Chereads / Bloody Line: Under The Drop of Blood / Chapter 305 - Chapter 305 Not a Faded

Chapter 305 - Chapter 305 Not a Faded

Hari tertentu, Neko akhirnya perlahan membuka mata miliknya, melihat langit-langit rumah sakit dengan samar-samar, lalu mencoba bangun dengan memegang keningnya.

"Amai..." panggil pelan Felix yang rupanya duduk di sampingnya, memegang tangannya dari tadi.

Neko terdiam, tapi Felix berdiri dan memeluknya, membuat Neko terkejut.

"Kau akhirnya bangun..."

"...Sudah... berapa lama aku... berbaring?"

"28 hari."

Neko terdiam, ia memegang perutnya yang kecil, yang sudah tak lagi berisi.

"Mereka sudah lahir dengan sangat sehat... perempuan dan laki-laki," kata Felix. Tapi Neko masih terdiam, membuat Felix juga terdiam.

"(...Amai...)" Felix memegang pipi Neko lalu mencium bibirnya.

"Percayalah padaku... aku sudah mengatasi semuanya, mereka berdua selamat," kata Felix.

Tapi tiba-tiba, Neko terlihat perlahan menangis, membuat Felix terdiam tak percaya.

"Amai... maafkan aku..." Felix juga cemas, ia mendekat, menempelkan keningnya ke kening Neko.

"Kenapa kau minta maaf?" Neko menatap sambil menangis, tak tahu apa alasannya.

"Aku gagal melindungi Hwa, dia benar-benar terluka. Wanita itu membawanya pergi dan membuatnya begini," kata Felix dengan menyesal.

"Apa?! Lalu bagaimana dengan Hwa sekarang?! Aku ingin melihatnya! Dia masih hidup, kan?!" Neko mulai panik karena sebelumnya dia tidak tahu hal itu.

"Jangan khawatir, dia selamat dan sudah kembali tersenyum seperti dulu," balas Felix.

"Huf, syukurlah... aku tahu kau bisa mengatasinya," Neko menghela napas panjang. Tapi Felix tetap menatapnya dan seketika kembali memeluknya.

Neko terdiam, tapi ia perlahan mengangkat tangannya memeluk Felix juga. Di saat itu juga, di belakang Felix ada roh dari Liza, kakak dari Felix. Dia tengah tersenyum di sana, setelah itu menghilang saat Felix menatap Neko.

"Amai? Ada apa?" Felix menatap bingung Neko yang fokus pada sesuatu di belakangnya.

"Ah, tidak apa-apa. (Rupanya benar, aku harus memeluknya untuk menemui kakaknya,)" balas Neko.

Tapi Felix terdiam, ia lalu menoleh ke belakang yang dilihat Neko, tapi ia tak melihat apa pun.

"Hei, kau..." Neko menjadi menarik kerah baju Felix untuk mendekat dan menatapnya. "Tuan Felix, kau sangat baik... Bisakah aku mengatakan sesuatu padamu?" tatap Neko. Nada Neko benar-benar nampak menggoda.

"..." Tapi Felix masih terdiam tak mengerti.

"Aku tahu, kau benar-benar pria yang setia, aku tahu kau pria yang berani, dan aku tahu kau pria yang bisa memberiku kasih sayang, jadi terima kasih. Aku cinta padamu," kata Neko. Seketika mata Felix terkejut tak percaya. Ia dengan cepat memeluk Neko. "Kau... akhirnya kau mengatakannya," kata Felix sambil memeluk Neko erat.

Dari balik punggung Felix, Neko malah bisa melihat bahwa roh Liza ada di sana. Ia tersenyum mengacungkan jempol pada Neko.

"Kau mau melihat... bayi kita?" tawar Felix.

"...Aku ingin," balas Neko.

"Tapi sebelumnya, berikan aku ciuman," Felix mendekat.

"Oh... baiklah," Neko tidak menghindar, dia mendekat mencium bibir Felix. Felix terbawa suasana itu dengan memegang pinggang Neko dengan erat dan ciuman yang masih berlangsung.

Tapi ponsel Felix tiba-tiba berbunyi, membuatnya melepas ciuman itu dan mengangkatnya di tempat. Neko hanya terdiam dengan kepalanya yang menempel di tubuh Felix dengan wajah bingung.

"Tuan Felix... Anda harus kemari," kata Kim yang rupanya menghubunginya.

"Ada apa?" tanya Felix.

"Saya tidak mau mengganggu, jadi saya menunggu di depan ruangan nona Neko," kata Kim. Felix terdiam lalu mematikan ponselnya dan menatap Neko. "Aku akan pergi sebentar..." Ia menatap lalu mengecup kening Neko dan berjalan pergi.

Neko terdiam melihatnya pergi, ia lalu melihat sekitar, berniat mencari Liza, tapi tak ada. "(Apa dia akan muncul saat aku bersama dengan Felix?)"

Felix membuka pintu darurat tangga di rumah sakit itu dan keluar melihat Kim sudah ada di luar. "Tuan Felix," tatap Kim.

"Ada apa?"

"...Saat aku dan Acheline menelusuri jejak milik nona Nalika, kami menemukan sebuah tanda V di beberapa orang suruhan yang kami habisi. Tanda V itu, setelah aku teliti, memang milik organisasi Viktor," kata Kim. Seketika Felix terdiam berpikir.

"(Dia lagi, apaan ini yang dimaksud wanita itu akan ada orang yang membalas dendamnya jika dia mati... Viktor telah membuat pernyataan yang buruk.) Tetap awasi itu, laporkan setiap pergerakan yang kau lihat di organisasi Viktor," kata Felix.

"Baik, aku mengerti, aku juga telah menugaskan dua orang baru itu," Kim membungkukkan badan. "...Anu, apa nona Neko sudah bangun?" tanya Kim.

"Pergilah dan lakukan tugasku," balas Felix, ia seperti tak mengizinkan Kim melihat Neko.

"B... Baik, aku mengerti," Kim kembali membungkukkan badan dan berjalan pergi.

Sementara itu, Neko masih duduk di ranjangnya, dia masih ingat dengan gadis yang mengaku sebagai kakak Felix itu. "(Aku tidak tahu... kenapa aku tidak bertanya solusi pada dia... Tapi dia terus mengatakan bahwa aku tak boleh pergi meninggalkan semuanya sendirian...)"

"Halo..." Seseorang kemudian membuka pintu ruangan Neko, Neko menoleh dari duduknya dan rupanya itu Sheo Jin.

"Halo gadisnya Felix," dia menyapa dengan ramah dan mendekat.

Neko masih terdiam bingung kenapa dia ada di sana.

"Oh... Lihat... Wajahmu kembali pucat... Apa sakit... Melahirkan sakit, kah? Oh, maaf ya, aku bertanya seperti ini... Mungkin aku belum punya bayi, haha bercanda... Ngomong-ngomong, kau beneran baik, kan?" tatap Sheo Jin.

"Aku baik-baik saja, terima kasih sudah bertanya," balas Neko dengan masih formal padanya.

"Oh, baguslah... Aku senang... Dan selamat atas kelahiranmu... Ya ampun... Aku bahkan belum bertemu bayi mu karena sibuk membantu pekerjaan Felix itu... Kaan yah... Oh, di bar itu... Aku setelah itu pergi ke Las Vegas untuk bisnis dan aku pulang sekarang hanya untuk melihat bayi kecil-kecilku... ~ Jadi di mana mereka?"

"Tunggu sebentar, jadi kau kemari hanya untuk menemui mereka? Kau tidak perlu seperti itu."

"Aigo... Jangan khawatir... Aku~"

Tiba-tiba ponselnya berbunyi menyela pembicaraannya. "Oh, sebentar," dia mengambilnya dari dompetnya lalu melihat itu dari Felix. Sheo Jin melihat ke Neko lalu mengangkat ponsel itu sambil membelakangi Neko.

"Ada apa?"

"Kemarilah, aku belum memintamu masuk ke ruangannya, bukan?"

"Oh... Maaf, baiklah," Sheo Jin membalas lalu menutupnya. Ia kembali melihat Neko yang masih terdiam bingung.

"Gadisnya Felix... Jaga diri baik-baik, ada perlu sebentar aku... E... Tidak apa-apa, kan?"

"Ya," Neko mengangguk.

"Baguslah... Oh, ini untukmu... Aku pergi yah," Sheo Jin memberikan kotak kecil untuk Neko lalu berjalan pergi.

Neko membuka kotak itu dan ia sedikit terkejut karena itu sebuah jepit rambut asli dari China kuno.

"(I... Ini... Dia memberikan banyak uang pada pelelang dan memberikan barang mahal ini?!)"

Beberapa jam kemudian, Felix masuk ke ruangan Neko.

"Amai... Bagaimana kondisimu?"

"Aku baik-baik saja."

"Kau butuh sesuatu?"

"Aku... Ingin melihat bayinya... Ke mana mereka... Kau tahu, kan, aku menunggu dari tadi," tatap Neko dengan tatapannya, ia mencoba tak memasang wajah dingin itu.

". . . Aku tidak mungkin membiarkanmu berjalan ke sana," kata Felix, seketika ia menggendong Neko di dadanya. Neko terdiam, ia lalu meletakkan kedua tangannya di bahu Felix, ia bisa menerima tanpa adanya rasa canggung dan malu.

Lalu Felix membawa Neko ke ruangan bayi, rupanya kedua bayinya masih berada di rumah sakit.

Neko menoleh ke bawah dan berwajah dengan mata berkaca-kaca terpesona.

Ia melihat kedua bayi itu terbangun dengan sangat sehat, mereka sangat lucu dan manis.

"Mereka... Mata mereka?!" Neko terkejut tak percaya.

"Ini memang aneh Amai, tapi mereka lahir saja bukankah itu sudah baik. Aku tahu yang kau pikirkan, aku tahu apa yang kau takutkan soal masa depan mereka... Tapi lihatlah sisi baiknya...." tatapnya membuat Neko tampak tenang.

"(Mata mereka merah sejak lahir... Itu artinya mereka meneruskan garis darah... Bahkan langsung mereka berdua yang meneruskan.... Kupikir akan salah satu...)" pikir Neko dengan kembali cemas. Meskipun mata mereka berwarna merah, tapi mereka tetaplah bayi yang paling imut di sana.

Felix perlahan menurunkan Neko, Neko mengulur tangan pada bayi laki-lakinya, ia menggendongnya.

"Kau sangat manis, tak peduli apa warna mata milikmu.... Kau tetap bayi yang manis...." kata Neko, ia memeluk bayinya dan seketika air mata jatuh menetes ke pipi bayi itu. Bukannya takut atau menangis, bayi itu menjadi tersenyum dan bersemangat ketika bersama Neko. Warna kelopak mata merah sangat sama dengan warna mata Neko yang menambah kesan kemiripan.

"Oh, dia..." Felix menatap.

"Ada apa?" tatap Neko.

"Kau menggendong bayi laki-laki, bukan? Dia sebelumnya tak pernah tersenyum apalagi tertawa pada orang lain, sepertinya dia juga kurang tertawa padaku, dan sepertinya benar, dia lebih suka pada ibunya," kata Felix. Lalu Neko tersenyum kembali menatap bayinya lalu memeluknya.

Tapi tiba-tiba bayi perempuan yang ada di ranjang menjadi menangis, membuat mereka menoleh.

"Baiklah, ayah ada di sini," kata Felix sambil menggendong bayi manis itu. Seketika bayi itu terdiam tenang.

Kini Felix membawa bayi perempuannya dan Neko membawa bayi laki-lakinya.

Mereka berdua terlihat seperti pasangan yang bahagia, di saat itu juga kebetulan Hwa datang bersama Acheline.

"Ibuuuu... Ayah!" teriak Hwa senang melihat ibunya bangun langsung memeluknya.

"Hwa," Neko kembali menangis memeluk putranya.

"Ibu.... Mereka tak mengizinkan aku bertemu ibu karena aku masih kecil... Sekarang aku senang melihat ibu..." Hwa menatap.

"Kau menunggu ibu? Kau benar benar baik sekali..." Neko mencium pipi Hwa. Tapi ia baru sadar sesuatu. "Tunggu! Dimana kau terluka Hwa?!" tatapnya dengan panik mengingat perkataan Felix.

Hwa terdiam sebentar lalu tersenyum ketika melihat Felix, dia menunjukan dadanya. "Hati ku terluka dan tak bisa merasa nyaman karena aku terus memikirkan ibu.... Aku terluka sangat dalam di sini, tapi sekarang sudah sembuh karena melihat ibu..." tatapnya mencoba menghibur Neko.

Neko menjadi teediam, tapi ia tersenyum haru. "Hwa... Aku tahu kau lelaki yang kuat..." dia memeluk putranya dengan erat.

"Aww, benar-benar keluarga manis, bagaimana aku abadikan momen ini," kata Acheline, ia mengeluarkan ponselnya. Mereka lalu menatap ke kamera dan berfoto bersama di sana. Masalah kini telah terselesaikan dengan akhir yang bahagia.