Yoo Aeran tengah memasang nasi goreng untuk sarapan bersama Putri sekaligus pasangan hidupnya. Dia tengah mencoba bereksperimen untuk membuat nasi goreng khas nusantara yang memiliki aroma rempah yang kuat dan bawang yang harum.
Nam Joori berjalan keluar dari kamarnya. Wajahnya terlihat sangat kusut.
"Akhirnya kamu bangun juga, Joori," sapa Yoo Aeran kepada anaknya sekaligus pasangan hidupnya.
"Terlalu lama tidur juga tidak baik untuk kesehatan," balas Nam Joori.
Yoo Aeran berjalan mendekati anaknya dan kemudian mencium bibir Nam Joori, "Mau sarapan atau mandi dulu?" tanyanya.
Hubungan mereka berdua sudah lancar. Yoo Aeran mulai menunjukkan kemesraan kepada Nam Joori. Setelah sebelumnya Nam Joori yang begitu mendominasi.
"Aku mau mandi dulu lalu sarapan," balasnya. Nam Joori menyeringai menatap sang ibunda sekaligus pasangan hidupnya. Dia kemudian berbisik, "Setelah sarapan bagaimana jika kita bercinta. Mengingat ini hari minggu?"
Wajah Yoo Aeran seketika memerah ketika mendengar ajakan bercinta dari anaknya. Dia hanya mengangguk malu-malu sebagai jawaban bahwa dia juga ingin bercinta dengan anaknya.
Melihat ibunya ingin bercinta dengan dirinya membuat Nam Joori begitu senang. Dia mencium bibir ibunya singkat dan segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang kotor dan menyegarkan pikirannya agar semangat dalam bercinta.
.
.
Sepasang lesbian inses itu tengah menikmati sarapan dengan menu nasi goreng khas nusantara dan juga teh hangat yang tersaji di meja. Nam Joori makan dengan begitu semangatnya.
Melihat tingkah Nam Joori membuat Yoo Aeran tersenyum tipis. Mengingat biar bagaimanapun juga tingkah Nam Joori cukup menggemaskan biarpun telah berusia 27 tahu tahun dan biar bagaimanapun juga Nam Joori tetaplah anak perempuannya paling berharga.
Pasangan ibu dan anak itu telah menghabiskan nasi goreng khas nusantara.
"Ini pertama kalinya aku makan nasi goreng buatanmu, Bu. Rasanya benar-benar lezat," puji Nam Joori.
"Aku hanya ingin coba-coba saja untuk menu sarapan dan aku sangat senang kau menyukainya," balas Yoo Aeran yang tersenyum puas akan pujian dari sang anak. "Karena bagaimanapun juga sudah sewajarnya seorang istri melayani suaminya."
Nam Joori tersenyum lebar menatap ibunya. "Istri melayani suaminya, yah."
Melihat senyuman lebar nan mesum dari Nam Joori membuat wajah Yoo Aeran memerah. Mengingat dirinya ini adalah tipe perempuan yang mau tapi malu.
Nam Joori memegang pundak ibunya. "Kalau begitu, sebagai istriku. Aku ingin kau melayaniku. Bukankah tadi kita telah berjanji untuk bercinta setelah sarapan."
Yoo Aeran memalingkan wajahnya, "Tapi aku merapihkan meja makan dulu, yah."
Kedua tangan Yoo Aeran dipegang oleh Nam Joori. "Itu bisa dilakukan belakangan, sayangku."
Nam Joori kemudian mendorong tubuh ibunya ke tembok. Dia membuka kaos putih ibunya yang memperlihatkan kedua dadanya yang berukuran begitu besar.
"Kau itu, Ibu. Suka sekali tidak pakai bra. Apalagi saat ini aku benar-benar haus dan ingin sekali minum."
Nam Joori segera menggigit payudara bagian kanan ibunya dan meminum air susu langsung dari kemasannya. Yoo Aeran meringis sedikit dan hanya bisa pasrah akan keadaan. Dalam posisi ini, dia sudah memasrahkan seluruh jiwa dan raganya demi Nam Joori. Bagi Yoo Aeran, jiwa dan raganya adalah milik Nam Joori. Jadi dia tidak masalah jika diperkosa oleh anaknya. Mengingat Yoo Aeran juga merasa senang dan nikmat jika dia diperkosa oleh buah hatinya.
Nam Joori berpindah menggigit payudara kiri ibunya. Yoo Aeran hanya bisa membelai lembut kepala anaknya untuk menghilangkan rasa perih.
"Kau tetap putri kecilku yang aku cinta," ujar Yoo Aeran.
Dengan mulut yang penuh air susu. Nam Joori menghentikan kegiatan menggigit payudara ibunya dan dia segera mencium bibir sang ibunda. Nam Joori membagikan air susu yang ada di mulutnya dengan sang ibu. Nam Joori mencium ibunya dengan penuh nafsu. Kedua tangan Nam Joori juga meremas-remas payudara sang ibunda yang begitu besar.
Yoo Aeran secara diam-diam merasa puas diperlakukan seperti ini oleh Nam Joori. Dia sangat suka jika sepasang payudaranya diremas-remas sambil bibirnya dicium dengan penuh nafsu. Kedua tangan Nam Joori masih meremas-remas payudara ibunya yang begitu besar. Sementara lidah Nam Joori saling bertautan dan beradu dengan lidah sang ibunda, sehingga membuat suasana pagi hari yang cerah menjadi semakin panas.
Nam Joori menjilati leher ibunya sambil keda tangannya tetap meremas-remas payudara ibunya. Sementara Yoo Aeran hanya bisa mendesah pasrah dan menikmati setiap gerakan dalam ritual lesbian sex antara ibu dan anak. Sebagai seorang ibu dan juga istri dalam hubungan lesbian ini. Yoo Aeran sudah memasrahkan segala jiwa dan raganya untuk anaknya sekaligus suaminya. Tidak peduli aksi pemerkosaan yang dilakukan oleh Nam Joori terhadap dirinya. Yoo Aeran akan tetap selalu merasa puas diperkosa dan bahagia bisa bercinta dengan anak perempuan sekaligus suaminya.
Nam Joori juga bercinta dengan begitu kasar. Di mana dia menggigit leher sang ibu untuk memberikan sebuah tanda cinta bahwa Nam Joori sangat mencintai ibunya lebih dari apapun.
Nam Joori melucuti pakaiannya hingga telanjang bulat dan menampilkan lekukan tubuhnya yang begitu seksi, menggoda, dan menggairahkan.
Yoo Aeran tersipu merah melihat keindahan lekukan tubuh anak perempuan sekaligus suaminya dan tanpa pikir panjang Yoo Aeran langsung mendekatkan wajahnya pada area kewanitaan Nam Joori dan menjilatinya.
Nam Joori merasa geli ketika ibunya menjilati area kewanitaannya.
"Ternyata ibu juga bisa seliar ini," kata Nam Joori dengan wajah yang memerah.
"Aku hanya ingin melakukan ini dengan anakku," balas Yoo Aeran.
"Sepertinya kau masih teringat dengan Kim. Walaupun aku juga membayangkan bahwa diriku adalah Kim jika aku bercinta denganmu."
Yoo Aeran semakin meliar dalam menjilati area kewanitaan Nam Joori dan dia memegang kepala istrinya agar Yoo Aeran semakin membuatnya puas dan berada dalam puncak seksualitas tertinggi hingga akhirnya area kewanitaan Nam Joori mengeluarkan cairan bening yang begitu banyak yang membasahi wajah Yoo Aeran.
"Aku benar-benar basah," ujar Nam Joori.
"Kau muncrat dengan sangat deras," balas Yoo Aeran yang terkekeh dengan wajahnya yang dibasahi oleh cairan bening yang keluar dari area kewanitaan suaminya.
"Sepertinya Kim selalu muncrat dan memuntahkan spermanya dalam mulutmu, Ibu," kata Nam Joori.
"Sudahlah, Nam Joori. Jangan bahas masa lalu karena kau adalah masa depanku dan cintaku."
Nam Joori kemudian melucuti pakaian ibunya sehingga mereka berdua sama-sama dalam keadaan telanjang bulat. Sementara Yoo Aeran hanya bisa pasrah ketika tubuhnya terlentang di atas lantai.
"Mungkin kita akan melakukan ini pertama kali," kata Nam Joori dengan wajah yang memerah. "Nanti ini akan terbiasa. Mengingat bagaimanapun juga hubungan kita bukan hanya ibu dan anak. Tetapi sudah ke level yang lebih tinggi. Walaupun kita belum menikah." Nam Joori menarik kaki ibunya dan seperti biasa, Yoo Aeran hanya bisa pasrah.
Nam Joori mendekatkan area kewanitaannya ke arah area kewanitaan ibunya. Ketika kedua area kewanitaan itu saling berciuman. Nam Joori segera menarik kaki ibunya untuk melakukan ritual seks khas kaum lesbian, yaitu beradu gunting. Mereka berdua saling beradu gunting. Meskipun terasa perih, akan tetapi Yoo Aeran begitu menikmatinya dengan suara desahannya yang begitu seksi lagi menggoda. Kedua perempuan itu saling beradu gunting selama lima menit hingga dari area kewanitaan mereka keluar cairan putih bening dan mereka berdua sama-sama berteriak kencang karena telah berada di titik tertinggi kepuasan dalam bercinta.
Nafas mereka berdua terengah-engah dengan wajah yang memerah. Nam Joori merangkak mendekati ibunya dan memeluknya. Dia memberikan ciuman singkat pada pipi kanan ibunya.
"Aku mencintaimu, Ibu."
Yoo Aeran memeluk anaknya dan membelai lembut kepalanya.
"Aku juga sama mencintaimu, Joori." Yoo Aeran memberikan ciuman singkat pada bibir Nam Joori. Kedua perempuan itu saling bertatapan, tersenyum, dan kemudian saling berpelukan.
Mungkin cinta mereka terlarang, bahkan berada di puncak antara cinta terlarang lainnya. Akan tetapi cinta mereka begitu tulus dan suci.
Seorang anak yang mencintai ibunya lebih dari apapun dan juga seorang ibu yang sangat menyayangi dan mencintai anaknya. Walaupun mereka berdua sempat berkonflik dan sama-sama menjadi korban dari kelicikan seorang lelaki.