Chereads / ISEKAI SIALAN / Chapter 4 - Chapter 4

Chapter 4 - Chapter 4

(Chapter 4)

Sulit untuk mencoba beradaptasi, namun bagi seseorang yang dulunya hidup sederhana, dia masih mampu menanggungnya, jadi dia beruntung. Dia tidak terlalu memandang ke arah Lyra, terlihat jelas dari sosok yang berdiri di belakangnya, tatapan yang sepertinya melarang dia melakukan apa pun lebih dari yang seharusnya dia lakukan sebagai warga sipil.

Selama perjalanan, dia memikirkan apa yang harus dia lakukan untuk masa depannya dan apa yang akan terjadi. Dia bisa membayangkan seperti apa jadinya seorang budak, dia bisa membayangkan betapa suramnya hidupnya, tapi selalu ada jalan, dan dia berpikir lebih jauh.

"Aku tidak ingin menjadi budak seumur hidupku..."

Dalam perjalanan pulang, hanya menghadapi monster, bukan serangan diam-diam dari bandit. Radit bisa membayangkan bangsawan seperti yang ada di komik. Sayangnya, meski tempat ini bukan di pusat ibu kota, namun lebih mewah dan kaya dari komik yang pernah dibacanya.

"Ya, mungkin ini wilayahnya?"Radit hanya bergumam tidak yakin, dan pengetahuannya terlalu sedikit.

Banyak orang yang datang menyambut dengan sangat sopan dan berpenampilan rapi. Radit sangat terkejut saat melihat pemandangan ini, sangat berbeda dengan dunia modern. Meski dia hanya melihat hal yang hampir sama secara online, itu jelas di luar imajinasinya.

"Bawa dia ke tempatnya," kata Lyra kepada pria paruh baya yang sangat sopan.

Radit melihat di sini tidak ada tatapan merendahkan yang sering ia lihat di komik. Para bangsawan selalu memandang rendah orang-orang yang berstatus lebih rendah dan meremehkan jasa-jasa mereka, namun yang ia alami saat ini tidak seperti itu.

"Kamu akan tinggal di kamar ini. Jika kamu butuh sesuatu, kamu bisa bertanya pada pekerja lain."

"Baik."

"Kalau begitu istirahatlah." Dia berkata dan pergi.

Ada tempat tidur yang cukup besar untuk satu orang, meja dan lemari, serta jendela yang menghadap ke halaman. Ada orang yang mengetuk pintu, melihat seorang wanita memegang lipatan pakaian.

"Terima kasih."

"Sama-sama."

Setelah Radit menanyakan arah ke kamar mandi di luar, wanita itu berbalik.

"Mandi dulu~" Radit senang dengan hidup yang jauh akan berbeda.

Dia mengambil air dengan antusias, dan setelah mengambil banyak air, ia pun bersiap untuk mandi. Meski berbeda dengan dunia modern, namun itu sudah cukup dibandingkan saat ia berada di tambang yang kamar mandinya sangat kumuh dan kotor.

Keesokan harinya setelah sarapan dia dipanggil menemui tuannya. Dengan tatapan mata dingin dan tanpa ekspresi, Lyra meminta Radit menjadi tukang kebun dan membantu mereka yang sudah bekerja di sana. Tukang kebun mengajarkan cara bekerja sebagai tukang kebun.

"Kamu harus sangat teliti dan rajin, dan tolong jangan meremehkan pekerjaanmu," katanya.

Dia mempelajarinya dengan cermat dan memiliki ide untuk segera berlatih dengan para ksatria. Ia mengetahui identitasnya dan memilih berkonsentrasi merawat taman besarnya. Tukang kebun yang bersamanya adalah seorang lelaki yang sangat ramah dan penuh senyum hangat, dan menurut Radit pribadi, seorang lelaki yang sangat sabar.

"Nak, kamu sangat beruntung bisa bekerja di sini," kata pria itu.

Radit melihat ada banyak ksatria yang belum pernah dia lihat sebelumnya berbicara satu sama lain dan mereka sedang bersiap untuk pelatihan. Selain berlatih kehidupan seorang ksatria, mereka juga harus berburu demi keamanan wilayah banyak desa di daerah tersebut, yang akan terancam jika monster tidak diburu secara rutin.

"Meski hanya serigala bertanduk, mereka berbahaya," ujarnya pria di sebelah Radit.