Chereads / Gairah kala Senja / Chapter 4 - Mami Rima

Chapter 4 - Mami Rima

Masih dalam keadaan polos tanpa ada pakaian yang menempel di tubuh kita. Aku bersandar di ranjang besar milik Rima. Rima memeluk ku, sebagian tubuhnya ada di atas tubuhku, payudaranya hangat ada di dada ku, pangkal pahanya yang jenjang dan pinggul indah berada di atas pangkal paha ku, masih terasa hangat dan basah dapat ku rasakan, kakinya terselip di antara kaki ku. Aku mengusap rambutnya yg tampak tak teratur akibat gerakan tariannya di atas perutku, aku memeluknya rasa ingin memasukan tubuhnya ke dalam tubuh ku, jemari Rima memainkan puting ku.

"Mam" tanya ku ragu, Rima menoleh ke arah aku dan menatap mata ku

" Apa? Apa yg kamu pikirkan?" Tanya Rima sambil menatap ku dalam.

"Aku mulai ingin terus ada di dekat kamu, dan ingin mendapatkan sayang kamu terus, juga mulai ingin miliki kamu, aku salah ga sih?" Sambil jari ku menyentuh wajahnya,

"Aku harus mulai dari mana ya," wajah nya seperti ingin menyampaikan sesuatu tapi ragu.

"Gimana kalo dari awal aja" saran ku agar bisa jelas terjawab semua.

"Ok, aku mulai dari awal ya. Pertama ketemu kamu, saat kamu datang bareng mama. Jujur aku merasa di telanjangin kamu, dengan tatapan mata kamu. Menelusuri aku dari kepala sampai ke kaki.

"Iiih...maaf, aku engga sopan ya" aku coba memotong pembicaraan Tante Rima.

Dia meletakan jari di bibir aku, pertanda aku harus diam.

"Aku risih dan juga seneng. Seumuran aku masih bisa menghipnotis anak muda seumur kamu. Aku harus mengenal kamu, ternyata kamu anak yang sopan, tidak seliar mata kamu, kamu selalu mau berkorban untuk keperluan orang lain, mau mengantar mama kamu, mengantar mami dengan keperluan ambil makanan, berboncengan dengan mami tanpa rasa canggung. mau benerin motor, hanya demi kebahagiaan mami. Kamu orang yg selalu menepati janji, terbukti Minggu kamu datang. Dan terbukti juga rasa sayang kamu. Saat aku jatuh pingsan di hadapan kamu. Kamu menangis buat aku. Karena rasa sayang kamu dan takut kehilangan aku. Aku langsung jatuh cinta sama remaja yang seharusnya jadi anak ku, aku akan lakukan apa pun untuk selalu dapat cintanya. Apa pun, aku butuh kamu selalu ada di hari-hari hari ku. Kita baru ketemu kemarin. Tapi kita begitu terasa dekat, baru kali ini aku ketemu lelaki yang komplit, semua yang ada di diri kamu, aku suka. Terasa nyaman ada di dekat kamu. Banyak orang akan berkata bahwa aku menjalani cinta yang salah. Dari berbagai sisi tak akan ada yang membenarkan. Dan semua kesalahan itu akan tertuju pada ku, karena aku lah perempuan dewasa yang seharusnya bisa membimbing kamu menjadi lelaki baik. Apakah layak aku memperjuangkan itu semua?, Apakah ketika seluruh dunia menghujat ku, kamu akan tetap berada di samping aku?. Banyak pertanyaan yang ada di otak aku, tapi sepertinya itu semua hanya kekhawatiran yang belum terjadi, aku akan menjalankan semua, sebaik mungkin, seperti apa adanya saja, niat aku tetap baik, apakah perempuan seusia aku tak boleh bahagia? Dan aku bahagia bila ada kamu di sisi aku. Itu aja cukup buat aku menjadi alasan mencintai kamu." Rima mengakhiri cerita panjangnya sambil menatap aku,

Aku terdiam mendengar semua ungkapan isi hatinya. Aku menarik tubuhnya lebih dekat ke arah ku. Dan memeluk nya, menciumnya.

"Aku akan selalu berusaha membela kamu, menjaga kamu, aku beneran jatuh cinta dengan sosok seperti kamu. Aku hampir bisa merasakan sepinya hari-hari kamu. Aku siap menjadi apa aja yg kamu butuhkan, sejak malam ini dan seterusnya selama kamu nyaman bersama aku." Aku berjanji pada diri sendiri.

"Rio...makasih ya sayang" Rima menetes kan air mata dan segera menyembunyikan wajahnya di pelukan ku.

"Jadi mulai hari ini, kamu punya aku?" Tanya aku memastikan hubungan kita. Dia hanya menganggukan kepala.

"Iiihhh aku kan mau denger suara kamu"

"Iya..Rio." wajahnya tampak habis menangis matanya berkaca-kaca menatap ku.

"Makasih ya sayang" aku mencium matanya, hidungnya dan bibirnya juga pipinya. Dia mencubit pipi ku, dan aku menghapus air matanya.

"Udah atuh, kita kan mau romantisan bukan sedih-sedih an" ledek aku.

"Kamu sih, ngomong gitu"

"Kayanya ngopi enak nih" aku coba mencairkan suasana.

"Yuk, aku udah bikinin malah belum di minum" Rima cemberut.

"Abis lebih enak, makan kamu dari pada ngopi" sambil aku menindih tubuhnya dan menciumi lehernya.

"Udaaaah iiih Rio.., ga bosen ciumin aku terus?" Rima mendorong lembut tubuhku

Aku malah terus menciumi tubuhnya turun ke dadanya.

"Udah stop, stop" Rima menarik tubuh ku untuk menyetop. Aku turun ke bawah.

"Aku mau pake baju" Rima bangkit duduk aku melepaskan tubuhnya sambil tersenyum. Dia mengambil kaos ku dan mengenakan G-string nya. Hanya itu yg dia pakai. Terpaksa aku hanya memakai boxer saja tanpa yg lain. Dia mengajak ku ke gazebo di taman belakang. Sambil dia membawa baki isi makanan dan kopi panas dan kopi dingin. Awalnya duduk normal tapi tak bertahan lama, sepertinya tubuh kita bermagnet, salau saja ingin menempel satu sama lain. Rima rebah di paha ku,

" Udah lama banget aku engga merasakan seperti ini, berasa jadi ABG lagi" dia tersenyum pada ku.

"Harus menyesuaikan dong dengan pacarnya, aku juga akan berusaha menjadi dewasa seperti kamu" komentar ku.

"Iya deh aku ikut aja" sambil dia memegang pipi ku.

"Sayang, aku beneran penasaran, kenapa aku engga boleh ciumin punya kamu" aku beneran engga ketemu jawabannya kenapa? Bukan nya semua orang pacaran melakukan itu ya untuk bercumbu.

"Iiih. Harus di jawab ya?" Sepertinya dia enggan menceritakan itu.

"Aku suka itu" jawab ku singkat padat dan jelas.

"Rio, aku besar di kampung dan engga paham sama sekali urusan bercumbu. Mantan pacar aku juga cuma dua, satu saat aku SMP dan cuma bertahan tiga Minggu, karena aku engga mau di cium dia. Ke dua ya si Om. Aku termasuk orang yg kuno dalam berpacaran, si Om gitu juga. Sampe kita akhirnya nikah tetep gitu-gitu aja engga pernah coba cara lain atau gimana lah. Beda jauh sama kamu. Jadi aku tau begitu begini ya sama kamu aja. Dan sudah seumur begini, sebelumnya banyak teman ku cerita gaya gini dan gitu, tapi aku engga berani ngomong sama siOm. Ya udah aku gitu aja. Jadi emang beneran belum pernah coba. Terserah kamu percaya atau engga. Aku cerita apa adanya." Rima menatap ku.

"Terus setelah kemarin aku coba, gimana rasanya?"

"Ya, aneh terus geli tapi juga merinding" jawabnya polos.

"Tapi suka?" Desak ku.

" Belum bisa aku nikmatin. Yang ada aku coba perhatiin kamu, kok suka banget. Emang engga jijik gitu kamu? " Dia malah balik tanya.

"Aku suka, nanti kita coba lagi, aku coba lakukan dengan perlahan biar bisa kamu nikmatin." Aku coba menjelaskan.

Rima menatap ku, dengan berbagai pertanyaan, tapi tak satu pun di lontarkan.

"Engga apa-apa kan aku coba lagi."

" Terserah kamu aja kalo kamu suka" dia sepertinya menemukan ide untuk pertanyaan berikutnya.

"Sekarang aku yg mau tanya?" Dia tersenyum. Gantian aku yg gelisah.

"Menurut kamu Oral sex enak engga?" Rima telah lama menyimpan pertanyaan ini di dalam benaknya.

"Hmmm, terkadang itu bisa jadi solusi" jawab ku diplomatis.

"Suka atau engga dulu jawabnya" dia penasaran.

"Suka" jawab ku singkat. Banyak lagi pertanyaan dia seputar tentang sex, ternyata aku menjadi guru urusan sex dan dia menjadi guru urusan perhatian dan kasih sayang. Suasana saling mengenal dan saling bercerita masa lalu mulai terungkap, aku jadi mulai mengenal sisi lain dari Mami Rima, yang ternyata ada alasan lain mengapa baru sekarang dia bisa menikmati bercinta, orang akan memandang berbeda saat melihat kami berjalan berdua romantis. Mungkin juga mereka punya alasan lain dalam menjalin hubungan dengan beda umur jauh. Aku berniat ingin membahagiakan dia. Kita beberapa kali bercinta malam itu. Hingga lelah dan tertidur.

Pagi itu aku di antar sekolah dengan mami Rima, pulang sekolah dia mau jemput. Aku tak berpikir panjang mengiya kan semua. Sesampai di sekolah Jenny menunggu ku, mengajak ku ke kanatin. Hampir dua hari gadis ini hilang dari benak ku, aku merasa bersalah dengannya.

"Gimana malam Minggu nya? Sampe jam berapa? Kok engga ngabarin." Bertubi-tubi pertanyaannya.

" Sampe malem jam sepuluhan lebih, malam itu aku ketemu temen mama, yang nawarin motor tua buat aku rawat, karena suaminya sudah meninggal dan engga ada lagi yg pake, sayang kalo cuma jadi bangkai aja, dia menawarkan ke aku, karena dia liat aku tertarik melihat bangkai motor di garasinya, jadi Minggu aku ke sana coba benerin motor, masih tahap service biasa aja, karena lama tak di pakai, tapi belum bisa di nyalahin, mungkin kalo sulit aku bisa panggil mekanik khusus motor itu biar bisa nyalah lagi." Cerita ku hanya itu yang aku sampaikan.

" Motor tua? Motor apa?" Tanya jenny yang juga tertarik cerita ku.

" Motor BMW type R27, tahun produksi 1961" keren loh Jen kamu pasti suka.

"Wow BMW? Yg pake gardan bukan?" Tanya jenny lebih lanjut.

"Iya yg itu, dan semua masih ORI loh" tambah ku lagi.

"Woooow, itu buatan tahun 1961, tuaan dia sama papa aku" komentar Jenny santai.

" Iya nanti kalo bisa jalan aku bawa ke sekolah" pengalihan ku berhasil.

"Pantes aja aku di lupaiin sama kamu, punya pacar baru sih." Sindir Jenny dan berhasil membuat aku kaget dan pucat pasi.

"Maksud kamu?" Aku mulai takut.

"Iya punya mainan baru, walau belum hidup jadi lupaiin aku" Jenny cemberut.

"Ya engga gitu sayang, cuma penasaran aja siapa tau aku bisa bikin hidup, kan keren tuh" aku lega ternyata pacar baru yang dia maksud motor tua itu.

"Ya kan bisa kabarin aku, engga tiba-tiba hilang" protes dia.

"Iya maafin aku ya" sambil aku pegang tanganya. Aku yakin dia mengerti kalo urusannya motor, sering aku begitu kalo sudah di bengkel.

" Tadi kamu naik apa aku ga liat motor kamu di parkiran?" Tanya dia sambil mengajak ku ke kelas.

"Di anter mama, lupa isi bensin" jawab aku sembarangan. Beginilah kalo berbohong pasti akan ada bohong yang lain untuk menutupi ke bohongan.

" Pulang bareng aku aja." Sambil Jenny masuk ke kelasnya. Aku diam sambil berjalan menuju kelas ku, kelas kita berbeda meski sama kelas tiga. Aku harus segera membatalkan pulang bareng Mami Rima. Bisa panjang urusannya. Aku chat Mami Rima, membatalkan janji pulang bareng, karena ada kerja kelompok di rumah temen.

Pulang sekolah aku sudah ada di dekat parkiran mobil Jenny. Tak berapa lama gadis imut dan tomboy itu datang, bersama Dinda temannya,

"Hai.."sapa Dinda ke aku.

"Hai uDin" sapa ku balik, aku terbiasa memanggil itu untuk panggilan akrab. Tetap aja dia cemberut setiap nama itu aku sebut.

"Botak jelek" dia balik meledek aku. Jenny telah terbiasa dengan prilaku kita hanya senyam senyum aja.

"Aku nebeng pulang bareng ya" Dinda cengar cengir

"Ga boleh" perut ku langsung di sikut Jenny

"Aduuuh"

"Syukurin" Dinda tersenyum penuh kemenangan. Dinda dan Jenny selalu saja berdua, meski bermain dengan kelompok lain tapi mereka tetap selalu ada berdua. Mau tau banyak tentang Jenny tanya Dinda, mau tau tentang Dinda tanya Jenny. Setelah Dinda turun Jenny minta aku yg bawa mobilnya, minta Anter makan dan beli beberapa alat tulis. Di jalan dia bilang ngantuk aku suruh tidur di mobil, engga mau minta di rumah aku aja, Jenny terkadang masuk kamar kakak ku Tasya untuk numpang tidur. Mama awalnya yg menyuruh saat sedang belajar kelompok dia tertidur di rumah ku, dan mama bilang tidur di kamar Tasya aja. Mama engga ngasih pulang kalo kondisi ngantuk bawa kendaraan.

Dari situ keakraban Jenny dan Tasya juga mama terjalin.

Sesampainya di rumah aku dan Jenny menghampiri mama, mama asik nonton Drakor, dan Jenny sebentar nemenin mama, aku langsung ke atas, setelah mandi dan dengerin musik, Jenny masuk kamar ku sebentar memeluk ku dari belakang kursi. Aku berbalik dan mencium dia, saat aku hendak meminta lebih dia bilang "ngantuk

Mau tidur dulu" dia meminjam kaos oblong ku langsung pergi ke kamar Tasya. Aku sempat berpikir untuk pergi ke kamar Tasya, tapi khawatir mengganggu waktu tidur yang dia butuhkan, mungkin sore aku coba ke sana setelah dia cukup tidur. Aku belum pernah menyentuh Jenny, cuma sebatas cium dan sex wilayah dada, itu pun jarang sekali kita lakukan, kali ini karena telah mendapatkan kenikmatan dari Mami Rima, aku mau mencoba Jenny, meski ada keraguan untuk mencobanya, tidak ada salahnya mencoba, kalo tidak dapat ya sudah pikir ku.

Setelah jam empat lewat aku cek mama ada di kamar sedang tidur. Aku segera ke kamar Tasya. Saat ku buka kamarnya Jenny masih terlelap tidur hanya mengenakan kaos oblong, seragam sekolah nya di gantung. CD berwarna putih tampak bebas untuk di lihat, berhati-hati aku menghampiri Jenny dan mengamati seluruh bagian sensitif Jenny tampak gundukan di balik CD nya, masih sedikit rambut di sana karena CD nya berwarna putih jadi bisa terlihat agak samar, aku coba membayangkan wujud di balik CD itu. Payudara Jenny tidak bisa di bilang kecil, jelas jauh dari ukuran besar Mami Rima. Sedang asik memperhatikan Jenny meregangkan otot-otot nya sambil masih terpejam matanya.

"Jen." Aku memanggil, dia kaget dan memandang aku.

"Lagi ngapain kamu" tanyanya kembali santai tiduran menghadap aku. Aku Menghampiri nya, mengelus pipinya dan rambutnya. Dia diam menatap aku sayu. Ku kecup keningnya dia hanya memejamkan mata. Saat ingin mencium bibirnya tanganya menutup mulut aku.

"Bilangin mama loh" di mencubit hidung ku.

"Jen aku kangen, mau ciumin kamu" pinta ku, dia hanya mengelus pipi ku dan membelai rambut ku. Aku menghampirinya mencium pipinya, telinganya dan turun ke lehernya.

"Rio..nanti mama liat gimana?" Rengek Jenny.

"Mama lagi tidur" jawab ku menenangkan dia. Aku mendekati dia dan memeluk tubuhnya,

"Rio aku takut mama liat kita." Jenny mulai gelisah.

"Aku kunci aja ya kamarnya" sambil aku bangkit dan mengunci kamar Tasya, kembali aku tiduran di sebelahnya, ku peluk tubuhnya dan menindihnya.sambil menciumi lehernya, tangan ku masuk ke dalam kaosnya coba untuk membuka bra-nya.

"Sayang aku takut " dia coba menahan yg akan ku perbuat, dalam sekali tarikan bra-nya lepas.

"Riiiooo iiiih" Jenny mendesah, aku angkat kaosnya dan coba meremas payudaranya.

" Ssshhhh aaaahhhh" Jenny menikmati cumbuan ku, semakin gencar aku menciumi payudaranya, menjilati putingnya, dia bergelinjang, tangan ku coba turun di perutnya, lidah ku makin gencar meremas dan menghisap putingnya, saat makin turun jari ku masuk ke dalam CD nya dan menyentuh rambut halusnya, dia tersentak kaget dan menangkap tangan ku.

"Rio...engga boleh Aah" jenny menahan tangan ku, mulut ku makin menyerang payudaranya menghisap dan meremas membuat rangsangan di payudaranya.

"Ssshhhh..aaaahhh Riiioooo" aku mencoba lagi masuk ke dalam CD nya dan menyentuh garis tengah vaginanya.

"Iiiihhhhh, Rio, keluarin tangan kamu" dia menatap ku, aku mengalah tapi tak habis cara, kini tubuh tepat berada di atasnya ku luruskan penisku yg sudah mengeras di balik celana pendek ku, ku tempel kan di CD nya, aku tetap membuat rangsangan di payudaranya.dia mulai menikmati rangsangan ku, ku remas kujilati dan ku hisap.

"Aaaahhhhh, sayaaang"

"Sssshhhh iiiihhhhh" kini pinggul ku perlahan aku tekan dan aku goyangkan batang penis ku tepat di belahan vaginanyanya meski kita masih berpakaian lengkap,

"Aaahhhhh, uuuuuhhhh Riiiiooooo" Jenny makin bergelinjang matanya terpejam, mulutnya terbuka menahan rangsangan yg terus ku buat dengan menggesek-gesekkan batang penis ku di tempat itu makin cepat, dan lebih cepat. Dia mencengkram pundak ku keras, dan menggigit pundak ku keras aku merasakan kenikmatan juga , kubuka pahanya melebar, makin leluasa aku merangsang vaginanya.Jenny mencakar pundak ku makin kencang.

"Aaahhh...Rio, aku mau pipisssshhh" makin kencang aku menekan dan menggoyangkan penis ku.

"Keluarin aja sayang.." aku berbisik di telinganya. Jenny menggigit pundak ku keras dan terasa hangat ada cairan yang keluar, dia memeluk ku erat.

"Rio..aku pipis.." rintihnya

"Iya engga apa-apa" saat aku ingin menyentuhnya, dia melarang

"Jangan iiih basah" dia melarang aku.

"Enak ga sayang??" Aku menatapnya.

"Iya, uuuuhhh aku lemes" rintih Jenny

"Iiih Rio, CD aku basah" dia merengek manja.

"Ya udah lepas aja"

"Terus aku pake apa?"

"Ga usah pake aja."

"Iiih engga enak"

"Pake boxer aku mau"

"Ya udah pake boxer kamu aja"

"Tapi tuker sama CD kamu"

"Maksudnya??" Tanya Jenny bingung

"Kamu pake Boxer aku, CD kamu yg basah buat aku" aku coba menjelaskan.

"Buat apa?? Itu basah"

" Jadi ga tukeran"

"Iiiiih iya udah terserah kamu"

"Sini dulu CD nya"

"Engga mau, boxer nya dulu sini." Aku bangkit dan hendak keluar kamar, jenny menghampiri aku,

Punggung kamu berdarah kena kuku aku.

"Iya udah biarin, "

"Ada biru juga bekas gigitan aku"

"Iya engga apa-apa"

"Rio iiih pada berdarah dan biru gitu, maafin aku ya... " Jenny merasa bersalah tapi aku tak peduli.

"Jenny udah it's Ok" aku ke kamar dan memberikan salin buat Jenny yg CDnya basah, aku segera mengambil dan melipat langsung menyembunyikan di pinggang ku saat Jenny mulai mengenakan seragam sekolahnya lagi. Setelah dia melipat kaos yg tadi di pakai baru sadar bahwa CD nya hilang , aku segera melarikan diri keluar kamar dan turun ke Bawah, kebetulan ada mama, Jenny coba mengejar ku. Turun dari tangga dan menghentikan langkahnya ketika melihat aku. Aku menghampiri mama.

" Kalian tuh bukan anak kecil, yang harus di ingetin, jangan bercanda lari di tangga, kalo terkilir atau terpleset apa bukan jadi urusan." Mama berbicara sambil menatap kita berdua.

"Rio tuh yang mulai" sambil Jenny merengek ke mama ku.manja

"Ma, aku engga bersalah, coba mama tanya sama Jenny apa salah aku?" Aku senyum kemenangan, engga mungkin Jenny cerita aku mencuri CD basahnya.

" Udah Aah..kalian berdua sama aja" sambil mama mengusap kepala Jenny.

"Udah sore, nanti mami kamu khawatir, udah kabarin mami kan?" Tanya mama.

"Udah ma, aku bilang tidut tempat Rio" Jenny menatap mama dari pelukannya, mereka memang akrab sekarang ini. Selain Jenny selalu ramah, dan mudah akrab dengan orang tua, dia juga gadis yg sopan. Mami nya juga suka Dateng ke rumah ku kok.

"Apa engga mending nginep aja Jen, udah ke Sore-an, di jalan udah macet, sampe rumah pasti malem" mama menatap Jenny.

"Iya juga sih, boleh mam aku nginep, badan ku lemes banget" ucap Jenny jujur, habis aku cumbu sampe keluar.

"Bisa nebeng berangkat sekolah nih" jawab ku berharap dia nginep.

"Ya udah, biar mama yang telpon Mami kamu" jawab mama sambil mengambil HP nya. Setelah mereka berbicara basa basi dan membicarakan karena terlalu sore jenny bangunnya. Dan alasan lain mereka sepakat

"Lepas seragam kamu taro di tempat pakaian kotor, sana mandi, seragam bersih kamu ada di lemari Tasya, coba di cek dulu, mama lupa." Sambil mama ke Dapur.

"Asiiiik" komentar ku. Jenny langsung melotot matanya, paham apa yg ada dalam pikiran ku.

"Anter aku ke swalayan di depan sana ya" pinta Jenny.

"Hayu " jawab ku singkat. Jenny menyusul langkah mama ke dapur, membisikan sesuatu, dan mama senyum lalu mengangguk kan kepala.

"Ngomong apa??" Tanya aku penasaran

" Kepo..itu urusan cewek tau.." sambil berjalan keluar rumah menggandeng lengan ku, lebih tepat menariknya. Di jalan baru dia memberi tau, bahwa dia Butuh CD baru, karena CD nya kotor.

"Tepatnya di curi sama Rio" kata Jenny mengakhiri desakan pertanyaan ku.

"Hehehe Jagoan kalo kamu bisa jujur ngomong gitu sama Mama" tantang aku.

Membeli beberapa perlengkapan dia, cemilan dan minuman. Kita pulang, di jalan banyak yg melihatnya. Karena masih saja pake seragam di sore hari gini.

Sore menjelang magrib beberapa chat dari Tante Rima masuk menanyakan kabar aku. Dan kata-kata rindu yg dia sampaikan. Aku membalas dengan susunan kata terbaik yg bisa ku sampaikan. Jenny lebih banyak bareng mama, dari pada bareng aku. Dia nonton bareng Drakor makan malam bersama. Melanjutkan menonton, jam delapan malam dia baru bisa luangkan waktu bersama aku, itu pun duduk di depan computer, main games. Jam sembilan mama suruh kita tidur. Dan kita bubar masuk kamar masing-masing.