Chereads / Pembunuh Berantai dari Dunia Lain / Chapter 25 - Bayang-bayang Masa Lalu

Chapter 25 - Bayang-bayang Masa Lalu

Erik menepi dari hiruk-pikuk perayaan yang memenuhi jalanan Ebonhollow. Dia memilih tempat yang terpencil di atas sebuah bangunan tinggi, di mana cahaya bulan yang lembut menjadi satu-satunya teman dalam perenungannya. Dari posisinya yang tinggi, ia bisa melihat keseluruhan kota yang bermandikan cahaya obor dan api unggun. Suara riuh rendah pesta terdengar samar-samar, namun tidak mampu menembus dinding kesunyian yang dibangun Erik di sekelilingnya.

Di bawah sana, penduduk kota merayakan kemenangan dengan gegap gempita. Anak-anak kecil berlarian dengan riang, wajah mereka berseri-seri oleh cahaya kembang api yang meledak di langit malam. Para pedagang membuka kios-kios mereka hingga larut malam, menjajakan makanan, minuman, dan berbagai macam barang dagangan kepada para pengunjung yang bersemangat. Pasangan-pasangan muda bergandengan tangan, berjalan-jalan di bawah sinar bulan, menikmati suasana romantis yang tercipta.

Namun, di tengah hiruk-pikuk perayaan itu, Erik merasa terasing. Dia tidak bisa ikut merasakan kegembiraan mereka. Pikirannya terus kembali ke masa lalunya yang kelam, ke kehidupan yang telah dia tinggalkan di dunia lain.

Ting!

Layar statusnya berkedip, menampilkan pengingat yang tidak diinginkan:

Peringatan! Karma Anda telah menurun secara signifikan.

Level Karma: Netral

Efek: NPC tertentu mungkin akan bersikap tidak ramah atau bahkan memusuhi Anda. Beberapa quest mungkin tidak tersedia untuk Anda.

Notifikasi itu seperti tamparan keras di wajahnya. Erik tahu bahwa dia telah melakukan banyak hal yang mengerikan di masa lalunya. Dia telah membunuh banyak orang, beberapa di antaranya tidak bersalah. Dia telah menghancurkan keluarga dan meninggalkan jejak kesedihan dan penderitaan di belakangnya. Dia telah menjadi monster yang dia benci.

Dia mengepalkan tangannya, merasakan kemarahan dan frustrasi yang membara dalam dirinya. Dia membenci dirinya sendiri atas apa yang telah dia lakukan, tetapi dia juga tidak bisa menyangkal bahwa dia menikmati sensasi perburuan, adrenalin yang mengalir di nadinya saat dia mengalahkan musuh-musuhnya.

Erik memejamkan mata, mencoba untuk mengendalikan emosinya. Dia tahu bahwa dia tidak bisa terus hidup di masa lalu. Dia harus fokus pada masa kini, pada tujuan barunya. Dia harus menemukan cara untuk menebus dosa-dosanya dan menggunakan kemampuannya untuk kebaikan.

Dia membuka matanya dan melihat ke arah Pedang Api yang tergeletak di sampingnya. Bilahnya yang berkilauan memantulkan cahaya bulan, menciptakan ilusi api yang menari-nari di permukaannya. Erik mengambil pedang itu dan mengamatinya dengan saksama. Dia melihat ukiran rumit di gagangnya, menggambarkan seekor naga yang sedang mengepakkan sayapnya.

Ting!

Layar statusnya berkedip, menampilkan informasi tentang pedang itu:

Nama: Pedang Api

Jenis: Senjata Legendaris

Deskripsi: Pedang yang ditempa dengan api naga. Memberikan kerusakan api tambahan.

Kekuatan: +20

Efek: Serangan Api (Lv. 3)

Kemampuan Khusus: Pemanggilan Roh Api (Lv. 1)

Erik teringat akan kemampuan khusus pedang itu, kemampuan yang belum pernah dia gunakan sebelumnya. Dia bertanya-tanya apakah roh api itu bisa membantunya menemukan jalan yang benar, jalan menuju penebusan.

Dia memutuskan untuk mencobanya. Dia menggenggam erat gagang pedang itu dan memfokuskan pikirannya. Dia membayangkan api yang membara, api yang melambangkan kemarahan dan kekuatan, tetapi juga api yang bisa membersihkan dan memurnikan.

Ting!

Sebuah suara bergema di kepalanya, "Aku mendengar panggilanmu, manusia."

Erik membuka matanya dan melihat sesosok makhluk yang terbuat dari api berdiri di hadapannya. Makhluk itu memiliki bentuk seorang wanita, dengan rambut api yang berkibar-kibar dan mata yang menyala seperti bara. Dia mengenakan jubah api yang berkilauan, dan kulitnya tampak seperti lava cair yang mengeras.

"Siapakah kau?" tanya Erik, suaranya bergetar karena kagum dan ketakutan.

"Aku adalah Pyra, Roh Api," jawab makhluk itu dengan suara yang dalam dan berwibawa. "Aku telah terikat dengan pedang ini selama berabad-abad, menunggu seseorang yang layak untuk menggunakan kekuatanku."

Erik menatap Pyra dengan mata terbelalak. Dia tidak percaya bahwa dia telah memanggil roh yang begitu kuat.

"Apa yang bisa kulakukan untukmu?" tanya Pyra.

Erik ragu-ragu sejenak. Dia tidak tahu harus berkata apa. Dia hanya tahu bahwa dia membutuhkan bantuan.

"Aku... aku tersesat," katanya akhirnya. "Aku tidak tahu harus berbuat apa."

Pyra tersenyum. "Aku tahu," katanya. "Aku bisa merasakan konflik dalam dirimu. Kau adalah seorang pembunuh, tetapi kau juga memiliki potensi untuk menjadi pahlawan. Kau harus memilih jalanmu sendiri, Erik. Tapi ingatlah, api bisa menghancurkan, tetapi juga bisa menerangi jalan."

Erik mengangguk perlahan. Dia mengerti apa yang dimaksud Pyra. Dia harus memilih jalannya sendiri, jalan yang akan membawanya menuju penebusan.

Dia mengucapkan terima kasih kepada Pyra dan berjanji untuk menggunakan kekuatannya dengan bijak. Pyra mengangguk, lalu menghilang dalam sekejap api.

Erik berdiri sendirian di atap, menatap ke arah Ebonhollow yang masih bermandikan cahaya. Dia merasa lebih tenang dan lebih fokus. Dia telah menemukan tujuan baru dalam hidup, tujuan yang akan membimbingnya di jalan yang benar.

Dia adalah The Wraith, sang pembunuh bayangan. Tapi dia juga Erik, sang pelindung. Dia adalah dua sisi dari mata uang yang sama, dua kekuatan yang saling bertentangan namun saling melengkapi. Dia akan menggunakan kedua kekuatan itu untuk kebaikan, untuk menciptakan dunia yang lebih baik.