Serigala yang sering tidur itu melompat masuk ke pagar rumah terbesar di desa, dari itu aku merasa kalau pemburu itu memiliki koneksi dengan kepala desa.
Aku hari ini duduk di pundak dia, dia mengangkatku hanya dengan bahunya saja, dan aku baru ingat aku tidak pernah menanyakan namanya dan nama si pemburu.
"Hei, namaku Rumi, namamu?"
"Agallu"
"Ooh.. turunkan aku"
Dia menunduk dan aku melompat turun, aku langsung berjalan dengan cepat ke kedai buah dan mengambil 2 buah berwarna merah tanpa ketahuan lalu kembali naik ke pundaknya.
"Ini satu"
"Ooh"
Aku mengigitnya, rasanya seperti apel, cuma bentuknya bulat seperti jeruk.
"Manis, sebuah 30 perunggu, yang beli juga ramai, kamu tahu kebun nya dimana?"
"Buah itu dikirim dari kerajaan Werlender"
"Jadi bukan produk lokal ya"
Kami berjalan keluar dari desa dan akhirnya aku melihat ladang gandumnya, dan kebetulan lagi waktu panen, berarti sekarang lagi bulan april atau mei, sebelum mencapai musim dingin, rumah kami harus jauh lebih baik dari sekarang, aku takut aku mati kedinginan nanti.
Aku kemudian turun dan berjalan ke gandum paling dekat, aku melihatnya dengan teliti.
"Kamu coba lamar untuk membantu mereka panen, minta aja imbalannya dengan sekarung gandum belum di olah"
"Waktunya akan seminggu"
"Tidak masalah, garamnya bisa aku seret masuk ke dalam rumah, sudah agak kering jadi ringan"
"Ok"
Dia langsung berjalan ke salah satu kakek kakek yang duduk sambil minum air, kakek kakek itu langsung mengambut dia dan mengangguk kepalanya dengan bahagia, aku juga akan senang jika orang sekuat dia datang untuk bantu bantu.
tiba tiba terlintas dipikiran untuk membunuh kakek itu dengan batang padi dan mencekiknya dari belakang, aku langsung mencubit tanganku, ini kedua kalinya aku merasakan hal ini sejak bertemu serigala dihutan, saat itu terjadi karena aku merasa terancam, tapi sekarang aku tidak merasa terancam atau apapun, kakek itu juga sepertinya tidak menyadari keberadaanku.
Aku langsung mengalihkan perhatianku ke ladang gandum yang luas, angin hangat berhembus walaupun matahari tepat berada di atas, pemanasan global belum terjadi di dunia ini, pantas saja orang bumi dulu kuat beraktifitas seharian, Agallu terlihat membawa ikatan jerami raksasa pergi.
"Halo Adik kecil"
Aku melihat ke sampingku, ada seorang berpakaian pastor tua membawa buku, dia kemudian duduk disampingku dan ikut melihat agallua jalan sana sini.
"Halo"
"Apakah Agallu kenalanmu?"
"Iya, dia yang mengurusku, bapak sendiri dari kepercayaan apa ya, aku kurang tahu"
"Aku hanya hamba yang melayani dewi kehidupan"
"Ooh… aku baru keluar dari penjara, ada berapa banyak percayaan ya?"
"Ada banyak, tapi yang 3 besar utama adalah dewa perang, dewi kehidupan dan master kegelapan, mereka bertiga saling bersinergi, contohnya, dewi kehidupan memberikan harapan, dewa peperangan memberikan keberanian dan master kegelapan memberikan rasa takut dan mengakui kelemahan"
"Ooh… terdengar indah"
"Benar, Master Kegelapan walau terdengar mengerikan, tapi dia adalah salah satu alasan kehidupan masih ada, tanpa rasa takut makhluk hidup tidak akan mengenali kelemahan mereka, namun dewa dewi lain juga patut dihormati"
"Bagaimana dengan dewa waktu?"
"Dia bisa dibilang sosok yang hampir terlupakan, hanya sedikit yang mengingatnya, pasalnya dia menciptakan segala dan tidur untuk menjaga keseimbangannya, oleh karena itu banyak yang tidak menyembahnya karena dia hanya akan tetap tidur apapun yang terjadi, dunia akan abadi dan akan tetap sama berkat dirinya"
"Namun, aku percaya, dia pasti memiliki rencana, tapi aku tidak tahu apa yang dia inginkan"
"Keinginan dewa memang sulit untuk dipahami, namun dibalik itu akan ada pencerahan dan sesuatu yang bermakna"
"Oh iya, untuk apa bapak datang kesini?"
"Aku mendapatkan pesan dari dewi kehidupan tentang seorang anak kecil yang tidak tahu dan tidak bisa mengendalikan blessingnya"
"Blessing?"
"Anugerah kepada orang yang dipilih tuhan, kamu harus mencari tahu sendiri blessingmu, blessing pada dasarnya sesuai dengan isi hati dan bentuk jiwamu"
"Oooh….."
Aku mulai berpikir, apakah blessingku ada kaitannya dengan kehidupanku dibumi atau tidak, aku tidak pernah merasakan insting membunuh di bumi, namun kenapa bisa blessingku..
"Agallu memiliki blessing dari dewa perang, namun dia tidak bisa mengendalikan kekuatannya dengan benar sehingga rasa percaya dirinya rendah, kamu tolong bantu dia ya"
"Oh Agallu anak kecil yang dimaksud dewi kehidupan"
"Kemungkinan iya"
"Ahaha, tenanglah, aku pasti akan membuat dia lebih percaya diri, soalnya aku perlu kekuatannya"