Chereads / Tirai Sebuah Cerita / Chapter 2 - BAB 2 10-2-2023 | 06.45 | KOTA SEPERTI TIRAI

Chapter 2 - BAB 2 10-2-2023 | 06.45 | KOTA SEPERTI TIRAI

"Tembak..! -Dor.. dor tratatatatar..!"

"Hah.. tidak ada cara lain." Bolamataku mulai menyala dan bersiap.

"LARI..!" Hanya langkah itu yang terpikir olehku. Terliahat, aku menghindari semua tembakan sesaat sebelum setiap peluru mengenaiku.

Meskipun bisa menghindar dan melihat beberapa detik kedepan mustahil bisa menang melawan segrombolan orang bersenjata dengan tangan kosong.

Tanahnya, aku melihat diriku terpeleset jatuh, benar-benar tak terduga, aku terlalu fokus pada senapan. takbisa khindari.

"BUK… ,-TANGKAP DIA..!!" Seru mereka.

Aku mencoba bangkit, tapi kakiku menolak. Rasanya sendiku ada yang geser. Seperti yang selalu terjadi selama ini, meskipun sejauh apapun aku bisa tau apa yang akan terjadi, percuma jika takbisa mengubahnya.

"Benar-benar tidak berguna.."batinku

Mereka mulai mengepungku dengan siaga seolah memburu monster pembunuh berdarah dingin. Aku menutup mata tak berani melihat, Ibu aku akan menyusulmu.

"Siapa dia?" Tanya bingung salah seorang dari mereka.

"Beda, ini bukan dia.!" Seru Temannya.

"Slep.. -Akk.." Kekacauan terjadi.

Taksempatmembentuk formasi, satu persatu darimereka tumbang.

"Dia datang menyerang…!" Jerit seorang dari mereka.

"Akh…! Wuss..sleas.. -Tratatatatatar -dor.. selss"

"Akh.. TIDAK JANGAN…, AMPUNI AKU..! Kumohon aku punya anak dan istri.., akan ku berika.-AAAkh..!!"

Suara tembakan berhenti menyisakan bau bubuk mesiu yang mengepul menyatu dengan kabut.

"Apa yang terjadi" Aku membuaka mata.

Tubuh mereka terbaring kaku tanpanyawa penuh darah dan bekasluka. Bukan luka tembakan dari senapa, tap lebih mirip sayatan pisau.

Seorang gadis tiba tiba muncul dan berdiri dihadapanku, dilihat dari tingginya mungkin dia sekelas anak smp ber umur 15 tahun, mungkin. Dia memegang pisau lipat kecil yang berlumuran darah.

"kau.. siapa?"tanyaku

"Wuss.." Gadis itu melesat cepat menerjangku dan menempelkan pisau lipatnya ke leherku.

Cepat sekali aku bahkan belum sempat melihatnya. Padahal seharusnya aku dapat melihat semua ancaman yang datang secara otomatis. Siapa dia?

"Bukan, Kau.. Bukan." Ucapnya lembut.

Tubuhku lemas, aku takberdaya. Dia menurunkan pisau itu dan memasukkannya ke dalam tas kecil yang ia bawa. Seolah tidak asing dimataku, aku memperbaiki posisi duduk mencoba mengingat.

Tas kecil di pinggangnya, seperti tidak asing. Gadis itu mengenakan jas hujan warna biru berhoodie yang di tudungkan menutupi wajahnya.

Dia membuka tudung itu dan balik menatapku seolah mengingat sesuatu.

" Kamu?"

Apa dia mengenalku, tidak apa aku mengenalnya? Wajahnya familiar dimataku. Kalau tidak salah, gadis itu yang meminjamkan aku payung tadi siang di warung bakso itu, iya tidak salah lagi.

Suasana lenggang tanpa sepatakata terucap. Gadis itu acuh, beranjak hendak pergi tidak peduli.

Cuma begitu. Yasudahlah mungkin dia juga punya kesibukan seperti..-aku kembali menata orang orang dengan senapan api yang tersungkur tak berdaya. Seperti berkelahi dan membunuh orang?

"Tunggu!"

Dia tetap acuh tak peduli. Aku berusaha berdiri dan berjalan mengejarnya, tapi. Hilang, tanpa bekas seolah dia memang tidak pernah datang ketempat ini.

Aku menatap kantung belanja yang kotor terkena lumpur. Aku tadi memang sengaja meninggalkannya agar bisa lebih mudah lari dan menghindar. Jaketku dan celana jeansko juga ikut kotor terkena lumpur.

"mungkin sebaiknya aku pulang dulu."

 

* * *

Suasana embun-embun pagi membasahi dedaunan puhon di halaman rumah. Aku membuka jendela yang berhadapan dengan taman saping apartemeku. Pandangi kolam kecil di Tengah taman.

"Sudah lebih baik."

Beberapa waktu lalu setelah kejadian di taman, aku merasakan sediki perih di mata dan pandanganku mulai kabur. Itu memang efek samping dari mata ini. Dengan sempoyongan aku pulang kerumah dan berbaring di kasur.

Selasa pagi, cermin kamar memantulkan bayanganku yang tengah merapikan dasi abu-abu dikerah seragam sekolah. Suara televisi yang menyala terdangar samar-samar menembus dinding kamar.

Pintu kamar kubuka, aroma lezat yang khas di pagi hari telah tercium. Aku menoleh sebentar kearah televisi yang menyala tanpa dipedulikan selain olehku.

"Diberitakan telah terjadi kecelakaan lalulintas yang bertempat di Jalan Garuda No.4 Kota F, sebuah truk hilang kendali dan mesuk ke area taman kota. Kejadaan ini diperkirakan terjadi pukul sekisar pukul 11 malam dan bersukur kita karena tidak ada korban jiwa dari kejadian ini, namun untuk semantara taman kota akan ditutup sementara guna perbaikan lebih lanjut sampai kondisi Kembali normal."

"itu yang semalam bukan?" Batinku.

Terlihat makanan yang telah berbaris rapi di meja makan, aroma lezat yang khas seolah menjadi parfum ruangan tersendiri. Aku menuju meja makan sambil memerhatikan siaran berita di televisi denagn samar-samar.

"Sampai saat ini pihak kepolisain hanya bisa menyimpulkan bahwa pengendara tengah dalam keadaan mabuk."

Uap nasi yang ditanakkan menyatu dengan sayur bayam mengepul tebal dipiringku. aku duduk dan muali makan.

Aku masih terpikir kejadian tadi malam, memang itu bukan kali pertama aku berhadapan dengan orang seperti mereka. Tapi bukan itu yang ku pikirkan, Gadis itu , siapa dia. Bagaimana dia bisa mengalahkan mereka semua sendirian dan menghilang begitu saja? 

Dan lagi kenapa pihak berwajib menutupi kasus ini menjadi truk lepas kendali, bukankah sudah biasa dari dulu ada banyak orang yang meninggal dikarenakan perkelahian antar geng?

Nasi hangat dan sup bayam yangku ambil mulai tandas.

Sekar menepuk pundakku membuatku terkejut

"Puk.. Gimana enak kan!" Sekar menepuk pundakku, aku berpura pura terkejut.

"Heh terlihat jelas. Bagaimana aku bisa terkejut" Gumangku.

"Tapi kak, kalo tidak salah tadi malam kakak lewat tempat itu kan harusnya?'Sekar menunjuk ke arah TV yang masih menyala memaparkan berita tadi.

"ya"

"Terus?" Lanjutnya meminta cerita

"Tidak ada apa-apa" Jelasku

"Beneran?" cetusnya.

Sekar duduk di hadapanku, dia membuka wadah bekal makanan dan memasukkan lauk pauk yang ada. Sekar menatapku dan tersenyum.

"Kakak tau tidak?"

"Tidak ada apa?" dia mulai bercerita Panjang lebar, aku menanggapiya sambil makan.

Begitulah meski dia adik yang agak aneh dan suka memaksa tapi dia asik diajak bicara, terlebih masakannya enak. Mungkin Chef Ta'jun sang juri dari acara Chef Master bakal ketagihan memakannya.

"Kak aku mau duluan, adahal penting pagi ini."

Sekar beranjak membawa kota bekal makan tadi. Apa itu alasannya tidak makan.

"Ada hal penting apa?"

"Bukan apa-apa cuma mau main sama teman-teman yang lain" sekar mengambil tas dan pergi berangkat ke sekolah duluan.

"itu nanti piringnya jangan lupa cuci ya kak, sama.. -Oh iya tadi malam ayah telephone katanya tidak bisa pulang lagi hari ini, ada rapat penting."

Sekar sudah pergi duluan sedangkan aku masih menghabiskan sarapan yang baru berkurang setengah.

"Santai sajalah" Cetusku

 

* * *

Disisi lain, mobil Mercedes terparkir di depan kantor kepolisian. Aku duduk di teras depan ditemani kopi dan cerutu. Tiada yang lebih nikmat dari itu.

Seorang Wanita muda Bernama Rose datang menghampiriku dari dalam kantor memberikan telefon.

"Mohun maaf tuan ada telephone dari tuan Red." Ucapnya sopan

Aku mengambil handphon itu dan mengankat panggilannya. Dia memulai duluan.

"Halo juga" balasku

Dia menjelaskan apa yang terjadi. Sesuai dugaan ku pasti semua ada hubungannya.

"Hah merepotkan juga" keluhku.

Padahal beluam ada 5 menit aku duduk disini setelah meyelesaikan misi terakhir tadi. Wah-wah seperti tirai saja, terlalu banyak yang disembunyikan di kota ini. Apa mereka berniat membuakanya sekarang.