Chapter 42 - BIRU HITAM

Matahari menghujani punggungku saat aku bekerja tanpa lelah dan kemudian merasakan keringat yang mengalir dari dahi ke seluruh tubuhku.

Saya merasa pusing, namun saya menggelengkan kepala untuk mengusirnya dan melanjutkan pekerjaan saya.

Suasana menjadi gelap sekali dan pengajar datang kepadaku.

Cambuk ada di tangannya.

Saya melihat pekerja lain yang saya tahu mereka adalah budak sedang berdiri dan mengejek saya.

Mereka ingin melihat saya menerima hukuman itu.

"Kamu belum menyelesaikan pekerjaanmu kan?" Dia berkata. "Tiga puluh kali cambukan rotan."

"Tapi aku sudah selesai Pak." Saya katakan.

Dia mengerutkan kening dan kemudian saya menggeser untuk menunjukkan padanya seluruh lahan yang sudah bersih dari rumput dan telah disiapkan untuk ditanami.

Mulutnya menganga, begitu pula semua orang yang berdiri menonton.

"T-tapi itu tidak mungkin." Dia berkata dengan tidak percaya.

Saya berdiri di sana menunggu instruksi selanjutnya darinya.

Ada bisikan di antara kerumunan.

This is the end of Part One, download Chereads app to continue:

DOWNLOAD APP FOR FREEVIEW OTHER BOOKS