Kehadiran Selene membuat aku tidur pulas bagaikan orang mati. Terbangun di pagi hari di sebuah kamar di luar rumah sakit lebih menyenangkan daripada yang ingin aku akui kepada Clayton, setelah mencoba menolak apartemen ini.
Meregang malas, aku mengambil waktu sejenak untuk menikmati kemewahan tempat tidur ukuran raja, merasakan lembaran sutra yang menyentuh kulitku. Sebuah desahan puas terlepas dari bibirku saat aku berguling ke samping, hanya untuk mendapati diriku berhadapan langsung dengan tatapan biru tajam Selene.
"Pagi," gumamku, mengulurkan tangan untuk menggaruk di belakang telinganya.
Pagi, anak anjing. Ekor Selene berdetak di atas kasur sebagai sapaan. Tidur nyenyak?
"Layaknya batu." Panjang pandangan ku melihat kamar tidur mewah itu, mataku berhenti pada kursi empuk yang terletak dekat jendela dari lantai hingga langit-langit. "Akan butuh waktu untuk terbiasa tinggal di tempat seperti ini."