Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Miss Arogan Dan Pemuda Pembuat Sepatu

🇮🇩Zodict_Zodict
--
chs / week
--
NOT RATINGS
3.9k
Views
Synopsis
Ini adalah kisah seorang wanita cantik dan sempurna, dia adalah seorang CEO perusahan yang besar, walaupun cantik, tetapi mempunyai kepribadian yang arogan dan tegas.. sampai akhirnya bertemu dengan laki-laki kampung yang kalem, taat dalam beragama, berkepribadian yang berbading terbalik dengan wanita arogan itu,.. akankah CEO arogan itu akan luluh dengan pemuda kampung yang santun..???
VIEW MORE

Chapter 1 - Bab 1. Tiba Di Jakarta

Aradea adalah pemuda Lugu dari Kampung yang baru saja tiba diKota, keinginannya meninggalkan Kampungnya adalah untuk mencari pengalaman dan memulai hidup mandiri.

"Bissmillah, moga lancar dan apa yg menjadi harapanku akan tercapai." Gumam pemuda itu setelah turun dari Bus.

Sambil berjalan, pemuda itu tak hentinya takjub dengan keadaan Kota Jakarta, melihat gedung-gedung yg menjulang tinggi dan ramainya orang-orang hilir mudik dengan kesibukannya.

KRUUUKKK....

Bunyi keroncongan perut Pemuda itu.

"Perutku meronta-ronta, sepertinya nagih jatah untuk diisi." Aradea sadar bahwa dari semenjak dia berangkat sampai tiba diKota, dia belum sempat lagi mengisi perutnya.

Melihat warung nasi dipinggir jalan, akhirnya Aradea memutuskan mampir untuk makan dan sejenak mengistirahatkan badannya.

"Mau makan disini atau di bungkus?" tanya seorang Ibu penjaga warung kepada Aradea.

"Makan disini Bu, lauknya sama telur ceplok,sambal juga ati ampela ya Bu." jawab Aradea.

Setelah makanannya siap untuk disantap, Aradea terlihat lahap dengan masakan warung nasi sederhana itu.

"Alhamdulillah, Kenyang sudah perutku, semuanya jadi berapa Bu?" tanya Aradea kepada Ibu pemilik Warung.

"Semuanya jadi 15 ribu." jawab Ibu warung.

"Ini uangnya Bu, oh iya Bu mau tanya, apa disekitar sini ada Kontrakan atau Kosan yg masih kosong dan harga sewanya murah?" Aradea berniat untuk mencari kontrakan untuk tinggal.

"Oh kebetulan, Ibu juga punya kosan dekat sini, harga sewa perbulannya pun murah, hanya 750 ribu, kebetulan ada kamar yg masih kosong, kalau mau, kamu Ibu antar kesana!."

"iya Bu, maaf jadi merepotkan, saya mau lihat-lihat kosan Ibu, sepertinya harga sewanya cocok buat kantong saya!."

"Tapi tunggu Putri Ibu datang dulu buat jagain warungnya ya, dia bentar lagi datang!." jawab Ibu pemilik warung.

"Oh iya Bu, Nepangkeun Nami Abdi Aradea" sambil menyodorkan tangannya aradea memperkenalkan diri.

Dengan mengerutkan dahi, Ibu warung itu sedikit tidak paham dengan apa yg d ucapkan Aradea.

"Oh maaf Bu, maksud saya, perkenalkan nama Saya Aradea, maaf kebiasaan dari Kampung Bu" sambil tersimpul senyum lembut, Aradea mengulangi perkenalannya.

"Hahaha, maaf Ibu ga ngerti bahasa daerah kamu, salam kenal juga nama Ibu Tanti, Ibu juga bukan asli dari Kota ini, asal Ibu dari Yogyakarta" jawab Bu Tanti merasa senang dengan keluguan Pemuda dari kampung itu.

Tidak lama terdengar kumandang Adzan Ashar terdengar mengalun.

"Alhamdulillah, maaf Bu, saya tinggal sebentar untuk ke Masjid, Saya Titip tas ransel saya ya Bu." ucap Aradea

"Iya silahkan." jawab Bu Tanti.

Sambil menatap punggung Aradea,Bu tanti merasa tersentuh hatinya dengan keluguan dan sopan santunnya aradea, dan juga dia tidak melupakan kewajibannya sebagai seorang Muslim untuk beribadah.

Tidak berselang lama akhirnya aradea kembali ke warung itu dan mendapati Ibu tantu sedang berbincang dengan gadis yg sepertinya seumuran dengannya.

"Assalamualaikum." ucap aradea

"Wa.alaikum salam." jawab serentak Bu Tanti dan gadis itu.

"Nak Aradea, kenalin nih Putri Ibu, namanya Lestari, panggilannya Tari, dia anak Ibu satu-satunya, setelah suami Ibu meninggal, cuman Tari yg tamanin Ibu."

"Salam kenal Tari, saya Aradea." jawab aradea sambil memandang ke arah Tari.

"salam kenal juga!." jawab singkat Tari

tapi tak hentinya Tari melirik dengan sudut matanya menelisik dari ujung rambut sampai ujung kaki Aradea.

"Tampan, juga sederhana tampilannya, sepertinya dia pemuda baik" gumam Tari dalam hatinya.

"Oh iya Nak Aradea, mari Ibu antar ke kosan Ibu, sekarang udah ada Tari yg jaga Warung." ucap Bu Tanti.

"Iya Bu." jawab singkat Aradea.

Sesampainya dikosan mereka masuk dan disambut oleh 3 orang pemuda, yg sepertinya mereka adalah penyewa kosan Ibu Tanti.

"Assalamualaikum." ucap Ibu Tanti

"Wa.alaikum Salam." jawab 3 pemuda serempak yg sedang kumpul di tengah ruangan sambil menonton TV.

"Kenalin nih ada penghuni baru kosan Ibu, dia baru datang tadi siang." ucap Ibu Tanti kepada ketiga pemuda itu.

Sambil tersenyum, Aradea melihat ke arah ketiga pemuda itu.

Tiba-tiba datang seorang menghampiri Aradea sambil menjulurkan tangannya.

"kenalin bro, nama aye Sandi Septian asli anak Betawi, Umur 28, Tinggi 170 cm, berat badan 60 kg, Hobi mancing, selamat datang di kosan Bu tanti yg cantik jelita janda tua yg masih segar bugar." cerocos Sandi sambil merangkul Aradea dengan penuh keramahan.

"Yg lagi duduk namanya Dion Permana, Dia keturunan Tionghoa-Jawa. dan yg lagi ngemil namanya Hendi Aghata asli Medan, dulu dia mengungsi ke sini karena Gunung Sinabung meletus." ucap Sandi kembali.

Plaak...

Suara geplakan tangan Hendi ke tangan Sandi.

"Sialan, dasar geblek.! maki Hendi yg hanya mendapat cengiran dari Sandi

"Selamat datang Bro, moga betah dikosan ini, jangan sungkan-sungkan sama kami." ucap Hendi.

Dion pun ikut bergabung dalam pembicaran dan tak lupa menyapa Aradea dengan senyum ramahnya.

sedikit terlibat perbincangan dari keempat pemuda itu, akhirnya Bu Tanti mengintrupsi mereka.

"Sudah-sudah nanti dilanjut lagi ngobrolnya, kasihan Nak Aradea baru sampe pasti ingin istirahat!." ucap Bu Tanti.

"Kamar kamu paling pojok kanan samping kamarnya Nak Sandi ya Nak aradea, nih kuncinya, Ibu mau balik lagi kewarung, kasian Tari sendirian disana."

"Makasih Bu, oh iya, ini uang sewa kosannya Bu." ucap Aradea

"iya, Makasih ya Nak Aradea."

"Bu, saya antar kewarung ya,takut dijalannya ada yg godain Ibu!." ucap Sandi menawarkan diri untuk mengantar Ibu Tanti.

"Bilang aja pengen ketemu Tari,dasar aki-aki caper!." ucap Dion sambil menoyor kepala Sandi

"namenye juga usahe.!" ucap Sandi

"Sudah-sudah Ibu berangkat dulu ya, ga usah d antar, Ibu udah gede bisa jalan sendiri.! ucap Bu Tanti sambil melangkah pergi

"hahaha ngenes amat jomblo akut." tawa Hendi yg ikut mengejek Sandi

"mulut tuh, kaya pengen di obras aja." balas Sandi.

Keduanya saling sikut dan saling ejek, Aradea yg memperhatikannya hanya tersenyum geli melihat keduanya seperti anak kecil yg lagi berantem.

"saya tinggal masuk kamar dulu ya, pengen mandi gerah banget.!" ucap aradea berpamitan sambil melirik kemereka bertiga.

"oke bro, ntar abis magrib Bu Tanti selalu siapin makan malam buat kita, jangan sampe telat nanti makanannya d habisin sama si Sandi.! ucap Dion

Aradea hanya manggut lalu melangkah ke kamar yg tadi ditunjuk Bu Tanti.

Tiba waktu magrib, Aradea keluar kamarnya berpenampilan sudah segar dan rapih memakai peci, niat mau ke Masjid untuk Sholat disana.

Beberapa saat kemudian para pemuda telah keluar dari kamar masing-masing menuju meja makan yg entah kapan disiapkan Bu Tanti,ternyata dimeja sudah tersedia Nasi dan lauk-pauknya.

"kemana nih penghuni baru, ko belum muncul.!" ucap Hendi

"ketiduran kali dia, coba samperin, kasian dia pasti udah laper.! ucap Dion kepada kawan-kawannya.

Tak lama suara pintu terbuka, masuklah Aradea kedalam kosan, dan d sambut oleh tatapan ketiga pemuda itu.

"Eh dari mana kamu bro?" tanya Sandi

"Oh dari Masjid" ucap Aradea sambil menghampiri ketiganya d meja makan.

"habis ngapain?." tanya Sandil lagi

Tiba-tiba badan Sandi sedikit oleng karena mendapatkan toyoran kepala dari Hendi.

"Geblek!, ya habis Sholat lah, masa habis mancing!." ucap Hendi

"udah.. udah, kapan kita makan kalau kalian gulat mulu.!" ucap Dion seraya menyendokan nasi kepiringnya.

"sini bro, cepet duduk ambil nasinya, keburu habis makanannya sama si sarimin ini" tunjuk Hendi kepada Sandi, yg kembali mereka berantem lagi, udah kaya kucing sama doggi kalau mereka bersama.

Malampun semakin larut,  akhirnya keempat pemuda itu masuk kekamar masing-masing.