Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

|He's| Mr. Right

Angelaaas1
--
chs / week
--
NOT RATINGS
1.1k
Views
Synopsis
Aku memang selalu bertemu dengan orang-orang menyebalkan, tetapi siapa sangka aku justru terjebak dalam hubungan aneh dengan pria yang memaksa ku menjadi miliknya. "Mulai hari ini, hanya aku yang kau layani, tidak yang lainnya," "What the F—?" Aku merasakan benda kenyal di bibirku. Bersamaan dengan itu suara berat berbisik di telinga ku. "Watch your word, Lady,,"
VIEW MORE

Chapter 1 - 1. Bar

Suara bass musik memenuhi ruangan gelap dengan pencahayaan remang-remang. Aku dapat melihat ada begitu banyak manusia-manusia yang haus hiburan sedang melenggak-lenggokan tubuh mereka yang beragam bentuk itu. Sedangkan, aku sedang mengelap gelas berbentuk panjang menggunakan lap yang selalu berada di tanganku.

Selagi memperhatikan orang-orang yang sedang menari gila, aku mendengar suara berat dan penuh menggoda dari depan meja bartender.

"I didn't see you before, are you new?"

Aku mengalihkan pandanganku tertuju padanya. Aku dapat melihat seorang pria tampan dengan celana hitam dan kemeja putih yang dilipat setengah dan kancing yang sengaja di buka beberapa. Lumayan menarik.

"Iya benar, ingin pesan apa, sir?" Aku sengaja menekankan sapaan ku padanya. Cara biasa agar pelanggan membeli minuman.

Dia menatapku sebentar lalu berkata. "Vodka with ice,"

"On your way, sir," aku segera menyajikan minuman yang dia inginkan.

Tidak perlu waktu lama bagiku untuk menyiapkannya, apalagi minuman ini cukup sering di pesan orang selama aku bekerja di sini.

"Silakan di nikmati, Tuan." ucapku lalu beralih pada pelanggan lain.

Cukup lama aku menyajikan minuman untuk pelanggan-pelanggan lain, malam ini club dipenuhi orang-orang. Aku pikir, mereka semua orang yang memiliki masalah hingga melampiaskannya di tempat ini.

Hingga beberapa waktu berlalu, tersisa aku dan pria tampan tadi di meja bartender seperti di awal.

"Kau menyukai pekerjaanmu?"

Tidak aneh jika dia bertanya. Karena aku sering mendengar pertanyaan ini. Apa aku menyukainya? Apa itu perlu di pertanyakan?

"I don't have idea, sir,"

Aku dapat mendengar suara tawanya yang berat.

"Lalu, bagaimana kau bisa berakhir di sini?"

"Saya butuh uang, apa lagi alasan yang lebih baik dari itu?"

Sekali lagi aku mendengar suara tawanya. Aku pikir, aku mulai familiar dengan suara tawa itu. Berat dan serak tetapi membuat nagih.

"Itu benar, tetapi apa alasannya?"

"Itu bukan urusan Anda, mengapa Anda harus mengetahuinya?" balasku acuh tak acuh.

Sekali lagi suara tawa itu terdengar. "Kau wanita yang keras. Ceritakan padaku,"

"Dan Anda pria keras kepala?"

Kali ini tawanya semakin besar. "Aku anggap itu sebagai suatu pujian, tetapi aku tetap meminta jawaban,"

Aku memutar mataku kesal.

"Apa itu sikap yang pantas bagi seorang bartender kepada pelanggannya?" Balasnya mengkritik ku.

Sial. Aku mulai tidak suka pria ini. Tetapi aku harus menahannya.

"Saya butuh uang, karena itu aku bekerja di sini. Di dunia yang keras ini, sulit bagi saya mendapatkan pekerjaan, untung saja tempat ini menerima saya,"

"Tetapi kau bisa mencari pekerjaan lain?"

Itu benar.

"Tetapi ini yang menerima saya, Tuan. Tolong berhenti mengulik kehidupan pribadi saya,"

Dia mengangguk-angguk sebentar.

"Apa kau pernah bersekolah?"

Sial. Apa dia merendahkan ku?

"Apa Anda merendahkan saya?"

Dia menyeringai. "Bukan seperti itu, aku lihat beberapa orang yang bekerja di sini karena tidak sekolah atau tidak mampu,"

Sial. Pria ini sangat menguji kesabaran ku. Aku sangat ingin menjatuhkan pukulan keras di wajahnya itu.

"Jangan merendahkan orang hanya Karana perspektif Anda! Di sini ada yang berpendidikan juga!"

Dia tertawa renyah. "Relax, girl. Aku tidak ingin memercikan api,"

Tidak memercikan api katanya? Apa dia yang bodoh atau aku?

Aku menghela napasku.

1

2

3

Mari tenangkan hati dan pikiran. Ini hanya cobaan saja. Aku berusaha untuk menahan emosi ku dan berusaha agar tetap sabar.

Aku memberikan senyuman penuh paksa. "Maafkan saya tuan yang menyalahartikan ucapan Anda," balas ku.

Dia terlihat tertawa geli melihat ku. Sungguh menjengkelkan. Setelah puas tertawa, dia berhenti dan menatap ku yang sedang mengipasi leherku karena suhu ruangan yang terasa panas akibat emosi ku yang berusaha aku tahan.

"Apa kau selalu menggunakan pakaian seperti itu?" Tanyanya sambil menatap kostum kelinci yang sedang ku kenakan dengan tatapan gelapnya.

Cih, dasar pria hidung belang. Mengapa aku harus berurusan dengan pria-pria semacam ini? Apa dia tidak malu memperlihatkan tatapan penuh nafsunya itu?

"Terkadang, sir." Balasku acuh tak acuh kembali. Aku mengambil gelas dan berusaha mengalihkan rasa kesalku.

"Sangat menyayangkan untuk seseorang seperti mu bekerja di tempat ini,"

Aku pun berpikir seperti itu, tetapi ini hanya sebentar.

"Apa kau tahu arti kalung yang kau kenakan itu?"

Tentu aku tahu. Aku tidak bodoh.

"Yes, sir."

Dia terlihat membasahi bibir bawahnya.

Dia menatapku cukup lama. "Mulai hari ini, hanya aku yang kau layani, tidak yang lainnya,"

"What the F—?" Aku secara spontan mengumpat. Aku tidak terpikirkan akan itu.

Aku merasakan benda kenyal di bibirku. Bersamaan dengan itu suara berat berbisik di telinga ku. Gerakannya sangat cepat. Sial? Aku kecolongan.

"Watch your word, Lady,"

"Tolong jaga batasan Anda! Saya bukan wanita penghibur di bawah sana!" Balasku merasa terhina.

Dia tertawa renyah. Sungguh menyebalkan. "Benar, kau bukan. Tetapi mari kita buat kesepakatan,"

Ekspresi wajahku mulai rileks ketika mendengar ucapannya. Kesepakatan? Kesepakatan apa yang dia inginkan.

"Kesepakatan apa, sir?"

Dia terlihat menyeringai. "Aku membayarmu, tetapi cukup layani aku,"

"Maksud Anda?!"

"Chill, girl. Kau hanya perlu membuatkan ku minuman, tetapi jangan layani orang lain,"

Aku terdiam. Sebenarnya kesepakatan ini cukup menguntungkan untukku. Ah tidak—aku pikir sangat menguntungkan. Aku dibayar dan hanya perlu membuatkan dia minuman. Bukankah itu adil?

"Berapa banyak?"

Dia kembali menyeringai. "Berapa harga yang kau inginkan?"

Apa dia sedang mempermainkan ku? Mari lihat apakah dia sanggup membayar ku.

"How about one billion, sir? Can you afford that?" balasku dengan tatapan merendahkannya.

Aku dapat melihat wajahnya sedikit kaget mendengar angka itu. Mungkin dia tidak mengira aku akan menyebut angka sebanyak itu.

Dia tertawa renyah kembali sambil menyeringai. "Kau menarik, such as golddigger. Tapi aku menyukainya, baiklah! One billion. Aku akan mengirimnya, sebagai gantinya, berhenti bekerja di sini dan ikut dengan ku,"

Sekarang aku yang terkejut. Bagaimana mungkin dia dengan mudah menyetujuinya? Aku pikir, aku bermain-main dengan orang yang salah.

Dia terlihat mengotak-atik ponselnya sebelum kembali menatapku dengan intens sambil menyeringai. Dia berdiri lalu berjalan masuk ke area bartender lalu menarik daguku.

"This is gonna be fun, sweetheart,"

Selagi aku menyerap ucapannya, aku kembali dikejutkan dengan tindakannya yang tidak terduga. Pria ini dengan mudah mengangkat tubuhku, maksud ku menggendongku. Sial! Apa yang dia lakukan??!

"Apa yang kau lakukan??!"

"Shut up, girl. Jangan membuat ku kesal, karena kau menyetujuinya, kau harus diam dan mengikuti kemauanku,"

"Sejak kapan aku setuju gila?!"

"Sejak aku mengirim uang ke bosmu,"

"WHAT?!!"

"Kau penipu kecil yang seksi," balasnya sambil membasahi bibir bawahnya.

Sial! Apa rahasiaku ketahuan?!!!