Dari raut wajah mereka semua, aku tahu mereka memikirkan hal yang sama denganku.
"Jadi, kita tidak hanya akan melawan musuh. Kita juga akan melawan teman-teman. Keluarga. Kekasih."
Suara saya datar dan terdengar jauh, kata-katanya seolah datang dari ribuan mil jauhnya.
"Mungkin," gumam Acarus sambil mengusap alisnya seraya menghela napas. "Tanpa mengetahui bagaimana mereka melakukannya, berapa lama waktu yang dibutuhkan, apa saja yang terlibat..."
Tapi telingaku tidak mendengarkan. Aku memikirkan kembali Suster Miriam dan bagaimana dia muncul tiba-tiba di kamarku untuk memberikan peringatan yang kriptik.
"Suster Miriam tahu apa yang mereka lakukan."
Acarus berhenti sejenak. "Dalam satu pengertian, iya."
Aku menatapnya dengan tajam. "Dia tahu apa yang mereka lakukan dan tidak pernah memberitahu kita."