Aku mengunyah croissant pemberian Killian dengan tenang.Enak.Walau croissant nya polosan, tidak memiliki filling, atau topping, tetap enak kok.Kesukaanku setelah cheesecake.
Kami sedang diam di salah satu bangku di lorong dekat Taman Barat.Bangkunya cukup panjang,aku dan Killian duduk bersama,hanya dipisahkan oleh jarak di antara kami.
Tidak terasa, croissant ku sudah habis setengah.
"Kamu sesuka itu ya dengan croissant?" Killian memecahkan hening.
Aku mengangguk. "Crossan (croissant )ithu (itu) fesukaan (kesukaan) akhu (aku)",ucapku sambil menyantap croissant.
"Astaga,makan dulu yang benar." Killian tertawa,aku sih tidak menjawab.
Dua puluh detik
Aku sudah mencapai gigitan terakhirku.
"Islette." Killian memanggilku.
"Hm."
"Nanti saja,habiskan dulu makanan mu."
"Sudah kok." Aku menjawab.
"Kalau begitu...ayo ke Taman Barat."
Aku menatap Killian. "Malas, sudah malam."
"Tidak selarut itu kok." Killian memberi alasan.
"Tetap saja,malas." Aku membalas.
"Ayolah..tiga puluh menit saja."
Aku menatap tajam Killian."Kamu mau kita dihukum?"
"Eh,tidak sih."
"Bagus." Aku menimpal.
"Lima belas menit", ucap Killian.Aku menggeleng.
Sebenarnya aku sangat ingin pergi,tapi alasannya hanya satu.Malas.Tidak lebih, tidak kurang.
"Ayolah..Mau ya?" Killian terus mengajakku.
"Tch,yasudah yasudah." Aku berdiri.
"Yes!" Killian mengepalkan tinju.
"Cepat, atau aku tinggalkan." Aku berjalan lebih dulu, meninggalkan Killian yang masih terduduk.
"Ampun ampun." Killian berlarian menyusulku.
***
Bulan bersinar terang.Cahayanya membentuk bola sempurna, kebetulan, hari ini adalah tanggal 14, jadwal bulan purnama.
Di taman tidak ada orang, tentu saja, kecuali aku dan Killian.
Angin bertiup menggugurkan beberapa helai daun dari pohon.Air mancur mengalir dengan tenang, kolamnya memantulkan cahaya Bulan.
Udara di sini dingin, tapi tidak sedingin yang aku kira.Lampu kekuningan di taman menyala, menerangi jalan. Hening. Hanya bunyi jangrik dan katak yang terdengar.
Kami jalan perlahan, pemandangan ini sangat cantik, lebih indah dari pemandangan di pagi hari. Memang gelap, tapi ada sebuah keindahan baru yang hampir tidak terduga. Mau malam ataupun siang, mereka punya ciri khas masing masing.
Lagi lagi aku dan Killian duduk di bangku.Kali ini berposisi menghadap air mancur.
Krik..krik..krik..
Suara jangkrik mengiringi malam ini.
"Aku sudah lama tidak kemari malam malam", ucap Killian.
"Kamu..sering ke sini?" Aku bertanya.
Killian mengangguk pelan. "Iya, dahulu."
"Sama, aku berhenti mengunjungi tempat ini malam malam sejak dua tahun lalu", jawabku.
"Apa alasan mu?"
"Tidak tahu, ingin berhenti saja.Aku pernah sekali ketahuan penjaga gerbang, lalu dipaksa kembali ke asrama." Aku terkekeh."Kamu sendiri?"
"Tidak ada yang menemani."
Aku menatap Killian, berkedip.
"Pftt." Aku menahan tawa, tapi gagal.
"Kamu...kamu tidak ke taman hanya karena tidak ada teman?" Aku tertawa terbahak bahak.
"Heh, diam tidak?!" seru Killian, kesal. "Lagipula,bukan itu saja alasannya, tahu!"
"Apa iya? Aku tidak percaya." Tawa ku masih belum berhenti.
"Terserah kamu saja." Killian membuang muka, aku pun berhenti.
"Haduh..dasar, dasar." Aku menggelengkan kepala.
Krik..Krik..Krik..
Suara jangkrik masih belum lepas dari telinga.
2 menit kemudian, lengang.
Memandangi bunga anggrek yang bermekaran di batang pohon, aku menyender di bangku.
"Kamu akan daftar kelas tambahan apa?" Aku memulai lagi percakapan.
"Belum tahu, kamu?" Killian membalikkan pertanyaan.
"Sama", jawabku.
"Wah, kebetulan."
Aku mengangguk. "Besok aku akan melihat lihat kelas Sejarah, kamu mau ikut?"
"Mau!" ucap Killian, bersemangat.
Aku terkekeh. "Ayok. Kita janjian di suatu tempat saja, bagaimana?"
"Boleh juga. Atau di sini saja?"
"Baiklah, jam 10, di bangku ini.Deal ya."
"Oke."
"Sekarang..kita kembali ke kamar. Sudah larut."
Killian berdiri lebih dahulu. "Awas saja, kali ini aku yang meninggalkanmu."
Aku menggelengkan kepala. "Suka suka kamu saja, deh."