Udara terasa mencekam.
Tetesan, tetesan!
Pria kurus itu memegang pedang panjangnya, dengan wajah datar memandang Anselm Ridge.
Darah yang menetes dari pedangnya jatuh ke tanah, suara tetesannya jelas terdengar.
"Ayo kita semua menyerang bersama,"
katanya dengan rasa tak berdaya.
Dari belakangnya, darah Hamza menggelegak penuh semangat, meskipun korbannya tidak dibunuh olehnya, jantungnya tetap berdebar kencang!
Ini adalah puncak kesombongan!
Dia sungguh ingin berlari ke depan, berdiri di belakang pria kurus itu, dan berteriak, "Siapa lagi yang berani?"
Tetapi yang mereka dapatkan hanyalah keheningan semata.
Semua orang bukan bodoh; dengan hanya satu pukulan, mereka sudah tahu perbedaan kekuatan antara kedua belah pihak.
"Tuan Ridge, saya punya urusan mendesak yang harus saya selesaikan, jadi saya harus pamit sejenak,"
"Istri saya akan melahirkan, saya perlu pergi mengurusnya,"
"Saya baru saja menerima kabar bahwa ibu saya meninggal di rumah, saya harus pulang sebentar,"