Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Tirai Sebuah Cerita

🇮🇩Katamaya
--
chs / week
--
NOT RATINGS
1.8k
Views
Synopsis
Di tempat yang penuh dengan rahasia menggelayut, kehadiran misteri melingkupi kami semua. Kamu, mereka, dia, dan aku, semuanya terjerat dalam tabir takdir yang menggoda. Seorang yang memimpikan karier sebagai pegawai malah terperangkap dalam gemerlap pasar, dan takdirnya terpuruk sebagai seorang pengangguran. Namaku David .bagi banyak orang, masa depan tetap menjadi teka-teki yang sulit dipecahkan. Namun, tak bagi diriku, karena rahasiaku adalah melihat jauh ke depan, dan hanya aku yang berkuasa menentukan perjalanan takdirku. Sambutlah petualangan ini, di mana rahasia-rasih terbongkar, takdir diuji, dan kekuatan misteri yang membalutku mengalir dalam darah dan rasa cinta yang hadir tanpa di undang. Temukanlah bagaimana " Tirai Sebuah Cerita" ini merubah alur hidup kami semua.
VIEW MORE

Chapter 1 - BAB 1 10-2-2023 | 06.45

Bus sekolah seperti kuda besi yang berderap-derap berhenti di halte seberang sekolah . Suara kendaraan yang saling menyalip menyertai suasana pagi yang ramai dan sesak seperti biasa.

Sepuluh tahun telah berlalu. Kota yang dulunya tidak teratur kini telah menjelma menjadi metropolis modern. Gedung pencakar langit menjulang tinggi di mana-mana. Jalanan yang dulunya penuh lubang kini mulus dan ramai dengan kendaraan. Taman-taman kota yang indah menghiasi setiap sudut kota.

Ritme kehidupan di kota ini pun berubah drastis. Orang-orang sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing. Perekonomian yang maju membuat banyak orang memiliki pekerjaan yang layak. Kafe-kafe dan restoran ramai dikunjungi orang. Pusat perbelanjaan penuh dengan pembeli.

"Jglek,"pintu bus terbuka,rombongan siswa mulai turun satu persatu melalui dua sisi depan dan belakang bus.Aku beranjak ikut hanyut dalam keramaian.

Tangga pintu keluar Bus, akan ada seseorang yang tersandung membuat kami saling tindih-menindih bergelimpangan.Sial,tidak ada jalan mengelak.

"Bruk..,buk,,-aduh.!"

Pagi yang terasa sangat merepotkan. Sungguh jikasaja aku bisa lebih cepat menyadari hal tersebut, pasti tidak akan terkena dampaknya. Namun, beruntunglah petugas sekolah sigap segera menertibkan kekacauan itu.

Sudah kuduga tidak ada gunanya melihat apa yang akan terjadi jika tidak berhasil keluar dari masalah itu. Namaku Davit dan aku dapat melihat beberapa detik kejadian yang akan terjadi ketika dalam ancaman.

Sekolah Negeri Rajawali 01 adalah simbol kemajuan pendidikan di tengah kota yang maju. Bangunannya yang megah dan modern dilengkapi dengan berbagai fasilitas lengkap, seperti ruang kelas yang nyaman, laboratorium modern, gedung olahraga yang besar, kolam renang yang jernih, dan perpustakaan yang luas.

Sekolah ini berkomitmen untuk mencetak generasi penerus bangsa yang cerdas, kreatif, dan berkarakter. Guru-guru yang kompeten dan berpengalaman memberikan pengajaran yang berkualitas dengan kurikulum yang dirancang untuk mempersiapkan siswa menghadapi masa depan. Berbagai kegiatan ekstrakurikuler juga tersedia untuk mengembangkan bakat dan minat siswa

Jarum jam menunjukkn pukul delapan tepat,tanpa ada yang dapat menghalangi. Seluruh siswa melakukan ritme kesehariannya di dalam kelas,"jam kosong lagi"

Ruangan 7×8 menjadi ramai sejak beberapa jam yang lalu.lanunan cerita yang saling bersautan memekakan telinga. Aku duduk di kursi pojok ke 3 kebelakang dari kursi paling depan.

Seorang pria dengan memegang sebotol the hijau mendekat berusaha menarik bangku yang kududuki dari belakang.aku menggeser kursi sedikit kekasan membuatnya menarik udara kosong dan kehilangan keseimbangan nyaris terjatuh.ya itulah yang terjadi Ketika aku masih sempat menghindarinya.

"Whooo..!"aku mencoba mamasang wajah datar tak bersalah.

"Kok kamu bisa…"dia berbalik menatapku kebingungan dan mencoba memahami situasi,"Kebetulan kah?"

Arya,namanya Arya. Dia menarik kursi sembarang yang ada di sampingnya meletakkan nya duduk di depanku. Coba tebak apa yang akan dia katakan.

Dia adalah Arya apa lagi yang perlu di tebak. Sudah sejak tahun pertama sekolah dia sudah mengabdikan dirinya pada irama cinta.dia pasti ngin meminta bantuanku mendejati seseorang lagi.

"Vid kau tahu tidak?"

"Ya tau."Jawabku reflek.

Bagaimana bisa tidak tau dari perawakannya yang datang sambil senyam-senyum dari tadi,sok keren.

"Kamu dapat ilu ramal apa bisa tau, padahal aku belum ngomongb apa-apa?"

"ehh.., maksutku. Siapa yang tidak tau kalo kamu dating kesini sambal senyam-senyum gitu."jelasku,"Tentang cewek kan"

"Ayo Vid, bantu aku dong"bujuk Arya

"Bantu apa"

"Apa lagi ,ya biar aku bisa jalan bareng sama dia lah"

"Aku saja tidak tau dia siapa"Protesku

"Dia, yang selalu nomer satu dari kelas sebelah"

"Oh liza maksutmu, bilang dong."

Sejenak suasana menjati kikuk. Kenapa dengannya apa dia malu nama liza disebutkan disini. Aku memperbaiki pandanganku dan melihat sekitar.

"Oi apa ini." Hampir seluruh kelas memperhatikan kami padahala kan Cuma nyebutin nama satu orang.

"Jangan keras-keras Vid." Koreksinya.

"Iya-iya aku tau." Balasku,"Jadi kau harus bantu baigaimana?"

"Begini ..-"

"SiBotak datang!"seru seorang siswa memotong pembicaraan.

Semua siswa lari kebangkunya masing-masing, Begitu juga Arya. Jam kosong berakhir. Seorang pria berusia kepala empat dengan rambut nyaris botak dan janggut tipis dating. Dia datang lagi , tidak dia memang selalu dating .Guru matematika , karena tidak ada kata JamKos dalam rumusnya .

* * *

10-2-2023 | 14.30

Angin sepoi-sepoi masuk melalui celah candela. Ruangan dan Lorong kelas telah kosong, hanya tersisa beberapa klub dan beberapa ekskul yang masih melakuakn kegiatan rutinitas.

Ingin tau kenapa aku terlambat pulang sore ini, Terjebak dalam pusaran malapetaka! Mesin cuci piring mogok tadi malam, memaksa saya berjibaku hingga larut untuk memperbaikinya.

Akibatnya, tugas matematika yang diberikan siBotak tersentuh sama sekali. Dan "tidak boleh ada alas an, kau harus menyelesaikannya detik ini juga!" begutulah katanya.

bertemu ,tertarik, berteman ,dan berpasangan itulah yang kubicarakan dengan Arya beberapa waktu lalu. Dia memang selalu seperti itu , sudah lebih dari 7 orang yang pernah jadi pacarnya . tapi pasti berakhir di putusin. Kasihan tapi nyata.

Bus terakhir sudah pergi meninggalkan halte, tidak ada kendaraan lain yang beroprasi. Menyewa Taxi juga bukan jalan keluar yang bagus karena menghabiskan banyak uang. Aku berjalan melewati gerbang sekolah. Di bawah rindang pohon dekat gerbang, Scoopy merah muda dan Mio biru bersandar erat. Knalpot keduanya masih hangat membisu di area parker tak jauh dari gerbang sekolah.

Langkah kaki dengan sepatu hitam polos yang kukenakan menyusuri trotoar dari paving yang berlubang di jalanan komplek D. Warna oranye paving yang sudah mulai memudar termakan usia. Butuh waktu sekisar 35 menit menuju rumah dengan jalan kaki.

"Sepertinya akan hujan." Aku menengok ke areh awan di atas yang mulai menari dan bergemurung. Tetesan air hujan mulai dimuntahkannya."Tidak akan sempat ya."

"Warung Mie Ayam dan Bakso ya. , timing yang tepat saat hujan." Aku berbelok kesana tepat serangan air bah itu mulai mengamuk. Hitung-hitumg jadi tempat berteduh.

Ruangan berbentuk persegi dengan besar menyamai ruangan kelas berisi 6 meja berbentuk lingkaran dan 4 kursi di setiap meja, di tambah cahaya dari lampu LED Filament yang redup. cukup nyaman dan luas.

Warung ini sepi , hanya ada satu gadis usia SMP ,mungkin. Dia memakan semangkuk bakso di meja paling belakang, pemilik warung yang bersandar di kursi depan memerhatikan setiap tetesan hujan dengan wajah kosong .

Ku Tarik kursi plastik kuning yang tidak jauh dari gadis tadi dan kurebahkan tubuhku sebentar disana.

Pemilik warung itu melihat kearahku sekilas dan Kembali memandang hujan lebat,"Pesan apa?"

Sebenarnya aku hanya berniat berteduh sebentar, tapi tidak ada salahnya memesan satu porsi. Kebetulah aku juga belum makan siang.

"Mie Ayam satu porsi dan teh hagat"

Tannpa menanggapi pemlik pria paruhbaya itu berdiri dan mulai menyiapkan pesanan dengan lincah. Aku menatap hujan yang masih berteriak memekakan telinga.

"Ah.. Sepertinya ini akan lama"

Penjual itu datang membawakan semangkuk mie ayam dan the hangat dengan nampan bewarna hitam .Diam memnaruhkannya di mejaku dan kembali di tempat duduknya tanpa sepatah katapun.

"Serem juga,"Batinku.

Kuurungkan pemikiran itu .Isi mangkuk sudah mulai terkuras, diringi dengan irama dari tetesan hujan dan suasana dingin.

Limabelas menit berlalau ,isi mangkuk tandas tak tersisa.aku bersandar dikursi menyesap teh hangat sambail mengamati gadis tadi.

"Dit..dit..dit.."Hanphonku berdering,sebuah pesan masuk.Aku mengambil HP disaku kiriku.mengecek pesan.

"Ayah:Vid, kamu jaga rumah lagi. Ayah masih sibuk."

Lagi dan lagi, seakan hanya melakukan copy paste di setiap pesan yang dikirim , sama persis, seperti robot yang tak punya kreatifitas.

satu gelombang belum reda, gelombang baru sudah datang. Satu tanda seru muncul sebelum sempat membalas hendak perotes.

"Ayah: Ayah kirim paket, tolong urus."

Sudah hujan, adikku Sekar disekolah entah sudah pulang atau belum. Mungkin aku harus menjempunya dia pasti terjebak hujan.

"Heh.. padahal sekolah Sekar berlawanan dengan Sekolahku, berarti harus melewati rumah dulu baru dapat menjemput Sekar,"keluhku, Aku kembali menatap hujan yang masih Menari dengan liar.

"Andai tadi bawa paying."lanjut keluhku.

Seseorang akan dating menepuk punggungku membuatku terkejut, Seharusnya .Itulah yang selalu kualami Ketika orang ingin mengagetkanku .

"Puk.!"Seseorang menepuk punggungku, gadis itu. Dia beranjak memberikan paying berwarna trasparan, cukup besar untuk digunakan dua orang.

"Ini," Ucapnya.

"Apa?" Reflekku.

"Ambil" Jelasnya.

"Aku?"

"Iya , Ambil"Lanjutnya lagi.

Payung Trasparan itu kuterima.Tidak ada salahnya menerima pinjaman, aku juga sedang butuh.Aku memutar payung itu mencari tombol membukanya.

"Makasih"Aku menoleh ke arahnya.

Hilang, kemana dia pergi. Aku menuoleh ke area sekitar. Tapi raib, dia hilang tanpa jejak seolah tidak pernah ada sebelumnya.

"Ya Sudahlah, untuk sekarang pulang dulu."aku membayar peasanan tadi dan tambah satu porsi dibawa pulang untuk Sekar. Nanti kalau ketemu lagi kukembalikan payungnya.

Tenag lagipula komplek F sudah lebih aman dan terjaga .Tidak akan nada preman, gangster, atau bandit yang tiba-tiba dating menyerang,mungkin?

"sudahlah, waktunya menerobos hujan."

* * *

Buku-buku terbuak seolah mengeluarkan Cahaya redup membuat mata terkantuk. Setelah perjalanan Panjang menebus hujan lebat dangan membawa satu porsi bakso.

Bukan mie ayam karena Sekar tidak suka. Aku mulai menguap memaksakan diri mengerjakan PR yang diberikan tadi.

"Lelah.."Kutinggalkan rumus-rumus angka didalam kamar, aku beranjakmenuju dapur ingin mengambil air minum.

Itulah ritme kehidupan yang sudak kujalani lebih sejak ibuku meninggal. Ayah yang selalu hilang entah kemana,aku disuruh menjaga rumah dan mengisi seluruh hal yang seharusnya dia perankan.

Suara siaran televisi menyala kosong, bagaikan gumaman samar yang tak jelas. Hanya menjadi latar belakang yang sunyi dalam ruangan yang remang-remang.Aku melangkah melewati ruang keluarga, Sekar duduk di sofa depan TV, tenggelam dalam novelnya.

Aku mengambil gelas menuangkan segelas air putih dari galon.

"Oh ya kak, stok perbelanjaan kita habis ," Ucap sekar ,memecahkan suasana remang dari ruang keluarga.

Gelas berisi air mulai terkuras. Aku duduk ,sebentar menaruh gelas di meja.

"Buk," Sekar menutup novel yang dia baca,. dan menatapku sinis menusuk hatiku, aku terdiam seribu bahasa, tak berani menatap matanya,."Mau belanja kapan?"

"yah..besok?" jawabku dengan ragu-ragu.

"Terus besok kita makan apa?" "Sekar berkata dengan nada serius.dia menaruh novelnya , mengambil remot TV dan menganti saluran tidak jelas.

"Kakak belanja sekarang aja!"

"Sekarang?"tanyaku, aku menoleh ke arah penanda waktu di atas TV yang Tengah menunjukkan arah angka sepuluh lebih tiga puluh..

"setengah sebelas belas malam?"

"Ya.. kenapa takut?" Sekar menatapku selidik merendahkan,"oke.. nanti aku yang masak"

"Hah…tenang saja aku juga bisa jaga rumah." Sekar beranjak menuju ke kamar tidak peduli, "nanti kukerjakan PR mu Kak gimana?"

"oke-oke.. baiklah," Jawabku tanpa banyak bantah.

Jaket hitam tebal kukenakan, aku keluar. Kabut dingin menusuk tulang menyambutku, sisa embun hujan yang terbawa angin.menyambutku.

Di waktu seperti ini hanya ada satu toko yang masih buka , supermarket tepi kota.Dengan jarak sekitar 15 menit berjalan kaki .karena sudah tidak ada angkutan umum yang beroprasi lagi.

Menggunakan jaminan mengerjakan PR ku sebagai Sandra. Aku tau dia pintar, dapat sekolah di sekolah faforit tidak sepertiku yang hanya masuk sekolah bisa.

"sepertinya keberuntunganku sudah habis," keluhku.

Plastik penuh terisi belanjaan.Aku berjalan sendirian di terotoar menuju rumah. Setelah mengisi penuh keranjang beberapa saat lalu aku tidak meyangka akan seberat ini.

" Ternyata lebih melelahkan dari apa yang ku bayangkan,"keluhku lagi entah sudah berapa kali aku mengeluh.

Lenganku mulai terasa pegal. Tinggal setengah jalan lagi,akubisa merasakan Pelukan kasur yang empuk.

"Tratar..tar..tar BUM..!" terdengar Suara keras memekakan telinga. Aku menoleh keraah suara itu. "Percikan api kecil saling bersautan, menari-nari mewarnai kabut putih.

"Apa itu?"

Aku berjaaln mendekat perlahan memastikan apa yang terjadi.

"Dor..dor. Akk.k? "Suara Itu menjadi semakin jelas bercampur dengan jeritan seseorang.

Asal suara itu terlihat dari arah tama kota, tak jauh tempatku. Aku mengurungkan niat untuk memeriksanya lebih dekat, dan berencana untuk pergi.

"Tolong jangan..!" Suara jeritan lirihnya terputus, bagaikan senar gitar yang putus di tengah lagu.

Aku sontak berbalik penasaran mencoba melihat lebih jelas , bersembunyi di balik pohon tak jauh dari taman itu.

Mulai terlihat segerombolan orang memegang senjata api .sepuluh orang, Seorang memegang P90 Tiga senapan vector dan sisanya Ak47 .apa mereka saling membunuh.

Ada beberapa orang yang terkulai dengan tubuh penuh bekas luka sayatan.semua memegang senapan, tapi hanya ada bekasluka sayatan pisau di tubuh mereka .

"Mungkin seharusnya aku tidak disini" tegur hati nuraniku.aku mundur perlahan mencoba menjauh dari tempat itu, sebelum hal buruk terjadi, namun terlambat.

"cleteng!!"aku menginjak kaleng bekas botol minuman.

"Disana..!" Teriak mereka

Siapa orang yang membuang sampah sembarangan, benar-benar sial

Moncong senjata api itu menoleh ke arahku.

"Tembak..! -Dor dor tratatatatar..!!"

"Hah.. tidak ada cara lain." Bolamataku menyala dan bersiap.