. Perusak kepercayaan diri dan rasa malu putus adalah guru bahasa Indonesia yang selalu mencecar aku sebagai murid yang entah lah aku tidak merasa spesial dalam diri ini tapi semenjak guru bahasa Indonesia itu membuat aku menjadi pribadi yang seperti tidak tau malu lagi, dan yang terakhir. Guru teknik komputer dan komunikasi, sebuah stigma yang aneh. Aku katakan sekali lagi, guru itu aneh sekali.

Entah rasa penasaran atau apa yang aku rasakan diskriminasi begitu mencolok dalam nilai rapor. Temanku selalu mencontek dan menanyakan lantaran aku ahli di bidang teknik komputer dan komunikasi. Namun, nilai selalu berbanding terbalik dengan aku yang menjadi guru bagi teman-teman yang aku ajarkan dan hasil dari pelajaran yang aku pahami itu hasilnya berbeda. Aku muak dan tahun ini seperti neraka yang entah semestinya aku tidak remedial, terpaksa remedial dan mendapatkan nilai pas-pasan. Jujur, aku benci guru yang bermain-main dengan nilai muridnya.

Pada hari Rabu ini, pelajaran mereka bertiga seperti combo beruntun yang menyerang kepada pikiran ini. Seperti di tinju dengan kerusakan 3x lipat. Aku sangat takut dan malas jika aku harus masuk sekolah di hari rabu. Mama, dan papa tidak mengetahui betapa menyeramkan sekolah ini untuk aku menjadi seorang pelajar yang baik dan benar.

Sepenuhnya aku tidak ingin menyalahkan orang-orang, mungkin jika aku mendapat treatment atau adjustment dengan baik. Aku yakin, aku tidak perlu menjadi sampah ketika aku kelak lulus dari sekolah menengah pertama ini. Maksudku, pada akhirnya jika aku memaksakan diri, semua pelajaran yang aku cerna tidak ada nilainya. Semua hancur dan menjadi sebuah depresi yang menyelimuti seluruh tubuh ini.

Pada saat-saat tertentu, setelah pulang sekolah. Hari rabu, hari paling buruk yang aku lewati. Aku harus bertemu dengan teman-teman yang aku benci, dan aku tidak sukai. Mana harus bertemu tiga dari mata pelajaran yang menjengkelkan.

Sebelum kematian itu terjadi kepada diri ini, semua tekanan sebelum mengakhiri diri dan hidup ini terasa sangat berat. Aku lepaskan hati dari semua beban. Saat hal itu juga aku menjadi belajar bagaimana bisa mengontrol diri sendiri dengan mempelajari terapi mandiri atau self therapy.

Butuh waktu bertahun-tahun untuk aku bisa mempelajari tentang anatomi psikologi manusia, serta pemahaman sendiri tentang alam bawah sadar.

***

2023, sekarang.

Aku sering sekali mendapatkan sebuah pujian dan sebuah pujian seperti angin yang menerjang sebuah pohon. Jika aku tidak memiliki akar yang kuat, aku akan terbang dan melayang. Untung, pengalaman dan pembelajaran yang aku lakukan menjadi sebuah cerita dibalik perjalanan menuju kesempurnaan menerima diri sendiri. Aku telah mengatakan hal ini kepada orang-orang, bahwa aku benci jika aku mendapat pujian sebenarnya.

Membahas soal terapi, dan beberapa hal aku pelajari.. mungkin ada beberapa hal yang membuat aku cocok dan tidaknya dengan beberapa terapis yang aku jalani. Sejauh ini, terapi obat-obatan, hipnoterapi, dan beberapa hal cara untuk menstabilkan tekanan dari dalam. Perlu beberapa variabel dalam diri sendiri untuk bisa mempelajari tentang anatomi psikologi manusia.

Aku dan mungkin kamu yang membaca buku ini, aku ingin berinteraksi dengan kalian. Apakah kalian benar-benar sudah mendapatkan treatment untuk diri sendiri? Maksudnya, kamu memiliki beberapa hal yang penting untuk kesehatan mental kamu.

Aku memiliki sebuah cerita singkat, dan ingin mendeskripsikan tentang cidera yang aku alami dipergelangan tangan. Biar aku jelaskan apa itu carpal tunnel syndrome (CTS). Jadi begini dulu aku sering sekali menulis dan bermain game komputer, mengetik dan bermain adalah hobi yang aku jalani sejak waktu kecil hingga remaja.

Carpal tunnel syndrome itu sebenarnya sebuah penyakit yang terjadi karena adanya pergerakan tangan berulang kali dengan cara yang sama, seperti aktivitas mengetik dan menggunakan pena saat menulis serta mouse komputer dapat memicu seseorang terkena sindrom lorong karpal atau carpal tunnel syndrome, sebuah kondisi ketika saraf di dalam pergelangan tangan terhimpit atau tertekan.

Jujur, perasaan saat sewaktu aku masih sering menulis dan bermain game. Itu juga menjadi sebuah alasan kenapa aku sempat berhenti menulis dan bermain game kompetitif. Sindrom yang ada di pergelangan tangan ini cukup menyakitkan.

Pasti ada beberapa cemoohan yang mengatakan bahwa aku berhenti menulis karena malas, memang ada benarnya aku malas. Tapi aku punya masalah bertumpuk dalam diri ini, aku harus mengendalikan kesadaran yang terpecah menjadi beberapa bagian serta juga aku harus mengontrol kesehatan pergelangan tangan ini.

Rasa kebas, nyeri, serta mati rasa aku alami saat sering menulis dan bermain game yang berturut-turut. Cinta terhadap game dan menulis aku harus pisahkan. Aku harus memiliki jalan dan pilihan, main permainan yang aku suka atau menulis. Akhirnya aku memutuskan untuk rehat dari kedua kegiatan yang aku sukai untuk meredakan rasa nyeri pada pergelangan tangan.

Saat sewaktu masih sekolah, ketika aku memiliki masalah terhadap pergelangan tangan dan masalah trauma dengan pena. Dulu aku sering meminta beberapa atau satu dari teman dekat untuk menuliskan catatan mata pelajaran yang mengharuskan aku menulis dan merangkum beberapa materi yang akan digunakan untuk ujian harian.

Segala solusi dan pemecahannya aku lakukan dengan demikian, terapi yang aku jalani untuk pergelangan tangan serta trauma begitu berat pada diri memerlukan beberapa treatment yang berbeda.

Setiap beberapa hal, termasuk salah satunya terapi CTS. Aku hanya mengurangi beberapa kegiatan yang menggunakan pergelangan tangan secara repetitif yang berlebih, aku juga sempat meminum beberapa obat rekomendasi dari dokter umum untuk menyembuhkan CTS yang aku alami.

Mama dan papa serta keluarga banyak yang tidak mengetahui jika aku sempat terapi obat-obatan dan pengurangan penggunaan pergelangan tangan. Hanya aku dan dokter umum tau tentang hal ini. Tidak satu pun mengetahui apa yang aku jalani. Semua aku pikul sendirian dan aku tidak menceritakan kepada siapapun termasuk keluarga sendiri.

Lalu bagaimana dengan terapi untuk kesehatan mental? Begitu banyak jurnal ilmiah yang bisa kita pelajari, serta penerapan tentang beberapa cara terapi seperti layaknya terapis profesional. Kita dapat mempelajari dari beberapa buku serta jurnal ilmiah yang akademisi perbuat untuk di sebar-luaskan.

Aku pernah mencoba hipnoterapi dan bukannya bekerja untuk diri sendiri melainkan aku mengelabui sang psikoterapi itu sendiri. Baik secara sadar maupun tidak sadar. Karena mungkin dari semua para pembaca akan mengetahui kenapa hipnoterapi tidak berguna dan berpengaruh banyak kepada diri ini.

Iya, benar. Jawabannya adalah kepribadian lain tidak dapat di pengaruhi dengan beberapa treatment yang mendorong aku untuk bisa membaik namun malah menjadi pribadi lain tumbuh seperti jamur yang di semprot air secara rutin dan tumbuh secara mekar besar.

Sebuah hal yang aku lewatkan sangatlah melelahkan, malah bukan aku dapat sembuh atau stabil melainkan aku malah mempelajari tentang hipnoterapi dari seseorang itu. Membuat diri ini penasaran bagaimana cara mempraktikkan sebuah metode hipnoterapi mandiri mungkin akan lebih efektif dibandingkan dengan di temani oleh terapis profesional. Pikirnya begitu.

Aku mempelajari hal yang baru, sehingga sempat juga aku mengaplikasikan kepada salah satu orang terdekat untuk aku berikan sebuah hiburan treatment sugesti alam bawah sadar dengan beberapa perintah. Segala cara dan ilmu yang aku pelajari mengenai hipnotis itu ternyata nyata.

Mempelajari tentang alam bawah sadar manusia itu sungguh diluar nalar dan dugaan aku untuk bisa mengaplikasikan kepada beberapa orang untuk aku pelajari seperti apa anatomi pikiran manusia itu. Itu seperti hal yang mustahil dan aku dapat menyederhanakan beberapa hal yang mungkin butuh waktu lama untuk orang normal mempelajari hal itu.

Namun, dari sekian banyak jenis terapi untuk kesehatan mental. Paling terbaik untuk diri sendiri adalah writing therapist. Iya, terapi menulis. Mungkin itu juga kenapa Dr. Azizah sekaligus psikiater memberikan motivasi lebih untuk aku membuat sebuah novel ini.

Ternyata aku sadar, bahwa aku membutuhkan media untuk mengekspresikan apa yang aku rasakan tanpa aku pendam terus-menerus hingga menjadi busuk dan berujung bau busuknya menghampiri seluruh hidup.

Chapter kali ini hanya menceritakan sebuah pertanyaan tentang aku memulihkan diri sendiri dengan cara menulis. Menulis sebagai coretannya, dan aku sebagai manusianya itu sendiri. Sebuah novel yang membawakan aku untuk bisa lebih baik setiap harinya, mungkin sebuah perubahan kecil yang aku harapkan secara berkala dan rutin. 1% setiap harinya adalah bunga majemuk yang pasti dan lebih baik dari pada tidak sama sekali.

Sebuah dialog percakapan yang aku ingat ketika aku berbicara dengan teman-teman, serta para pembaca. Mengingatkan aku untuk bagaimana cara aku menerima diri sendiri tanpa ada rasa pikiran yang menghantuinya diri ini. Segala traumatik berat dan ringan aku pikul. Menjadi sebuah dialog interaktif terhadap penulis dan pembacanya itu sendiri.

Semua terasa seperti mimpi, ternyata menulis draft cerita dan menyempurnakan sebuah cerita yang aku pendam adalah pilihan merubah hidup lebih baik dari sebelumnya. Sebuah terapi terbaik dan pengalaman yang aku rasakan membuahkan hasil buah yang manis.

Dengan aku melakukan terapi menulis secara mandiri, ternyata ini dapat menambahkan self confidence dan perasaan bahagia pada diri sendiri lantaran menulis sebagai mediator pelampiasan apa yang aku rasakan selama hidup ini. Bercerita dengan banyak orang melalui penulisan seperti hal terbaik untuk bisa meningkatkan rasa nyaman dan cinta kepada diri ini.

sebuah wadah untuk konseli menuangkan segala perasaanya ke dalam sebuah penulisan manakala Self Confidence adalah sikap positif seseorang individu yang menampilkan dirinya untuk mengembangkan nilai positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya.

Catatan draft pribadi yang tidak pernah aku publikasikan, tepatnya setelah kematian ke-dua yang aku rasakan. Aku mendapat beberapa benefit setelah aku memilih game atau menulis. Aku memilih menulis dalam jangka panjang dapat menurunkan stress, meningkatkan sistem imun, menurunkan tekanan darah, mempengaruhi mood, merasa lebih bahagia, bekerja dengan lebih baik, dan dapat mengurangi depresi.

Membaca serta dorongan obat-obatan yang aku konsumsi dapat mengendalikan kesadaran primer lebih kuat dibandingkan dengan aku yang tidak melakukan apa-apa untuk diri sendiri. Aku membaca setiap tulisan kepribadian lain yang telah bersemayam di dalam tubuh, aku dapat mengontrol jalan pikir yang lebih baik dan jernih.

Terlebih lagi aku harus menulis setiap kalinya aku melakukan sesuatu, aku harus mengingat beberapa kejadian sebelum pribadi lain mengantikan tubuh ini secara beberapa waktu tertentu. Setelah aku memberikan nama dan mendeskripsikan karakter yang ada dalam diri ini. Biarkan aku mengenalinya untuk sebagai perkenalan siapa yang sudah bersemayam dalam diri ini.

Aku memiliki delapan karakter mayoritas dan memiliki kesadaran serta perasaan seperti aku dan kalian para pembaca. Memiliki sifat dan perasaan yang terpisah, juga tentang ingatan secara terpisah. Seperti penjelasan tentang kepribadian yang aku lakukan sebelum menulis catatan tentang terapi ini.

Hubungan antara pecahan fragmen diri, dan cerita diskriminasi atau beberapa pengalaman saat masih di sekolah serta tekanan yang aku dapatkan dari luar dan dalam. Membuat beberapa hal pecahan kepribadian yang tumbuh secara natural untuk menjaga tubuh ini agar tetap terjaga dari beberapa hal yang setiap karakter yang ada di dalam tubuh ini.

Mungkin penulisan berikut aku akan menulis tentang perasaan mengenai aku dengan kepribadian lain. Biar aku perkenalkan beberapa dari mereka. Yang pertama karakter Gio dia sosok anak-anak yang suka bermain-main dan sangat periang dia juga terkadang usil dan suka mengerjai aku sebagai kesadaran yang utama. Layaknya seperti anak-anak pada umumnya, dia sangat baik dan ciri fisiknya juga seperti diriku saat masih kecil dulu.

Yang kedua ada karakter bernama Agnes dia presentasi dari kebalikan dari pribadi maskulin yaitu feminis. Dia selalu memiliki selera dan gaya fashion yang modis terkadang aku sering bertengkar karena dia adalah karakter satu-satunya wanita yang ada di dalam tubuh ini. Hari-hari aku harus bertengkar dengan dirinya demi bisa mendapatkan kenyamanan dalam hidup tanpa adanya suruhan Agnes untuk aku bisa berpakaian serta berattitude baik.

Karakter lain mungkin akan aku ceritakan, dibeberapa cerita khusus. Mungkin aku dapat menceritakan tentang beberapa hal yang mereka lakukan dalam hidup secara terpisah.

Catatan hari ini mungkin tidak memiliki banyak dialog, hanya sebuah pernyataan dan cerita narasi tentang memulihkan diri sendiri. Sebuah terapi yang aku butuhkan ialah menulis, mencintai sebuah teks dan naskah sebagai representasi dari coretan harian.

Ini adalah aku, dan mereka juga bagian dari diriku. Seperti apa pun pengalaman yang aku rasakan, mereka tetap bagian dari diri sendiri. Mereka dan beberapa orang secara utuh dapat menerima diri ini seperti apa dan rupawan seperti itu. Terimakasih coretan, dan tulisan. Aku mencintaimu karena aku sayang kepada diriku sendiri. Terimakasih untuk aku dari aku.