Keesokan harinya, saat matahari baru saja terbit, Veridia berada dalam keadaan siaga tinggi. Setelah memperkuat kepercayaan dan ikatan di antara mereka, Elara, Kael, Lyra, dan Seraphine siap melanjutkan penyelidikan mereka. Mereka tahu bahwa musuh tidak akan tinggal diam, dan mereka harus mengambil inisiatif untuk mengungkap rahasia di balik serangan ini.
Sebuah laporan tiba di istana dari seorang penjaga yang berada di perbatasan. Dia melaporkan melihat sekelompok pria bertopeng bergerak cepat ke arah hutan di luar Veridia. Elara dan timnya segera memutuskan untuk mengejar mereka, berharap menemukan petunjuk lebih lanjut tentang identitas dan tujuan musuh.
Mereka bergerak dengan cepat, menunggang kuda melewati jalan setapak yang berkelok-kelok menuju hutan. Angin pagi yang segar dan sinar matahari yang hangat tidak mampu mengusir rasa tegang yang menyelimuti mereka. Mereka tahu bahwa waktu adalah hal yang sangat berharga.
Di tengah perjalanan, Finn bergabung dengan mereka, menawarkan bantuan dengan kemampuan pelacakannya yang luar biasa. "Aku akan memimpin jalan," kata Finn sambil memeriksa jejak yang hampir tak terlihat di tanah. "Mereka tidak jauh di depan kita."
Mereka mengikuti Finn melalui hutan, bergerak dengan hati-hati namun cepat. Suara langkah kuda mereka hampir tak terdengar di bawah deru angin dan desau dedaunan. Elara merasa adrenalin mengalir di dalam dirinya, siap untuk menghadapi apa pun yang akan mereka temui.
Setelah beberapa waktu, mereka mendekati sebuah tebing yang curam, tempat di mana jejak pria bertopeng itu menghilang. Finn berhenti sejenak, memeriksa sekeliling dengan cermat. "Mereka pasti turun ke sana," katanya, menunjuk ke arah celah di tebing.
Elara mengangguk. "Kita harus mengikuti mereka. Berhati-hatilah, ini mungkin jebakan."
Mereka turun perlahan ke dalam celah, menjaga kewaspadaan tinggi. Tepat saat mereka mencapai dasar, sekelompok pria bertopeng muncul dari bayang-bayang, menyerang tanpa peringatan.
Pertarungan itu segera pecah dengan kekerasan. Elara menggunakan bayangannya untuk menyerang dari berbagai arah, sementara Kael dan Finn bertarung dengan pedang mereka. Lyra dan Seraphine berada di belakang, menggunakan sihir mereka untuk memberikan dukungan dan penyembuhan.
Pertarungan di dasar tebing itu berlangsung sengit. Pria bertopeng itu tampaknya lebih terlatih dan lebih kuat dari yang mereka duga. Elara dan timnya berjuang keras, mencoba mencari celah untuk mengalahkan mereka.
Di tengah kekacauan, Elara melihat seorang pria bertopeng yang tampaknya menjadi pemimpin kelompok itu. Dia berteriak kepada timnya, "Fokus pada pemimpin mereka! Jika kita bisa mengalahkannya, yang lain mungkin akan mundur."
Kael mengangguk dan bergerak cepat menuju pemimpin pria bertopeng itu, menyerang dengan kekuatan dan ketepatan yang luar biasa. Pemimpin itu menangkis serangan Kael dengan mudah, menunjukkan keterampilan yang mengesankan.
Elara bergabung dengan Kael, menggunakan bayangannya untuk menciptakan serangan ganda. Mereka bekerja sama dengan sangat baik, menyerang dari berbagai sudut. Pemimpin pria bertopeng itu mulai terlihat kewalahan, tetapi dia tidak menyerah begitu saja.
"Aku tidak akan membiarkan kalian menghalangi rencana kami!" teriak pemimpin itu dengan marah, meluncurkan serangan balik yang kuat.
Elara dan Kael berhasil menghindari serangan itu dengan susah payah. Mereka terus menekan, menggunakan setiap keterampilan dan kekuatan yang mereka miliki. Akhirnya, dengan satu serangan gabungan yang sempurna, mereka berhasil menjatuhkan pemimpin pria bertopeng itu.
Melihat pemimpin mereka jatuh, pria bertopeng lainnya mulai mundur dengan cepat, melarikan diri ke dalam bayang-bayang hutan. Elara dan timnya tidak mengejar mereka, memilih untuk memeriksa pemimpin yang terluka parah.
"Kau tidak akan bisa menghentikan kami," kata pemimpin itu dengan suara lemah. "Rencana kami sudah berjalan. Kalian hanya catur dalam permainan yang lebih besar."
Elara menatap pria itu dengan tajam. "Siapa yang mengendalikanmu? Apa yang mereka inginkan?"
Pemimpin itu hanya tersenyum samar sebelum menghembuskan napas terakhirnya. Elara merasa frustrasi, tetapi dia tahu bahwa mereka telah membuat kemajuan.
"Kita harus melaporkan ini kepada Raja Alistair," kata Kael. "Dan kita harus bersiap untuk serangan berikutnya. Ini belum selesai."
Elara mengangguk, merasa tekad yang semakin kuat. "Kita akan terus melawan. Dan kita akan menemukan siapa di balik semua ini."
Dengan semangat baru dan rasa kepercayaan yang tumbuh di antara mereka, Elara dan timnya kembali ke Veridia, siap menghadapi ancaman yang lebih besar dan lebih gelap. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang, tetapi dengan kepercayaan dan persahabatan, mereka yakin bisa mengatasi segala rintangan yang menghadang.