"Paduka, semuanya telah diurus," ujar Denys dengan kepala tertunduk. Di belakangnya terdapat api unggun besar dengan mayat-mayat yang terpendam di bawah nyala api.
"Bersiaplah untuk berangkat." Adipati itu melangkah mundur dan mengangkatnya lagi, kali ini menaruhnya di tanah. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia bergegas masuk ke dalam kereta. Dia tidak tahan berada di depannya terlalu lama. Dia tidak mengerti apa yang baru saja terjadi, tapi dia tidak ingin merenungkannya—setidaknya tidak untuk sekarang.
Dia melihat ke arah pemuda di sudut kereta. Dia duduk di samping ayahnya yang terbaring di atas tempat tidur darurat yang tampaknya merupakan bagian dari kereta itu.
Seolah merasakan tatapan nya, pemuda itu membuka matanya. Melihat dia, ia segera membenarkan posisi duduknya.
"Saya—saya tidak bermaksud untuk tidur."