LUKAS
Tantang dia. Sobek dia.
Gedebuk serigalaku memenuhi sebagian besar penerbangan pendekku ke White Peak, semakin mendekati pria yang telah merasakan pasanganku dengan cara yang seharusnya dia tak pernah bisa.
Telepon gue mati, karena gue nggak tau apa yang akan gue lakukan kalau dia telepon.
Bagian primitif gue marah, ingin menghantam gigi ke lehernya dan merobeknya, menikmati setiap tetes darah yang menyembur, puas mengetahui jiwanya telah meninggalkan dunia ini.
Tapi sisa diriku mengakui bahwa Clayton adalah teman dan sekutuku.
Apa yang harus gue lakukan dengan semua perasaan sialan yang menghambatku di dalam? Memiliki Ava kembali seharusnya membuat segalanya menjadi lebih mudah. Menjadikan segalanya sederhana.
Dalam ketidakhadiranku, akankah dia mulai meragukan kata-kataku?
Jika dia melihat Clayton, akankah dia memilihku ketimbang dia?
Gue nggak punya kepercayaan diri itu.