"Katanya hari ini pendaftaran kelas tambahan ya?" ucap Nana.
"Iya kah? Aku tidak tahu." Aku menjawab.
Kemarin saat aku kembali ke kamar, Nana sudah tidur. Kamar sudah gelap, tersisa cahaya dari lampu meja belajar, sepertinya Nana lupa mematikannya. Dengan berhati hati aku naik tangga ke kasur ku, agar tidak bersuara dan membangunkan Nana.
"Aku akan daftar ke kelas Menjahit, sepertinya seru." ucap Nana sambil melipat selimut.
"Baguslah, aku masih belum tahu akan memilih kelas apa." Aku mengangkat kedua bahu.
"Oh....." Nana meletakkan selimut di atas bantal nya. "Kamu mau pergi sarapan sekarang?"
"Justru aku sudah makan duluan. Cepat ke kantin sebelum kehabisan." Aku tersenyum.
"APA?! Astaga, astaga !" Nana cepat cepat memakai sendal nya. "Aku duluan ya! Dadah!"
Aku tertawa memperhatikan Nana yang berlari larian keluar kamar.Aku memang sudah sarapan, datang ke kantin sebelum bel berbunyi, antrean pertama. Mengambil dua buah roti, aku pergi meninggalkan kantin, menghabiskannya di perjalanan kembali ke kamar.
Hari ini Minggu. Hari terakhir sebelum semua murid kembali belajar seperti biasa. Dan info yang Nana tadi ucapkan sepertinya benar, bahwa hari ini adalah hari pendaftaran kelas tambahan.
Sekitar satu jam lagi sampai pukul sepuluh. Mata ku menelusuri seisi kamar. Buku bacaan ku sudah habis, lusa kemarin sudah aku tamatkan.Mulai dari novel, cerpen (cerita pendek),sejarah, dan buku pengetahuan lainnya.Ada beberapa buku yang aku pinjam dari perpustakaan, ada juga buku yang aku beli sendiri sebulan sekali saat libur.
Hm....yasudah kalau begitu, aku akan pergi ke perpustakaan saja. Aku akan meminjam beberapa buku sekaligus mengembalikan buku buku juga. Lagipula jarak perpustakaan dan Taman Barat tidak begitu jauh, aku bisa menghabiskan waktu sebelum bertemu dengan Killian, pikirku.
***
Aku berdiri di meja Pak Gadi, sang pengurus perpustakaan.
"Ingin mengembalikan buku?" Pak Gadi bertanya, tangannya sibuk menulis di kertas berwarna putih kekuningan.
"Iya, Pak." Aku menjawab.
"Simpan bukunya di keranjang itu, nanti saya ambil...Dan oh iya, kapan kamu meminjamnya?" Kefokusan Pak Gadi masih tertuju pada kertas tadi, hanya bisa menunjuk dimana letak keranjangnya berada.
"Sekitar satu minggu lalu", ucapku sambil menumpuk buku pada keranjang. Pak Gani tidak menjawab apapun lagi setelah itu.
Aku lanjut melangkahkan kaki ke seksi novel, meninggalkan meja Pak Gani. Samping kanan dan kiriku buku buku berjejeran yang disusun rapi di rak buku berwarna cokelat tua.
Setiap lima sampai sepuluh buku dengan warna yang serupa berganti lagi dengan buku lainnya yang juga, biasanya, sebanyak lima sampai sepuluh buku dengan warna dan judul serupa.Buku serial.
Di bagian bawah rak buku terletak novel novel dengan sampul warna warni, semuanya disusun rapi menghadap ke samping.Novel sekali tamat.
Ditatapnya rak buku tersebut lamat lamat olehku, mencari judul yang menarik. Dan, hm....
Membaca judul judul novelnya, aku langsung bisa menebak bahwa novel ini bergenre fantasi. Ditambah lagi dengan sampulnya. Terkadang ada gambar naga, portal, pheonix, kerajaan, atau bahkan jenis jenis makhluk mitologi lainnya. Font judulnya pun cenderung berwarna keemasan, warna warna mencolok. Aku berbalik badan.
Membaca judul judul di rak satu lagi, aku juga jadi tahu bahwa genre novel novel nya aksi dan slice of life.
Perpustakaan memindahkan posisi rak rak buku dua minggu yang lalu, aku belum tahu ini sebelum akhirnya bertanya kepada Pak Gani.
Aku berjongkok, sibuk berusaha menutupi betis dan kaki ku dengan rok yang sedang dipakai. Duh, seharusnya aku memilih rok panjang saja tadi, atau pilih celana saja. Rok selutut ini sedikit menyusahkan, untung saja bisa aku atasi.
Lengan ku menyilang, menimpa lutut. Diraihlah sebuah novel oleh ku. Aku membaca sinopsis. Buku ini menarik, akan aku baca kalau begitu.
Maka diduduki kursi di sebelah jendela olehku. Matahari pagi dengan lembut menghangati wajah dan badan ku. Perlahan aku membuka halaman pertama novel yang aku genggam, mulai membacanya
Hening, dan tenang.
Itulah keadaan yang terjadi sekarang. Sesekali aku mendengar suara halaman berganti dari orang lain yang juga sedang membaca. Mungkin mereka duduk di kursi yang dibatasi oleh rak rak buku lainnya. Tetapi karena heningnya ruangan, maka suara kecil pun bisa dijangkau oleh telinga satu sama lain.
Dengan genre bacaan yang menenangkan, jauh dari adegan yang membuat jantung berkedup kencang, suasana yang aku rasakan semakin menyenangkan.
Udara tidak terlalu panas, juga tidak terlalu dingin. Aku menikmati satu satu kata yang aku baca. Sempurna, hingga aku akhirnya melihat jam dinding.
Pukul 10 lewat 20 menit.
Astaga!
Aku sefokus itu membaca sampai tidak sadar akan waktu?! Memangnya berapa banyak halaman yang aku baca?!
Mata ku mengarah kepada bagian bawah halaman kertas berwarna putih kekuningan tersebut.
Yaampun, sudah hampir halaman 200!
Aku berlari lari kecil ke meja Pak Gani.
"Pak, mau pinjam buku ini.Sebulan, bisa?" ucapku dengan cepat.
"Bisa,bisa. Kenapa kamu terburu buru begitu Islette? Seperti murid yang telat masuk kelas saja", jawab Pak Gani. Senyum kecil terpasang di wajah nya, sementara tangannya sibuk mencatat nama, tanggal, dan buku yang aku pinjam.
Aku hanya terkekeh. Diserahkannya buku tersebut kembali kepadaku.
"Terimakasih,Pak! Semoga hari mu menyenangkan!" Aku berteriak sembari berlari keluar perpustakaan.
"Sama sama ! Kamu juga, Islette!" Pak Gani ikut berteriak, salah satu telapak tangannya ia letakkan di ujung mulut nya.
Secepat mungkin aku menggerakkan kaki menuju Taman Barat. Melewati murid murid lain yang dengan menikmati waktu mereka sendiri.
Dan...eh? Kalau dipikir pikir... Aku sudah melanggar aturan perpustakaan yang paling penting.
Aturan perpustakaan nomer 1. Dilarang mengeluarkan suara terlalu keras ataupun beteriak, dan mengganggu kesibukan murid murid lain.
Aku mengetuk kepala ku sendiri beberapa kali. Dasar aku ini..
Sementara gerakan lari ku yang membuat angin terasa semakin besar dan melayang layangkan anak rambut ku.
Semoga...Killian tidak marah aku datang terlambat.