Setelah rasanya seperti selamanya bagi Jia Li, Fu Hua menyemprotkan benihnya di dalamnya sebelum mencium keningnya yang berkeringat dengan lembut sembari terengah-engah mencari udara.
"Maafkan aku." Katanya dengan nada rendah sambil menyibakkan beberapa helai rambut di dahinya.
Jia Li perlahan membuka matanya, dan saat mata mereka bertemu, dia berpaling darinya. Dia tidak tahu harus berpikir apa karena ini adalah periode yang paling tidak nyaman dalam hidupnya.
"Kamu marah padaku?" tanya Fu Hua dengan suara serak saat dia perlahan keluar dari dirinya.
Jia Li membelakangi dia begitu dia keluar dari dirinya, dan saat dia melakukannya, dia mendesis karena sakit.
Fu Hua mendesah dan tidak tahu harus berbuat apa selain menepuk pundaknya saat dia meminta maaf.
Jia Li ingin menangis, tapi dia tidak bisa. Dia hanya bisa menyalahkan Fu Hua karena telah merayunya dan membuatnya setuju untuk melakukan hal seperti ini dengannya.