"Sepertinya aku tidak perlu mengangkat jari, nasib ada di pihakku," kata Xavier dengan senyum sombong. "Jadwalku jadi kosong karena proyekku terhenti akibat masalah hak lokasi. Syutingnya terpaksa ditunda."
Sampai akhir kalimatnya, dia tersenyum seperti kucing yang baru saja mencuri ikan dari mangkuk anjing.
Dia melirik ke Rafael, yang kini mengenakan raut cemberut. Rafael ingin berdebat, terutama karena dia sangat mengutamakan uang.
Dia seharusnya merayakan ini—situasi yang lebih baik bagi Xavier, yang akan mendatangkan lebih banyak pendapatan.
Tapi sebaliknya, dia merasa bimbang. Pemikiran tentang Xavier yang semakin dekat dengan Hera membuatnya tidak nyaman, dan perasaan bercampurnya tampak jelas di wajahnya.
Xavier tertawa, terlihat sangat puas. "Ayo kita pergi bersama, ya? Aku juga perlu memberitahu sutradaranya."