Edgar berdiri membeku di tempatnya saat ini, ia benar - benar terkejut mendengar apa yang di ucapkan oleh Riana.
" atau... Aku harus memanggilmu Edgar Lee? " Tanya Riana sambil menatap Edgar cukup tajam.
" darimana kau mengetahui nama Sanchez? " tanya Edgar setelah beberapa menit bungkam.
Riana menatap Edgar dengan tatapan mencemooh, ia berpikir pertanyaan Edgar benar - benar bodoh. Apa ia pikir seorang Briana Alleia Orlando dapat di bodohi?, Ia tahu Edgar sudah mencari tahu tentang dirinya bahkan jauh sebelum dirinya mempublikasikan bahwa dia anak dari Nicholas Orlando
Tanpa menjawab pertanyaan dari Edgar, Riana berjalan perlahan-lahan mendekati nya.
" kau pikir Orlando hanya sebuah nama? " tanya Riana dengan nada meremehkan.
" Orlando lebih dari itu tuan muda Lee " lanjut Riana menatap Edgar sebentar, kemudian berjalan pergi meninggalkan Edgar sendiri di sana.
Edgar yang masih berdiri diam di roof top sekolah, memandang kepergian Riana dengan tatapan yang sulit di artikan. Tiba-tiba saja pikirannya membawa ia ke sepuluh tahun lalu yang lalu.
Dimana ia masih bersama Ayah dan Ibunya. Levin dan Lily Sanchez, ia tidak pernah berpikir bahwa kehidupannya akan berakhir menjadi seorang budak untuk keluarga Victor Lee. Dalang dari hancurnya dua keluarga.
Ia dan Riana mempunyai dendam yang sama besarnya terhadap Victor, atas kematian orang yang mereka sayangi. Ia kehilangan Ayahnya dan Riana kehilangan kedua orang tuanya.
****
Sepuluh tahun lalu...
Dua hari sebelum kejadian...
Tepat pada pukul tujuh pagi di sebuah rumah yang terbilang elit di Amerika Serikat, terlihat satu keluarga yang sedang menyantap sarapan pagi mereka dengan damai. Mereka adalah keluarga Sanchez, terlihat keluarga itu tengah bersenda gurau satu sama lain, dengan sangat harmonis.
" Edgar kamu mau ikut Daddy? " tanya Levin kepada sang anak, dengan tatapan berbinar melihat anak laki - lakinya yang makan dengan lahap.
" kemana Dad? " jawab Edgar dengan masih mengunyah makanannya, akan tetapi ada rasa antusias dari Edgar karena akan di ajak pergi oleh Daddy nya itu.
" ke penangkaran harimau, paman Nicho ingin membelinya "
Edgar yang mendengar itu, benar - benar sangat antusias bahkan ia sampai berhenti untuk memakan sarapannya.
" woah, Paman mau memelihara harimau? ".
" lebih tepatnya paman ingin membelinya untuk sebagai hadiah ".
" Hadiah? "
" iya, hadiah untuk seseorang "
" hah, beruntung sekali... " ujar Edgar dengan tatapan sendu.
" siapa yang beruntung sayang " timpal Lily dengan wajah bingung.
" orang yang dapat hadiahnya "
Levin dan Lily yang mendengar jawaban Edgar hanya bisa tertawa sambil menggelengkan kepala, mereka sangat tahu bagaimana sang anak sangat mengidolakan seorang Nicholas Orlando. Bahkan Edgar selalu mengatakan bahwa suatu saat nanti ia akan menjadi seperti Nicholas Orlando.
" baiklah, selesaikan sarapan mu "
" Iya Dad "
Levin dan Edgar telah sampai ke penangkaran sekitar tiga puluh menit yang lalu. Terlihat Levin yang masih berbicara kepada pihak penanggung jawab di tempat tersebut dengan sangat serius, dan Edgar yang sedang melihat - lihat harimau yang ada di sana.
Setelah pembicaraan selesai Levin segera membawa sang anak untuk pergi menemui Nicho, karena masih ada hal penting yang harus di bicarakan bersama sang tuan.
" Dad apa kita akan langsung pulang? " tanya Edgar yang duduk di samping sang Ayah yang sedang menyetir.
" tidak, kita akan mampir dulu ke rumah paman Nicho "
Edgar yang mendengar itu segera menegakkan tubuhnya. " ke rumah paman Nicho? "
" iya "
Edgar benar - benar senang karena bisa pergi ke rumah Nicho untuk pertama kalinya, sehingga sepanjang jalan iya tidak berhenti tersenyum.
****
Edgar yang baru mengunjungi rumah seorang Nicholas Orlando, merasa takjub dengan rumah bertiga lantai tersebut. Begitu turun dari mobil Ayahnya Edgar langsung di sambut oleh Nicho dengan sambutan ramahnya.
Setelah beberapa menit bertukar kabar dengan Nicho, Edgar mulai berjalan mengelilingi rumah tersebut sembari menunggu sang Ayah menyelesaikan pekerjaannya di ruang kerja Nicho.
Setelah lelah berkeliling Edgar mulai berjalan kearah ruang kerja Nicho untuk Mengajak Ayahnya untuk pulang, akan tetapi pada saat sampai di depan pintu ia tidak sengaja mendengar pembicaraan Ayahnya dan Nicho yang terdengar serius dari celah pintu yang terbuka.
" apa Victor Lee sudah mulai bergerak? Tanya Nicho pada Levin, sesaat setelah Levin dan anaknya sampai ke rumah Nicho.
" Untuk saat ini orang - orang yang di utus oleh Victor belum terlihat bergerak tuan "
" kalau begitu tetap pantau mereka, jangan biarkan mereka mendekati Hana "
" baik tuan "
Setelah pembicaraan tentang Victor Lee mereka sama - sama terdiam dengan pikiran masing - masing.
" bagaimana dengan harimaunya? " tanya Nicho memecah keheningan.
" Sebelum kesini saya sudah pergi ke penangkaran untuk melihat kondisi harimaunya tuan " Balas Levin.
" pihak penanggung jawab sudah melakukan pengecekan secara menyeluruh mengenai kesehatan harimaunya tuan, dan semua hasilnya baik, kemungkinan harimaunya sudah bisa di kirim kesini pada hari Minggu tuan " lanjut Levin.
" bagus, saya akan membebaskan kamu dari pekerjaan di akhir pekan, jadi kamu bisa berlibur juga bersama keluarga mu "
" terima kasih tuan, tapi saya akan mengurus pengiriman harimaunya dulu, setelah itu saya akan pulang "
" baiklah terserah kamu saja "
Setelah pembicaraan telah selesai, Levin segera membawa sang anak untuk segera pulang ke rumah.
Levin dan Edgar sampai di rumah pada saat jam makan siang, mereka di sambut oleh Lily yang sedang duduk santai diruang tamu rumah mereka.
" kalian sudah pulang?, Apa urusannya sudah selesai?" tanya Lily yang berjalan mendekat kearah suaminya. Dan di balas anggukan oleh sang suami.
" aku sudah masak makanan kesukaan kalian untuk makan siang, ayo kita makan sekarang "
Levin dan keluarga kecilnya Langsung berjalan kearah meja makan untuk makan siang bersama.
****
Minggu pagi, Edgar melihat sang Ayah sudah rapi, meskipun tidak memakai pakaian kantor.
" Ayah mau pergi? " tanya Edgar, sambil meneliti pakaian sang ayah.
" iya, tidak akan lama kok " jelas Levin sambil tersenyum.
" oh " jawab Edgar sambil memulai sarapannya.
Setelah sarapan Edgar melihat sang Ayah pergi, ia tidak merasa heran dengan kegiatan Ayahnya, karena hal itu sudah sering terjadi, jadi dia menganggap biasa jika Ayahnya bekerja bahkan di hari minggu.
Sekitar pukul sembilan pagi Edgar melihat Ayahnya masuk ke dalam rumah, benar yang di katakan Ayahnya kalau ia pergi hanya sebentar.
Levin yang melihat Edgar sedang duduk santai pun menghampiri sang anak.
" Daddy tidak pergi lagi? " Tanya Edgar.
" tidak, hari ini Daddy dapat cuti, Mommy mana? " jawab Levin.
" ada di taman belakang, lagi siram bunga "
Levin segera beranjak dari duduknya untuk menemui sang istri yang ada di taman belakang.
" sayang kita jalan - jalan yuk! " ucap Levin dengan suara keras agar Edgar dapat mendengarnya.
" aku ikut! " Balas Edgar dengan berteriak dan segera berlari kearah kamarnya.
Levin yang melihat itu hanya tersenyum jahil.
****
Levin menepati janjinya kepada Nicho, ia membawa keluarga kecilnya untuk quality time di salah satu pusat perbelanjaan terbesar milik keluarga Orlando.
Mereka benar-benar menghabiskan waktu kebersamaan mereka yang sangat jarang untuk dilakukan, mulai dari bermain, berbelanja hingga makan malam bersama.
Levin dan keluarga kecil tiba di rumah jam sepuluh malam dengan keadaan yang benar - benar kelelahan karena seharian diluar rumah.
" Dad, mom aku akan tidur sekarang, selamat malam " ucap Edgar dengan berjalan kearah kamarnya.
" malam, ayo kita masuk juga sayang " ujar Levin sambil merangkul sang istri untuk beristirahat.
Edgar terbangun pada tengah malam karena merasa haus, ia pun keluar dari kamarnya untuk mengambil minum di dapur, saat berjalan menuju dapur ia melihat sang Ayah yang berjalan keluar rumah dengan terburu - terburu.
Ia tidak sempat menegur dan hanya menatap heran kepergian Levin dan tetap melanjutkan jalannya menuju dapur untuk mengambil minum dan kembali ke kamar.
Tepat pukul dua pagi Edgar terbangun karena mendengar suara keributan di luar kamarnya, ia pun segera berjalan keluar dari kamar. Betapa kaget ia melihat sang Ibu yang tengah di seret keluar rumah.
" APA YANG KALIAN LAKUKAN?!!! " teriak Edgar, dan segera berlari kearah sang Mommy.
" LEPASKAN!!! LEPASKAN MOMMY KU!!! " lanjut Edgar yang masih berteriak marah kearah orang - orang yang menyeret ibunya.
Tapi sebelum menggapai tangan sang Ibu, Edgar merasa ada seseorang orang yang membekap mulutnya dari belakang menggunakan sarung tangan. Ia pun perlahan - lahan mulai kehilangan kesadarannya dan jatuh pingsan.