"Alya ... Apa kau memainkan game itu juga?" Lucas bertanya sekali lagi. Mereka berhenti berjalan. Menatap wajah sesama.
Alya tersenyum, menyentuh dagu Lucas.
"Game apa yang kamu maksud, Lucas Khun?" Alya mendorong Lucas ke tembok jalan. Membatasi gerak Lucas. Tidak seperti dirinya di sekolah barusan. Lucas lebih dingin dan tidak peduli. Dia membalik Alya agar terkunci di tembok jalan.
"Katakan." Nada ucapan Lucas terdengar mengancam. Matanya menyiratkan sedikit kemarahan yang membuat Alya terdiam sejenak.
"Lucas ..."
Alya mencium bibir Lucas. Sedetik, dua detik, tiga detik. Lucas membeku. Baru setelah itu dia tersadar. Ini berbahaya. Lucas mendorong dirinya kebelakang. Menjauhi Alya dua langkah.
Alya tersenyum manis. Entah mengapa rasanya ciuman tadi terasa manis. Apa seperti itu rasanya berciuman? Lucas bersemu merah sendiri memikirkannya.
Teng!
Suara bel notifikasi ponsel terdengar. Alya membuka ponselnya. Berseru 'yes' pelan. Dia mendapatkan poin setelah menyelesaikan misinya barusan.
Melihat hal itu, Lucas kembali mendorong Alya ke tembok. Mengambil cepat ponsel Alya. Air muka Lucas terlihat cemas.
"Hei! Apa yang kamu lakukan, Lucas?" Tangan Alya dicekal keras menempel di tembok jalan. Dia terkejut, tidak mengira Lucas akan seimpulsif begitu. Alya memberontak mencoba lepas. Lucas kokoh sekali menahan badan Alya.
"Baru berapa kali kau menyelesaikan misi keburukan Alya?" Mata Lucas terlihat ketakutan. Alya berhenti memberontak. Melihat tatapan pemuda di depan wajahnya, Alya ragu-ragu menjawab.
"Ini ... Yang pertama kalinya."
Lucas mencekal tangan Alya semakin kuat. Membuat Alya mendesah sakit.
"Sudah terlambat. Kita harus lari!" Lucas menarik paksa Alya berlari. Alya kebingungan tidak mengerti apa yang terjadi. Ikut berlari agar tidak terseret oleh Lucas.
"Ah ... Aw Lucas! Sakit." Alya meringis sembari berlari. Lucas tidak peduli. Mereka masuk sembarang gang kosong. Berhenti beristirahat sejenak.
"Kau tidak mengerti seberapa berbahaya masalah yang sedang kau hadapi saat ini Alya."
Lucas melepas cekalannya. Dia baru sadar, dia terlalu kasar pada Alya barusan. Lihat gadis itu. Polos, matanya kini menatap ketakutan. Berbeda dengan beberapa menit yang lalu.
Menghela nafas. Lucas mengembalikan ponsel milik Alya.
"Kekuatan apa yang kau dapatkan Alya?"
Alya menggelengkan kepala, tidak mengerti apa yang dimaksud Lucas.
Detik kemudian, dering ponsel Alya terdengar kembali.
[ Pemain { Darvis } telah mengajak anda berduel! Bertahan hiduplah hingga masa waktu berakhir! Atau kalahkan lawan agar mendapatkan poin hadiah!]
"Lucas ... Ini ..." Alya menunjukan isi ponselnya pada Lucas. Melebar mata Lucas. Hal yang dia khawatirkan telah terjadi.
"Alya! Kita harus lari dari sini!" Lucas menarik kembali lengan mungil Alya. Berlari keluar dari gang kosong.
"Apa yang sedang terjadi, Lucas?" Alya bertanya sembari berlari ditarik Lucas seperti anak kecil. Lucas menggeleng.
"Bukan sekarang Alya! Kita harus bertahan hingga waktu habis terlebih dahulu. Atau kita berdua akan mati dibunuh!"
Wajah Alya tampak tidak percaya. Dibunuh?
Benar saja apa yang diucap Lucas. Pemain bernama Darvis itu muncul. Berlari mengejar Alya dan Lucas dari belakang.
"Lucas! Ada orang di belakang mengejar kita!" Alya terengah memberi tahu sembari berlari. Lucas mendengus.
"Aku tahu!"
Mereka berlari ke parkiran apartemen. Ada lima lantai ke atas dan ke bawah parkiran apartemen itu. Banyak mobil yang terparkir sekedar numpang atau memang penghuni apartemen besar di sebelah.
Lucas menyekap mulut Alya agar tak terlalu berisik mengeluarkan suara nafas. Begitu juga Lucas. Dia menutup mulutnya. Mereka bersembunyi diantara celah banyak mobil. Pemain bernama Darvis itu masih mengejar.
"Bagaimana dia bisa tahu lokasi kita berada? Padahal kita sudah berlari sangat jauh. Seharusnya orang itu kehilangan punggung kita bukan?" Alya mencoba bertanya sembari mengatur nafasnya. Kembang kempis dadanya setelah capek berlari cepat ditarik paksa oleh Lucas.
"Itu karena sinyal GPS dari ponselmu. Game ini mengirimkan sinyal lokasi ponselmu pada lawan. Karena itu, orang itu berhasil mengejar kita walau sudah tertinggal sangat jauh." Lucas waspada melihat kaca mobil. Menunggu pemain bernama Darvis itu muncul di lantai yang Lucas dan Alya bersembunyi.
"Mengapa game itu bisa mengirimkan sinyal lokasi ponselku?" Alya lanjut bertanya. Dia masih tidak mengerti apa yang sedang terjadi saat ini. Dia pikir, game yang dia mainkan sedang iseng memberinya 'misi keburukan'. Dan misi keburukan yang Alya terima adalah mencium Lucas selama tiga detik. Dan dia pun berhasil. Poin yang banyak–hadiah membereskan misi keburukan–masuk ke dalam dompet game. Banyak sekali poin itu. Yang normalnya seharga hadiah poin lima puluh misi kebaikan.
"Karena kau telah menemui sisi gelap game ini Alya. Ketika kau menerima misi keburukan dan menyelesaikannya, game akan memberikanmu kekuatan dan poin lebih. Juga kamu membuka sistem kegelapan dalam game. Dan kau selamanya akan berada pada sistem kegelapan. Semua misi yang kau terima mulai sekarang sebaliknya dari misi kebaikan yang dulu kau kerjakan. Karena itu aku membawamu lari, sebelum kau dibunuh oleh para 'pemain' lain."
Alya masih tidak paham. Apa maksudnya game yang dia mainkan ini berubah? Dari yang biasanya menyuruh kebaikan kini sebaliknya? Alya kini merasa menyesal menerima misi keburukan itu. Dia hanya iseng dan coba-coba.
Belum lagi kekuatan. Kekuatan apa yang di maksud Lucas?
Lucas menutup mulut Alya agar tak berbicara lagi. Dari kaca spion mobil, terlihat seorang pria, wajahnya tertutupi kain goni. Lehernya terikat. Membawa kapak besar dengan bekas darah di bilahnya. Mengilat di bawah lampu lantai parkiran.
Alya yang ikut melihat kaca spion mobil meneguk ludah. Pemain itu lebih seperti algojo. Penampilan mengerikan itu tak dia lihat sebelumnya. Saat dikejar berlari beberapa menit lalu, pria itu mengenakan baju biasa, dengan topi dan wajah seorang pria berumur om-om. Ini aneh. Apa pria itu memiliki waktu untuk mengganti setelan saat mengejar kami barusan?
Dan kapak itu ...
Melihatnya saja membuat Alya bergidik ngeri. Bekas darah itu tampak nyata. Bagaimana ini? Jika yang dikatakan Lucas benar. Maka dia dan Lucas dalam situasi berbahaya.
Alya membuka ponsel. Hendak menelepon polisi.
"Alya! Jangan!"
Terlambat.
Suara dering ponsel menggema. Membuat lokasi Lucas dan Alya terungkap.
Pemain bernama Darvis itu langsung loncat ke atas mobil.
"Alya! Cepat lari!"
Alya bangkit berlari sesuai perintah Lucas. Dia pergi ke ujung parkiran. Melihat aksi Lucas menghindari serangan Darvis yang mengayunkan kapaknya. Menancap ke mobil. Suara alarm mobil pun menyala. Menggema.
Lucas menghindar keluar celah mobil. Darvis seperti orang gila mengayunkan kapak besarnya. Mengincar Lucas seperti orang kesetanan.
ZRAT! ZRAT!
Bekas tebasan terukir di lantai parkiran. Tenaga pria berkarung goni satu ini sangat kuat. Suara dengus nafas terdengar dari balik karung goni. Lucas bersiap menghindari serangan berikutnya. Mengangkat tangan di atas. Memasang posisi bela diri.
Alya dari kejauhan tidak bisa meninggalkan Lucas sendirian. Dia berusaha menelepon polisi, namun nihil. Seakan jaringan internet menghilang. Bahkan dia tidak bisa memberi pesan pada seorang pun. Wajah manisnya semakin ketakutan melihat Lucas beraksi diserang pemain bernama Darvis mencecarnya dengan ayunan kapak berat. Lucas lihai mengelak dan melangkah menghindar. Namun tidak lama hingga Darvis menggunakan kekuatannya.
Splash!
Darvis dalam sekejap menghilang dari pandangan Lucas.
Detik selanjutnya perut Lucas terbelek oleh kapak. Menyembur darah deras dari perut Lucas.
"LUCAS!"
***