Dia tersenyum saat menatapnya.
"Senang bertemu denganmu lagi, Jia Li." Ucap pria muda itu sambil tersenyum.
"Kakak Li Huan?" Jia Li berkata saat menatap wajah yang familiar dengan terkejut.
"Kamu terkejut melihatku?" tanya Li Huang sambil tersenyum saat menatapnya.
"Iya." jawab Jia Li agak linglung. Melirik ke tangan Li Huang, dia kembali bersikap sopan.
"Kakak Li Huan, tolong jangan keberatan, masuklah." Katanya kepadanya saat membuka pintu cukup lebar agar dia bisa masuk dengan membawa barang-barang di tangannya.
Sambil mengikuti Li Huan, detak jantung Jia Li berdetak lebih cepat dari biasanya. Dia akan berbohong jika dia menyangkal kenyataan bahwa dia terpengaruh melihat Li Huan di depan pintu hari ini.
"Jia Li, siapa itu?" tanya Nyonya Qin dari ruang tamu. Tapi ketika dia menoleh, dia melihat sosok familiar berjalan ke arah mereka dengan beberapa tas di tangannya.
"Li Huang?" tanya Nyonya Qin, berdiri terkejut. Tuan Qin juga menoleh dan melihat wajah yang tampan dan familiar itu.
"Apakah itu Li Huang yang saya lihat?" tanya Tuan Qin dengan senyum menyambut.
"Selamat siang, Tuan Qin, Selamat siang, Nyonya Qin." Lin Huan menyapa dengan senyum sembari berjalan menghampiri mereka dengan tas ditangannya.
Mendekati mereka, dia meletakkan tasnya dan berjabat tangan dengan Tuan Qin.
"Li Huang, kapan kamu kembali?" tanya Nyonya Qin saat mengisyaratkan kepadanya untuk duduk.
Duduk dengan nyaman, Li Huan tersenyum saat menjawab. "Saya kembali pagi ini."
"Itu baik. Ibu mu pasti senang melihatmu kembali." kata Nyonya Qin dengan senyum.
Jia Li yang telah berdiri berjalan mendekat dan duduk di samping ibunya.
"Ya, dia sangat senang melihat saya kembali." jawab Li Huan dengan senyum.
"Bagus... Bagus." kata Tuan Qin sambil mengangguk setuju.
"Nyonya Qin ini..." Li Huan mulai berbicara tetapi diinterupsi oleh Nyonya Qin.
"Kenapa repot, Panggil saja kami, Bibi dan Paman."
Li Huan menerima koreksinya dan menyapa mereka seperti yang dikatakan olehnya.
"Bibi, Paman, ini sedikit hadiah yang saya beli dari kota." kata Li Huan sambil menunjuk ke tas yang ditinggalkannya di samping.
"Semua ini untuk kami?" tanya Nyonya Qin.
"Kamu tidak seharusnya repot-repot, kamu masih muda yang baru mulai bekerja." kata Tuan Qin kepadanya.
"Tidak masalah sama sekali. Saya tidak bisa datang menemui Paman dan Bibi tanpa membawa apa-apa setelah beberapa tahun ini." jelas Li Huan.
"Kamu telah berbuat baik." puji Nyonya Qin.
Kemudian menoleh ke Jia Li yang telah diam, dia berkata kepadanya, "Jia Li, apakah kamu sudah menyapa Li Huang?"
Menatap ke atas perlahan sambil mencoba menyembunyikan rasa malunya, dia menjawab, "Ya, saya sudah menyapanya di pintu."
Apa yang dia lakukan di pintu bukanlah sapaan, tapi bagaimana ibunya tahu tentang itu? Dan pastinya, Li Huan tidak akan menyebutkannya.
Li Huan dan Jia Li telah saling mengenal selama beberapa tahun sekarang. Li Huan adalah senior Jia Li di SMA, tapi saat itu, mereka tidak terlalu kenal satu sama lain, dan mereka baru dekat ketika mereka mengetahui bahwa mereka tinggal di lingkungan yang sama.
Orang tua Jia Li selalu tahu Li Huan sebagai senior Jia Li di sekolah karena dia sering mengantar pulangnya dari sekolah sebelum dia lulus dari SMA dan pergi ke kota lain untuk mendaftar di perguruan tinggi, sehingga mereka menjadi akrab.
Nyonya Qin dan Tuan Qin senang bisa bertemu lagi dengan Li Huan. Mereka mengobrol dengan dia dan menanyakan tentang kehidupan dan pekerjaannya, dan ternyata Li Huan bekerja sangat baik dan juga bekerja di sebuah perusahaan teknologi besar.
"Jia Li, pergilah memotong beberapa buah untuk Li Huan." kata Nyonya Qin kepada Jia Li dengan senyum.
Jia Li meminta izin dan pergi ke dapur. Pipinya memerah saat dia memasuki dapur.
Selagi di ruang tamu, dia merasakan tatapan Li Huan padanya setiap saat, sehingga dia telah mencari momen untuk melarikan diri agar dia bisa mengipasi pipi panasnya dan bernapas dengan lega.
Mengipasi wajahnya, dia bertanya pada diri sendiri, "Jia Li, ada apa denganmu?"
Merasakan kepanasan di pipi dan lehernya telah berkurang dia pun menghela napas lega dan mengambil beberapa buah untuk dicuci.
Di ruang tamu, Nyonya Qin menoleh ke arah dapur sambil berkata, "Mengapa Jia Li memakan waktu begitu lama untuk memotong beberapa buah?"
"Tenang, belum sampai dua menit sejak dia pergi." kata Tuan Qin kepadanya.
"Kita memiliki tamu. Saya akan mencarinya dan membantu dia." kata Nyonya Qin sebelum menghilang ke dapur.
Nyonya Qin sebenarnya tidak terlalu khawatir, dia hanya menggunakan alasan ini untuk pergi dan memeriksa Jia Li, karena dia menyadari sesuatu.
Mendengar langkah kaki di belakangnya, Jia Li menoleh untuk melihat siapa itu.
"Ibu? Kenapa kamu masuk, seharusnya kamu menunggu saya?" kata Jia Li padanya sebelum kembali memotong Apel dengan pisau di tangannya.
"Kamu kecewa?" tanya Nyonya Qin sambil berjalan ke sisinya dengan senyum.
"Kecewa dengan apa?" tanya Jia Li dengan bingung.
"Apakah kamu kecewa karena bukan Li Huan yang datang mencarimu?" goda Nyonya Qin dengan tatapan padanya sambil menunggu respons.
"Ibu?!" kata Jia Li terkejut saat dia menoleh ke belakang untuk memastikan tidak ada orang lain yang mendengarnya.
"Apa? Apakah saya salah?" tanya Nyonya Qin saat mengambil sepotong buah dan memasukkannya ke mulutnya, tatapannya tidak pernah lepas dari Jia Li saat dia mengunyah Apel 🍎.
"Ibu, siapa yang memberimu kesan itu?" tanya Jia Li dengan cemberut saat dia mencoba menghentikan detak jantungnya yang berdetak lebih cepat.