Lima tahun silam sebelum kehadiran orang yang mencurigakan bagi organisasi Sotiras, organisasi yang menyatakan bahwa mereka akan melindungi pihak kerajaan dengan kekuatan nya. Namun hanya terdiri dari tujuh orang sebagai perwakilan. Organisasi tersebut di dirikan oleh Gicho Hideyoshi alias ketua dari organisasi Sotiras, entah dari mana asalnya, bahkan nama 'Hideyoshi' pun tidak ada yang mengenal nya. Dengan wakilnya dari kerajaan Natsuka. Ialah gadis muda yang sangat berbakat, lahir dari kaum golongan bangsawan ialah Natsuka Yui.
Mereka beranggotakan tujuh orang, sedang mengadakan rapat untuk yang kesekian kali nya. rapat itu mengenai pembagian tugas antar rekan team.
Di adakan di sebuah markas rahasia, tidak ada yang mengetahuinya. Konon katanya berada di bagian Timur tapi di bagian sana hanya kumpulan orang orang yang hendak berjualan, atau bisa di sebut juga dengan pasar.
Hanya anggota Sotiras yang mampu menemukan nya, karena di sembunyikan dengan kekuatan magis. oleh seorang penyihir yang handal, entah dari mana asal nya, tapi dia begitu jenius dalam ilmunya, bukan sekedar ilmu putih, ilmu hitam pun dengan mudah nya ia kendalikan. Bahkan seorang penyihir biasa pun tak mampu mengendalikan nya. Ialah Shin Seishinjuro atau bisa di sebut dengan julukan 'The Only Black Wizard'.
Kali ini Gicho sang ketua mengadakan diskusi guna menentukan wilayah penjagaan. Yui dan Shin mendapati wilayah bagian Utara. Hiroka dan Hokori mendapati Wilayah bagian Timur. Fernando dan Izanagi mendapati wilayah bagian Selatan. Sementara Gicho sendiri dia mengambil wilayah perbatasan, pertengahan antara pihak kerajaan dan pemberontak. Dengan kata lain berada di pusat kota.
Semua itu Gicho jelaskan dengan berwibawa sebagaimana sosok pemimpin, di umur nya yang sudah masuk kepala tiga, Gicho tahu mesti seperti apa sosok pemimpin yang sebenarnya, dan semua anggota nya bersedia menerima perintah apapun dari ketua mereka. Tujuan di adakan nya sebuah diskusi ini karena belakangan ini banyak teror beredar tentang kematian.
Tentu tugas ini seharusnya di berikan kepada para ksatria, namun tugas organisasi Sotiras juga sebagai perlindungan dan keamanan untuk warga.
Rapat bulanan selesai, para anggota di bubarkan dan kembali ke pos yang telah di tugaskan. Mereka melakukan pengawasan secara tersembunyi, di tempat-tempat yang tidak di ketahui semua orang, tapi mampu melihat keadaan sekitar dengan jelas.
Tidak satu hari penuh mereka melakukan pengawasan, tentunya bergantian secara dua belas jam sehari. Meski mereka sebuah organisasi terdidik, tapi mereka juga memerlukan istirahat untuk memulihkan energi, layaknya manusia pada umumnya.
Hari demi hari silih berganti menjadi bulan, bulan yang terus melaju berganti menjadi tahun. Lima tahun kemudian, beberapa hari sebelum bertemu dengan orang itu.
Bagian Utara yang di awasi oleh Yui dan Shin mengalami sebuah kejadian. Dua bayangan yang melintas dengan cepat. sekelibat mata memandang, mereka bergerak sangat cepat. Mereka berdiri tepat dibawah Shin dan Yui bersembunyi.
Mereka di hadapkan oleh dua orang dari seberang wilayah. Dua orang misterius itu mengenakan sebuah jubah warna hitam, menutupinya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Shin dan Yui tidak mengetahui siapa mereka sebenarnya, hendak di ajak berbincang-bincang kepada salah satunya. Shin melangkah satu langkah. melompat keluar. Sekejap dua orang misterius itu mengambil posisi, sebelah tangan nya memegang senjata. Sedangkan tangan yang lain mengambang di pertengahan tubuh.
Jika sudah seperti itu, pikiran Shin pun mengikuti alur permainan yang mereka lakukan. Tangan kanan mengeluarkan pedang miliknya, berwana merah panjang namun tumpul.
Namun sentuhan tangan mengenai pundak nya, seketika Shin pun menoleh. Itu adalah tangan Yui.
" jangan terprovokasi. Sebisa mungkin kita harus menahan agar tidak terjadi keruskan."
Gumam Yui yang terdengar oleh Shin. Kala itu pula ia hilangkan pedang nya, tatapan nya geram tapi itu adalah perintah.
Yui pun bertanya . " apa yang kalian inginkan?"
Tidak ada satupun dari jawaban mereka, hingga semuanya terjadi keheningan yang sementara. Sehening mungkin, salah satu daun pun jatuh tepat di hadapan mereka. Mereka tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Shin merapalkan mantra secara bergumam, begitu pula Yui perlahan meraih senjatanya yang berada si belakang pinggang. Detik detik sebelum daun mengenai tanah.
Ketika mengenai tanah, angin tiba tiba meraung kencang. Ke empat orang itu menghilang dari tempat nya. Mereka sudah melesat satu sama lain. Memilih lawan mana yang akan mereka hadapi, dan memaksa untuk menjelaskan apa yang mereka inginkan.
Kedua belah pihak menerjang dan mengadukan senjata nya satu sama lain. Keadaan nya sedang di udara. Terjadi dentingan yang kuat antara beradunya senjata-senjata itu, disertai gemuruh yang kuat akibat bersaingnya ke empat kekuatan, menyebabkan sedikit keretakan pada tanah. Mereka sama kuat nya hingga akhirnya terpental satu sama lain.
Mereka terpental tapi mampu menahan keseimbangan akibat lemparan tersebut. Shin terkekeh, tapi hitungan detik kemudian. terdapat dua bayangan hitam baru yang melaju dengan cepat dari kedua arah yang saling berlawanan.
Dua bayangan mendarat tepat di hadapan ke empat orang itu. Kedua orang itu saling berhadapan.
Dari belakang, tubuh mereka berdua terlihat kekar, sangat kekar bahkan lengan baju nya pun melekat pada lengan nya. Tinggi nya tidak beda jauh satu sama lain, bahkan jika di perkirakan, berat nya hanya berbeda satu atau dua kilogram saja. Gerak gerik nya telihat seperti dua orang yang akan memulai sebuah pertarungan besar.
Dua bayangan saling berhadapan. Meretakan lengan tulangnya demi memperlihatkan betapa angkuh nya mereka. Begitu pula dengan gerakan kepala yang secara sengaja demi terdengar retakan tulang.
" kekeke" desisan salah satu pria itu, suara nya sangat familiar di telinga Yui dan Shin. Shin tahu siapa pria itu, tak lain dan tak bukan dialah ketuanya, Gicho.
" apa yang di lakukan Gicho disini?" gumam Shin,
Shin mendesis tanda tidak mau di perintah, tapi jikala dia bergerak pun, dia tidak tahu mesti bagaimana. Jelas nya dirinya tidak paham apa yang terjadi, begitu pula dengan Yui. Mungkin hanya Gicho dan Pria sebrang nya yang paham.
Pria yang baru datang itu kini melangkah sembari melepaskan pedang besar nya dari punggung. Menyodorkan kepada Gicho tepat searah dada. Matanya begitu gelap namun sebuah kilatan tipis mewarnai nya. Mata itu berwarna merah marun, lebih tepatnya seperti warna darah. Hanya satu orang yang memiliki mata itu, dan itu sudah pasti bahwa dia adalah Creske Yositashi. Seorang pemipin dari organisasi Katastrofeas.
Tatapannya sinis terhadap Gicho. Dirinya mampu melakukan serangan kapan pun juga, tapi dia tidak mengambil pilihannya itu. Mulutnya terucap sebuah nama.
" Gicho…" namanya tersebut oleh Creske, beserta geraman yang mengikuti setelah nya.
" Creske … lama tidak bertemu… bagaimana keadaan kerajaan mu? Aku senang jika kau mengundang aku kembali."
" hentikan omong kosong mu. Katakan dimana adik ku berada?!" sentakan teriakan, membuat orang yang mendengar nya gentar.
" hahaha… aku senang kau mengingatnya." Ucap Gicho, sekilas senyuman tipis tertampak di wajah nya. " jika kau datang kesini, seharusnya kau tahu di mana dia berada?"
" sial!" gerutu Creske. Dia tidak bisa mengelak. Yang dikatakan Gicho benar, tapi dia tidak tahu letak spesifiknya dimana.
Tatapan Gicho seketika berubah serius, badan nya tetap tegap. Namun dagunya sedikit menurun, matanya tertutup untuk beberapa detik kemudian. Ia menghela nafas dan menghembusnya dengan satu kali hembusan. Lalu matanya kembali terbuka.
" menyerahlah Creske, kekuatan mu belum mampu menyaingi ku. Butuh lebih dari tiga tahun kau berlatih baru kau mampu setara dengan ku, yang saat ini, kekeke…" cekikikan yang Gicho lakukan di akhir kalimatnya. Membuat Creske murka.
" diamlah!..." sentak nya kembali, suara nya begitu menggema.
Creske pun ikut mengatur nafasnya, mencoba menahan amarah nya yang hampir tidak terkendali. Tangan nya yang sedari tadi menyondorkan pedang nya, kini perlahan turun. ia tancakpan ujung nya yang menusuk tanah. Tangan genggaman nya mencengkeram kuat pada gagang pedang itu.
" cih … lemah" cetus Gicho. Nada berubah menjadi menghina begitu pula dengan seringaian kecilnya.
" diam!" sekali lagi dia berteriak dengan keadaan yang tetap.
" sungguh orang yang tidak berguna!" celetus nya.
Yui tidak tahan atas apa yang di perbuat atasan nya, meski sudah biasa di dengar saat latihan. Tapi baginya itu sudah keterlaluan. " Ketua! Hentikan". Seru Yui, Gicho tak membalas, namun seringaian nya masih tetap bertahan.
Creske tetap pada posisi nya, tidak sedikit pun berubah. Berkali-kali dia memompa nafas nya, perlahan-lahan semakin cepat. Hawa di sekitar nya berubah drastis. Cuaca menjadi gelap, di selubungi awan awan yang beraliran petir. Entah kapan petir itu menyambar, tapi sudah pasti akan menyambar. Angin berhembus kuat, membawa dedauan yang tergeletak di tanah, berterbangan ke udara. Angin itu tidak menentu arahnya, atau lebih tepat nya hanya berputar-putar di sekitar Creske.
Jubah yang di kenakan anak buah nya itu ikut terbawa pusaran angin. Memperlihat kan sekilas sosok dibalik nya. Mereka adalah Resdeia dan Nonix, dua anggota dari Katastrofeas.
Mengetahui betapa membahana nya fenomena yang berada di hadapan nya. Gicho tidak diam diri saja, begitu pula dengan Yui dan Shin. Sedari mula nya angin berhembus kuat, mereka sudah mempersiapkan diri, tinggal menunggu arahan yang di berikan dari atasan nya. Sementara Gicho, kini dia sudah memegang pedang jenis buster sword dengan kedua tangan nya. Dia genggam pedang itu di samping badan nya.
Sedetik kemudian, sekilas cahaya terang melesat maju ke arah Gicho, kala itu pula terjadi terjadi guncangan yang kuat bahkan tanah yang tadi retakannya kecil, kini membesar. Namun aneh, hembusan angin itu berlawan arah, atas serangan yang dilancarkannya.
Creske terlempar, serangan yang di lakukan nya tertangkis dengan mudah oleh Gicho. Badan Creske tertahan di batuan keras, hingga batu itu membentuk dirinya.
Semua terkejut, terutama Resdeia dan Nonix. Mereka tidak mempercayai serangan Creske dengan mudah nya Gicho tangkis. Padahal, serangan kecepatan nya melebihi kedipan mata. Kejutan itu masih di alami, perlahan mereka berdua mengatur nafas. Resdeia dan Nonix harus lebih hati-hati dalam menyerang musuh nya ini.