Chereads / BRIANA ALLEIA ORLANDO / Chapter 2 - BAB 1

Chapter 2 - BAB 1

Sepuluh tahun berlalu...

Di sebuah apartemen mewah yang terletak di pusat kota Washington DC, seorang gadis remaja yang cantik tanpa senyum, tengah bersiap dengan seragam sekolahnya sebelum sebuah suara di belakangnya menginterupsi kegiatannya.

" Sarapan anda sudah siap nona muda " ucap seorang asisten rumah tangga yang memegang nampan berisi sarapan pagi untuk majikannya dengan tangan bergetar, karena aura yang ia rasakan di sekitarnya sekarang ini.

" Keluar... " Ujar sang gadis dengan suara dinginnya, yang tak lain adalah Briana Alleia Orlando.

Sang pembantu rumah tangga itupun keluar, ia merasa gugup karena ini adalah hari pertamanya bekerja. Pembantu yang bernama Linda itu masih berdiam diri di depan pintu kamar sang majikan dengan memegang nampan berisi sarapan pagi.

Ia tidak menyangka majikan yang ia layani adalah seorang keturunan Orlando, dan itu membuatnya benar - benar ketakutan, pantas saja gaji yang ditawari untuknya sangatlah besar kerena ternyata inilah alasannya.

Sekitar sepuluh menit berlalu, ia melihat pintu kamar sang majikan sudah mulai di buka oleh pemiliknya, ia pun segera membungkuk kan badannya sebagai salam hormatnya terhadap majikannya, sekaligus rasa sesalnya terhadap kesalahan yang ia lakukan di hari pertama ia bekerja.

Riana yang melihat tingkah dari asisten rumah tangganya tersebutpun hanya menatap datar. " maafkan atas kelancangan saya nona muda, saya... " sebelum Linda menyelesaikan perkataannya ia kembali di buat terkejut oleh tindakan Riana yang langsung menarik nampan yang di pegangnya dan menutup pintu dengan keras.

Linda pun mulai dilanda ketakutan, ia takut akan di pecat dan tidak bisa bekerja lagi dimana pun, hal ini ia ketahui dari peraturan yang tertera dalam kontrak kerjanya, yang mana tertulis dengan jelas jika para pekerja di pecat secara tidak terhormat, maka nama dan data diri mereka akan langsung di blacklist Oleh keluarga Orlando dan hal itu akan membuat mereka susah untuk menemukan pekerjaan di tempat yang baru, mau sepintar ataupun selihai apapun mereka dalam bidangnya mereka tetap tidak akan di terima. Dan peraturan itu berlaku juga bagi staf perusahaan Orlando Company.

Linda segera bergegas menuju lantai bawah untuk menyelesaikan tugasnya yang tersisa, dengan perasaan gusar karena takut di pecat. Ia mulai membersihkan peralatan - peralatan yang ia gunakan untuk membuat sarapan, ia masih membutuhkan uang untuk pengobatan anaknya di rumah sakit oleh karena itu ia tidak boleh sampai di pecat dari pekerjaannya.

Sekitar pukul delapan pagi Riana keluar dari kamarnya dengan membawa nampan yang berisi sisa makanan yang hanya dimakan setengah olehnya. Ia juga sudah siap untuk berangkat ke sekolah, akan tetapi langkahnya terhenti dan tatapan menatap tajam kepada satu sosok, ia melihat Linda masih berada di apartemen nya.

" apa yang kau lakukan? " tanya Riana dengan tatapan yang semakin tajam, pada Linda yang sudah berdiri kaku di tempatnya.

" Nona muda saya... " Belum selesai Linda menjelaskan alasannya kepada Riana, bunyi barang pecah yang di lemparkan oleh Riana kearahnya membuatnya benar - benar syok dan tubuhnya kembali bergetar dengan rasa takut yang luar biasa.

" Kenapa kau masih ada disini? " tanya Riana dengan penuh penekanan sambil berjalan kearah Linda yang semakin ketakutan, sehingga memundurkan langkahnya.

Dengan gerakan cepat Riana mengangkat tangan untuk mencekik leher Linda, " bagaimana bisa, pak Steve menerima orang bodoh sepertimu bekerja untuk keluarga Orlando? " ucap Riana dengan tatapan datar tetapi penuh amarah di kedua matanya.

Cekikan di leher Linda semakin menguat, sehingga membuat wajah wanita itu perlahan - lahan mulai memucat karena tidak adanya oksigen yang masuk ke paru - parunya.

Riana yang melihat wajah Linda yang memucat pun, mulai mengendurkan cekikannya. " kau di pecat " ucap Riana kemudian melepaskan cekikannya di leher Linda.

Linda yang sudah di lepaskan segera meraup oksigen dengan rakus, ia melihat kearah Riana yang sudah melangkah menjauhinya. Ia pun tiba - tiba teringat oleh perkataan Riana yang memecatnya, dengan segera ia duduk dan memohon untuk tidak di pecat.

" To... Tolong jangan pecat saya nona muda, sa... saya benar - benar membutuhkan pekerjaan ini " tangis Linda pun pecah dengan sesugukan, meski dalam keadaan yang lemah ia masih mencoba untuk memohon kepada Riana.

" Sa... Saya Janji... ".

" kau tidak membaca kontrak kerjamu? " Tanya Riana tanpa menoleh sedikitpun.

Di ingatkan tentang kontrak kerja oleh sang majikan, Linda mulai berpikir apakah ada peraturan yang ia lewatkan atau yang ia lupakan dalam kontrak kerja nya.

" ini peringatan pertama dan terakhir untuk mu, jika kau melanggar maka aku akan benar - benar memecatmu " lanjutnya dengan suara yang datar dan penuh penekanan.

" terimakasih nona muda, saya janji ini akan menjadi kesalahan terakhir saya " ucap Linda dengan penuh rasa syukur, karena tidak kehilangan pekerjaan nya.

Setelah mendengar perkataan Linda, Riana segera keluar dari apartemennya untuk menuju ke sekolah. Bukan tanpa alasan ia melepaskan wanita itu, ia sudah menyelidiki latar belakangnya sebelum ia menerimanya bekerja disini. Ternyata Linda mempunyai anak yang sakit parah dan mantan suami yang masih suka meminta uang padanya, terlebih lagi Linda adalah seorang yatim piatu dan tidak memiliki sanak saudara.

Selepas kepergian sang majikan, Linda segera membersihkan pecahan mangkok dan piring yang berserakan karena di lempar oleh Riana, dia masih merasa takut saat mengingat hal yang terjadi tadi. Untungnya ia mempunyai gerakan reflek yang baik terhadap sesuatu hal yang berbahaya.

Setelah merasa semuanya telah bersih, ia segera berlari mencari tas bawaannya. Setelah mencari kesana kemari ia menemukan tasnya barada di sudut bawah meja westafel, ia pun segera membukanya dan mengambil satu berkas yang ada di dalam tas tersebut, berkas itu adalah kontrak kerja yang selalu ia bawa di dalam tasnya.

Ia pun segera membaca lembar demi lembar yang ada dalam berkas itu, hingga ia sampai pada lembar peraturan - peraturan yang harus di patuhi selama bekerja di apartemen mewah milik Riana ini, ia melihat tidak banyak peraturan yang tertulis karena sebagian dari peraturan dalam berkas itu sudah dia ingat tinggal sebagian nya saja. Dan malangnya ternyata ada satu peraturan yang tidak ia baca dengan teliti.

Yaitu, ia seharusnya tidak bertemu atau bertatap muka dengan sang majikan, ia seharusnya datang lebih awal dan menyelesaikan pekerjaannya hari ini sebelum Riana keluar dari kamarnya.

Setelah makan siang pun ia harus datang lagi ke apartemen untuk melakukan pekerjaannya dan harus selesai sebelum Riana pulang. Bahkan dalam berkas itu tertulis dengan jelas kapan Riana pergi dan kapan ia pulang. Linda sungguh menyesal kenapa ia bisa begitu ceroboh terhadap hal penting seperti ini.

Linda berusaha mengingat peraturan ini agar dia tidak melakukan kesalahan lagi kedepannya. Ia pun menyimpan kembali berkas itu kedalam tasnya dan segera melakukan pekerjaannya yang tersisa, termasuk membersihkan kamar Riana, setelah dirasa pekerjaan sudah selesai ia pun mengambil tas nya dan berjalan keluar dari apartemen itu, untuk pergi menemui sang anak yang terbaring lemah di rumah sakit.

****

ORLANDO HIGH SCHOOL

Riana telah sampai disekolah meskipun ia terlambat lima belas menit akan tetapi itu bukan masalah buatnya, saat memasuki tempat parkir sekolah, alis Riana sedikit mengernyit melihat suasana sekolah yang sedikit sepi dari biasanya.

Saat sedang memikirkan keadaan sekolah yang sepi, Riana kembali di buat heran dengan seseorang yang membuka pintu mobilnya dan membungkuk hormat ke arahnya.

" Selamat pagi, Nona muda " kata seorang pengawal pribadi milik Fritz Orlando ( kakek Briana ) yang bernama Alec.

Riana segera keluar dari mobil Lamborghini Veneno dengan warna silver nya, dan menyerahkan kunci mobil itu ke tangan Alec. Alec menerima kunci mobil itu dengan sungkan dan segera memberikan kunci itu kepada pengawal yang lain untuk membantu memarkir kan mobil Riana dengan benar. Sedang ia sudah berdiri di samping Riana.

" dalam rangka apa? " tanya Riana dengan datar ke pada Alec yang berdiri di sampingnya dengan sedikit jarak.

" acara pemberian beasiswa untuk murid kurang mampu maupun berprestasi nona muda " jawab Alec yang mengerti dengan pertanyaan yang di ajukan oleh Riana.

Riana mulai berjalan masuk ke area sekolah di ikuti oleh Alec di belakangnya, Alec mengamati bahwa Riana akan pergi ke auditorium yang ada di sekolah itu sekaligus tempat penyerahan beasiswa berlangsung. Alec segera menghubungi pengawal yang berada di sana untuk memberitahukan kedatangan Nona mudanya.

" bukankah Kakek tidak pernah terlibat langsung dalam hal ini? " tanya Riana dengan masih mempertahankan wajah datarnya.

" untuk tahun ini tuan besar ingin terlibat langsung nona muda, karena beliau merasa ada sebagian dana dari beasiswa yang di berikan Orlando Company kepada murid yang tidak sesuai target dengan yang di bayarkan " jelas Alec kepada Riana yang sekarang sudah berdiri di depan pintu auditorium.

" bukan kah kakek sudah terlalu tua?, dia sudah kehilangan ketegasannya dalam mengambil keputusan bahkan untuk masalah yang sekecil itu " ujar Riana sambil menatap pengawal sang kakek yang membukakan pintu untuknya dengan tatapan tajam.

Aura yang di miliki oleh seorang Briana Alleia Orlando benar - benar sangat mengintimidasi, terbukti dari reaksi Sang pengawal yang berdiri di depannya, ada sedikit rasa takut yang menyelimuti jiwa pengawal itu.

" minggir " ucap Riana dengan tatapan intimidasi terhadap pengawal itu.

" iya? " tanya pengawal yang bernama Ken itu dengan Linglung "

Alec yang melihat kebodohan temannya itu segera membuatnya menyingkir untuk menjauhi pintu, Ken yang tersadar dengan kebodohannya pun segera membungkuk hormat dan meminta maaf, tapi sebelum membuka mulut, ia melihat Riana sudah berjalan masuk kedalam auditorium.

Ruangan yang tadinya riuh oleh tepuk tangan tiba - tiba menjadi hening dengan kedatangan Riana yang berjalan masuk dengan santai untuk mencari kursi kosong.

Riana tidak perduli dengan tatapan orang - orang yang ada di dalam auditorium tersebut termasuk sang kakek, ada berbagai macam pandangan yang menatap dirinya hari ini, ada yang terkejut, takut, terpesona, ataupun benci.

Fritz Orlando yang melihat kedatangan sang cucu terlihat berbinar, ia segera memberikan kode kepada asisten sekaligus sekretaris kepercayaannya yang bernama Tony untuk mendekat dan membisikan sesuatu padanya, yang segera di angguki oleh Tony.

Riana yang melihat kursi kosong yang ada di bagian atas segera melangkah dengan santai, ia sempat melirik kearah kursi yang berisikan beberapa gadis remaja yang juga menatapnya penuh benci, Riana menatap satu gadis dengan ekspresi datarnya setelah membaca nametag yang tersemat di baju bagian dada gadis itu, ia pun terus melanjutkan langkahnya ke kursi paling atas, tiga baris dari kursi yang di duduki oleh gadis tadi.

Saat Riana tengah menyimak acara yang berlangsung, ia pun di kejutkan oleh perkataan moderator acara.

" baik anak - anak, siswa dan siswi Orlando High School yang kami cintai serta Ibu dan Bapak guru yang kami hormati. Hari ini kami tidak hanya kedatangan tuan Fritz Orlando sebagai pemilik dari sekolah ini. Tapi kita juga kedatangan beberapa donatur tetap sekolah ini, mari kita sambut tuan Victor Lee, Benjamin Smith dan Charlotte Jesper "

Seketika itu juga tubuh Riana bergetar menahan amarah yang membakar hatinya, tangannya mengepal erat dengan tatapan mata menggelap ingin sekali rasa ia membunuh salah satu orang yang berdiri di podium dengan penuh percaya diri dan rasa bangga.

" Aku pasti akan membunuhmu, tidak akan aku izinkan kau mati sebelum aku yang membunuh mu lebih dulu, kau harus membayar semuanya " ucap Riana dalam hati dengan amarah yang sangat besar.

****

Acara berakhir pada saat jam makan siang setelah acara penerimaan beasiswa selesai, para murid segera keluar dari auditorium untuk menuju ke kantin, begitupun dengan Riana. Semua makanan yang ada di kantin sekolah sudah di siapkan secara gratis, hal ini dikarenakan uang makan mereka sudah termasuk dalam biaya sekolah. Yang mereka bayarkan setiap semester nya.

Makanan yang ada di kantin sekolah ini pun tiap hari berganti menu dan terjamin nutrisinya, itulah mengapa Orlando High School di nobatkan sebagai sekolah paling bergengsi di Amerika Serikat banyak anak artis, politikus maupun pebisnis ulung yang berlomba - lomba untuk menyekolahkan anaknya di sekolah ini, banyak alumni terbaik yang di cetak oleh sekolah ini contohnya Nicholas Orlando, Victor Lee dan Benjamin Smith.

Riana sedang berjalan Dengan santai mengambil makan siang nya, sedari dia masuk tatapan orang - orang yang ada di kantin terus mengarah padanya, tapi bukan Riana namanya kalau harus peduli pada mereka semua. Ia memilih Sandwich ikan tuna dan jus mangga untuk makan siangnya, setelah meletakan makanan di piring ia pun segera keluar dari kan membawa makanannya hal itu tidak lepas dari tatapan para murid yang sedang makan siang juga.

Riana memakan makanannya dengan hikmat di sebuah kursi dan meja yang ada di roof top sambil menikmati suasana yang ada di depan matanya, akan tetapi semua itu tidak bertahan lama sesaat ia mendengar suara pintu roof top yang di buka dan di tutup dengan sangat keras oleh seseorang. Dan setelah itu menyusul suara tamparan yang cukup kuat.

" DASAR TIDAK TAHU DIRI!! Ucap seorang pria dengan suara yang menggelegar.

" Beraninya kau melanggar aturan ku, apa aku harus melukai Ibu lebih dulu agar kau tahu dimana tempatmu " lanjutnya dengan penuh penekanan.

" JANGAN MELEWATI BATASAN MU VICTOR LEE!! " balas seorang pria dengan suara tak kalah keras.

" aku akan menghancurkan mu dan seluruh keluarga mu, jika kau berani menyentuh ibuku, kau harus tahu satu hal aku tidak pernah takut padamu, jadi sebaiknya kau urus saja putra dan putri bodoh mu itu" lanjut orang itu dengan nada penuh mengejek.

Setelah itu terdengar suara orang yang di pukul dengan keras, dan pintu yang buka dan di tutup seperti di awal tadi, setelah hening beberapa saat, Riana beranjak berdiri dari duduknya.

" apa kalian berencana merusak pintu itu? " Tanya Riana secara tiba - tiba.

Pria yang ada di depan Riana menoleh dengan tatapan kaget.

" sejak kapan kau ada di sana? " Balas pria itu dengan sebuah pertanyaan pada Riana.

" Yang jelas sebelum kau dan lawan bicara mu datang kesini, membanting - banting pintu dan bicara seakan - akan kalian adalah orangutan " jawab Riana dengan suara datar.

" apa kau mendengar semuanya? "

" ya "

Pria itu berjalan menuju pintu ingin meninggalkan Riana yang masih berdiri menatapnya, tidak ingin memperpanjang pertanyaannya.

Hingga sebuah pertanyaan dari Riana menghentikan langkahnya seketika.

" sampai kapan kau akan seperti itu Edgar Sanchez?