Chereads / Love~Want To Be Restored / Chapter 5 - Pria hangat, Eldwin

Chapter 5 - Pria hangat, Eldwin

Aku cukup lama didalam mobil, namun entah mengapa Ethan tak berniat segera masuk ke dalam mobil, rasanya dia tengah menenangkan diri.

Selagi aku menunggu Ethan agar segera masuk ke mobil, gerbang pagar membuat beberapa suara. Aku dan Ethan menoleh dan melihat sebuah mobil hitam menuju ke arah kami. Tepat di sebelah kami mobil itu terhenti, seorang pria dengan tubuh ramping dengan kemeja keemasan keluar dari mobil dan berjalan tegap menuju kearah kami. Pria itu memiliki alis yang panjang, hidung tinggi yang mancung, dan bibir yang tipis dengan garis agak tajam. Pria itu sedikit tersenyum hangat dan suaranya terdengar ramah.

"Kau rupanya juga disini Ethan."

Pria itu melirik ke arahku, dia sedikit membungkukkan badannya dan mendekatkan wajahnya padaku. "Oh, juga ada Amilie."

Pria itu kembali berdiri tegap. "Tak ku sangka melihat kalian disini!"

Sinar mentari menyoroti wajah pria itu hingga kontur wajahnya menjadi siluet ramping. Saat ia mengangkat tangannya untuk menyapa kami, keanggunannya terpancar.

Ethan sedikit memicingkan matanya. Mata hitamnya memandang pria itu lekat dan semakin lekat. Suaranya yang rendah dan dingin mulai terdengar. "Kau sungguh berkata demikian pada anak dan menantu dari pemilik rumah ini?!"

Pria itu menyentuh pundak Ethan, ia melihat Ethan dengan ekspresi wajah pura-pura marah, lalu tertawa dengan suara kecil dan berkata, "Ayolah Ethan jangan terlalu serius,"

"Sebagai saudara dari nenek yang sama harusnya kau menyambut ku Ethan, bukankah begitu Amilie." pria itu cemberut melihat kearah ku, juga tiba-tiba meminta untuk membenarkan kalimatnya.

Sekarang aku ingat dia Eldwin anak dari adik Ayah Ethan. Eldwin lebih muda tiga tahun dari Ethan. Sekian lama tak melihatnya aku terkejut dengan perubahannya yang banyak dan yang ku dengar diusianya sekarang dia belum menikah. Dari yang teringat, aku maupun Ethan tak begitu dekat dengannya.

Rencana untuk segera pulang tertunda, aku turun dari mobil. Bagaimanapun aku tak mungkin mengabaikannya dan tetap mengajak Ethan pulang tanpa berbincang dengan pria itu lebih dulu.

Aku sedikit merendahkan pandangan, dan tak berniat memihak. "Jangan membawa-bawaku, selesaikan berdua sebagai saudara."

"Aku bersedih Amilie tidak mendukungku,"

Eldwin sibuk mencari-cari sesuatu, rasanya dia mencari hal yang kurang. "Ngomong-ngomong dimana Evans, dia tak bersama dengan kalian?!"

"Dia ada disekolahnya," jawab Ethan sembari menepis tangan Eldwin yang masih menyentuh pundaknya.

Eldwin menatap sepintas tangannya yang baru saja di tepis oleh Ethan, dia terlihat terbiasa dengan sikap Ethan. "Sayang sekali padahal aku ingin bertemu dengannya dan memberi banyak ciuman."

Eldwin yang tumbuh bersama dengan Ethan saat kecil tentu saja tak akan memusingkan perlakuan dingin Ethan. Dan sikap ramah dan positifnya menghapus segala pikiran buruk dari sekelilingnya. Dulu ku pikir Ethan hanya bersikap kaku padaku namun dia juga melakukannya pada orang yang cukup dekat dengannya. Sikap Ethan sungguh tak menyenangkan.

Sayang sekali pria hangat seperti Eldwin bertabrakan dengan sikap dingin Ethan, aku tak ingin nantinya pria itu juga muak dengan sikap dari saudaranya itu. 

"Kau bisa melakukannya nanti setelah Evans pulang." aku sekadar bicara.

"Aku penasaran dengan keponakanku itu. Baiklah, ku pikir kalian hendak kembali pulang. Aku kesini ingin menemui Bibi, begitu lama tak melihatnya aku sedikit merindukannya. Ah! udara di kota ini menyegarkan. Kalian tahu aku cukup bosan berlama di Australia."

Aku menyunggingkan senyum dengan canggung dan mencoba menanggapinya lagi, "Kau benar, namun ku beri tahu berdiam di rumah berkali-kali lipat lebih membosankan."

Ada sedikit kepedihan di mata yang dengan mudah ditangkap oleh Eldwin. Kemudian, dia menepuk tanganku dengan sedikit prihatin, "Rumor tidak selalu benar, dan melihat kalian bersama seperti ini membuat ku yakin kalian baik-baik saja." dia tersenyum dengan hangat.

Aku membeku, sejauh mana rumor itu tersebar. Hingga Eldwin yang jauh juga mengetahuinya?

Ethan menarik tanganku lembut dari sentuhan Eldwin. Dia menatapku dengan wajah yang bersedih. Aku tak mengerti mengapa dia memasang wajah seperti itu.

Setelah menatapku lama dengan ekspresi sedih, dia melihat kearah Eldwin dengan tatapan kejam dan tegas. Rahangnya mengeras, "Kau tidak sopan menyentuh tangan istri orang dihadapan suaminya."

Senyum di mata Eldwin semakin dalam, ia menatap wajah Ethan untuk waktu yang lama, "Jika kau tak ingin tangan istrimu jatuh ke orang lain, maka gengamlah dia lebih dulu."

Ethan hanya terdiam karena kehilangan kata-kata. Ia hanya menatap Eldwin dengan dingin dan mengerutu dalam hati, Eldwin benar. Dialah yang abai selama ini.

"Mengapa hanya diam? Mungkinkah yang ku katakan benar, kau membiarkan tangan lembut istrimu itu berdebu tanpa kau sentuh…" awalnya dia hanya bercanda, namun tak disangka reaksi Ethan mengejutkannya.

Tiba-tiba wajah Ethan berubah muram.

Ironis, aku mencibir dalam hati. Bahkan orang yang jarang berinteraksi dan baru bertemu dengan mudah mengetahui kondisi yang sebenarnya. Ku lirik tangan ku yang digengam oleh Ethan, aku ingin menepisnya. Namun, tindakanku itu hanya akan membuat Eldwin semakin yakin bahwa kami tak harmonis. Untuk sekarang aku belum memiliki rencana dan tempat jika kami benar-benar retak.

Ethan tampaknya mengikuti permintaan Ibunya untuk menunjukan bahwa kami tak berseteru karena rumor itu. Maka aku memilih mengikuti alur yang coba dia buat.

Bibir ku melengkung indah, meski hati terasa perih. Mulut ku terbuka, "Suamiku terlalu kaku dan kikuk, kau tahu itu lebih dari pada aku."

Eldwin mengeleng-gelengkan kepalanya, "Sayang sekali kau terjebak dengan pria kikuk ini."

"Oh, aku mengerti sekarang mengapa ada rumor itu. Karena ada asap maka ada api, dan itu ulahnya sendiri."

Ethan hanya menghadapi Eldwin yang tak menyembunyikan antusiasisme dalam menganggunya. "Kau begitu baik memberikan perhatian pada istriku, namun jauh lebih baik jika kau memiliki pasangan dan mencurahkan perhatianmu padanya."

"Yah, sayangnya aku memiliki ketakutan jika menikah dan berprilaku buruk padanya. Dan aku belum menemukan wanita yang sabarnya seluas samudra seperti istrimu."

Mata Ethan menunjukan peringatan yang keras. Seakan jika Eldwin terus berkata hal yang menganggunya, dia akan menelan nyawanya.

Merasa situasi mencekam dan pembicaraan serius yang dianggap berlebihan Eldwin hanya bisa tersenyum kaku, dia tak berdaya dan menghentikan celotehnya. Dia tak ingin berurusan lebih dengan Ethan. Karena baginya Ethan pria yang tak mudah.

Aku ingin segera menyudahi perbincangan ini. Jika terus berlanjut situasi akan menegang. "Mampirlah ke rumah kami setelah kau melepas kerinduan dengan Ibu." ucapku.

Eldwin mengangguk dengan sopan, "Dengan senang hati aku akan memenuhi undangan kalian." Lantas dia segera berbalik dan pergi menuju tujuannya.

Hal sulit akhirnya terlewati, Eldwin begitu berani menyinggung permasalahan kami. Huh! Rasanya kepalaku kian berdenyut hebat.

Genggaman Ethan melonggar, ku tarik tanganku. Sembari berkata, "Banyak hal terjadi hari ini, Aku lelah dan ingin segera merebahkan tubuh di kasur lembut." lantas kembali masuk ke dalam mobil.

Akhirnya, Ethan mengerti dan mengikuti ku masuk ke dalam mobil.